Balita
berusia hampir dua tahun, Iqbal Dwi Pratama, punya selera makan aneh.
Balita hasil pernikahan pasangan Hairudin, 26, dan Eko Dwi Astuti, 22
ini tidak suka susu atau bubur tetapi malah senang makan obat nyamuk
bakar.
Berita ini tentu saja mengejutkan banyak orang. Beberapa
tahun yang lalu, seorang anak bernama Muawanah juga memiliki kebiasaan
makan yang sama. Ia memakan rumput dengan lahap setiap hari.
Kelainan
makan yang diderita oleh Iqbal dan Muawanah dalam istilah medis dikenal
sebagai pica. Penderita pica lebih suka makan benda yang tidak lazim
dimakan. Ada dua klasifikasi ”makanan” yang digandrungi oleh penderita
pica.
Jenis pertama adalah benda yang tidak bergizi seperti obat
nyamuk, tanah liat, sabun, abu, plester dinding, rumput, tanah, dan
batu bara. Sedangkan yang kedua adalah benda yang terlihat seperti
makanan (bahan makanan), misalnya es batu, kentang mentah, tepung
terigu, tepung kanji, garam, bahkan darah.
Pica pada umumnya
dijumpai saat anak berusia satu tahun ke atas. Masa itu disebut periode
oral, anak suka sekali memasukkan dan menggigit benda apa saja yang
berada di dekatnya. Biasanya pica bisa sembuh dalam waktu tiga bulan.
Namun pada beberapa kasus, pica dapat diderita oleh anak hingga dewasa.
Anak
dapat mengidap pica karena berbagai hal. Diantaranya, kelainan pada
otak, kekurangan zat besi, keadaan ekonomi keluarga yang kurang,
minimnya perhatian, dan kondisi keluarga yang tidak harmonis. Tapi
kebiasaan makan obat nyamuk ini tidak terpengaruh oleh budaya masyarakat
tradisional Indonesia yang suka mengunyah sirih pinang atau menyusur
tembakau.
Anak pengidap pica terancam akan menanggung penyakit
yang berbahaya. Obat nyamuk mengandung insektisida yang jika dikonsumsi
secara terus menerus akan menyebabkan kanker. Otak pemakan plester
dinding akan rusak karena keracunan timah yang terkandung dalam plester.
Anak pemakan sabun akan mengalami muntah dan diare karena sabun
mengandung bahan yang mengiritasi lambung dan saluran pencernaan.
Cara
mengatasi pica pada anak adalah dengan menegurnya pelan-pelan.
Anak-anak tidak boleh terlalu sering dimarahi dan dibentak. Jika mereka
terbiasa dimarahi, maka akan berpengaruh buruk pada masa depannya. Ia
akan tumbuh sebagai anak bandel dan pemarah. Menghadapi anak pica harus
dengan kasih sayang.
Terapi pertama pada penderita pica adalah
dengan membedakan secara jelas apa saja yang boleh dan tidak boleh
dimakan. Kemudian, anak harus benar-benar dijauhkan dari benda tak lazim
yang biasa dimakannya. Yang ketiga, penderita pica harus diajak untuk
memaksimalkan sensor tubuhnya, seperti penglihatan, penciuman,
pendengaran, pengecapan, dan perabaan. Meditasi
juga dapat dilakukan
pada penderita pica. Efek dari meditasi adalah meningkatnya fungsi
dopaminergik atau pelepasan dopamin, yang menenangkan penderita pica.
Penderita
pica dapat disembuhkan, asalkan kita sebagai orangtua telaten merawat
anak. Awasi anak dengan cermat dan berikanlah kasih sayang yang cukup.
Duh, ngeri ya, obat nyamuk bakar..
BalasHapusngeri banget mbak
Hapusanak-anak balita memang butuh perhatian ekstra ya mbak >.<
BalasHapusiya, harus diawasi bangeeet
Hapus