Kamis, 11 April 2019

Anak Saya Hanya Satu, Memangnya Kenapa?

"Kapan Saladin punya adik?"
Pertanyaan ini sering banget terlontar dari mulut tetangga, dari teman SMP, dari banyaak orang.
Saya hanya bisa mesam-mesem. Basa-basi, ah! Paling mereka juga gak serius tanyanya. Herannya,
ada yang belum pernah ketemu, hanya kenal via WA, juga bertanya hal yang sama, Gubrak!
Seolah-olah punya anak tunggal adalah sebuah dosa..
Jauh sebelum nikah, saya memang hanya ingin punya 1 anak. Untung suami juga setuju.
Naasnya, punya anak 1 saja jadi membuat sang ibu dicap macam-macam:
1. Malas Mengasuh
"Mengasuh 1 anak kan gampang, pasti ibunya malas punya anak banyak!".
Saya tertawa aja kalau ada yang berkomentar seperti itu. Mengasuh 1 anak atau 11 anak sama saja,
pasti capek. Tantangannya juga beda-beda.
2. Pelit

Ya, punya 1 anak memang bisa menghemat uang untuk beli susu, bayar SPP sekolah juga hanya untuk
1 orang, tapii...Dikatain PELIT, hahahaha! Biarin saja deh, mereka juga gak ikut bayarin uang jajannya
Saladin.
3. Terlalu Mikir Duniawi
Suatu ketika, saya bilang di sebuah grup WA, kalau punya 1 anak membuat saya bisa fokus kerja.
Kalau misalnya Saladin punya adik bayi, berarti pas dia sekolah saya gak bisa nulis dong!
Harus menggendong, mandiin endebre-endebre. Eh malah dibilang gak mikir akhirat, karena punya
anak banyak itu bisa membuat sanga ibu otomatis masuk surga. Ha, no comment wis..

Selama ini ya selow aja kalau ada yang ikutan berkomentar seperti itu. Buat apa emosi?
Toh saya yang menjalaninya. Ayah Saladin juga gak pernah nyuruh saya lepas KB. Padahal kami
berasal dari keluarga besar. Saya 4 bersaudara dan beliau malah 6 bersaudara. Punya 1 anak membuat
kami merasa...baik-baik saja.
Kalau ada ibu yang punya anak tunggal, juga pasti punya alasan masing-masing. Misalnya:
1. Sakit
Kalau ibu pas hamil sering pendarahan, apa dia mau hamil lagi? Katanya sih kondisi kehamilan anak
kedua dan pertama itu berbeda, tapi bisa jadi sang ibu ingin cari selamat, kan? Pendarahan biasanya
muncul karena ada myom dalam kandungan, dan penyakit itu bisa membesar seiring dengan
perkembangan janin. Hamil lagi berarti cari mati, ogah ah!
2. Trauma

Bisa jadi seorang ibu trauma saat melahirkan, misalnya bayi baru bisa keluar dari rahim setelah
kontraksi berjam-jam, persalinan sulit, atau air ketuban sudah hijau, dll. Rasa takut ini masih
menggelayut, dan dia jadi kapok hamil lagi. Trauma memang bisa dihilangkan, tapi kebanyakan susah
hilang karena sudah masuk ke alam bawah sadar.
3. Gak Ada yang Bantu Jaga Anak
Ada seorang teman yang berprofesi sebagai guru les, dia baru berangkat kerja jam 2 siang hingga
maghrib. Anaknya pulang sekolah (SD) pukul 2 siang. Dia sudah besar, jadi berani jaga rumah sendiri.
Kalau dia hamil dan punya bayi lagi, siapa yang mau jagain saat harus kerja? Sang ibu sudah
almarhumah, mertua ogah ngasuh bayi lagi, dan kurang percaya pada baby sitter,
sementara biaya daycare juga selangit. Punya 1 anak adalah cara aman baginya untuk membantu
suami mencari nafkah tanpa bingung harus nitip anak di mana.
Jadi, ibu-ibu yang punya 1 anak, gak usah sedih ya kalau ada komentar jahat. Tutup kuping aja,
karena mereka bisa jadi cuma basa-basi. Kita yang menjalani hidup,dan kita tahu plus minusnya
punya anak tunggal. Kalau ada yang bilang nanti anaknya manja, ya senyumin aja. Manja atau gak
manja kan tergantung pola pengasuhannya.
Bagaimana, teman-teman ingin punya anak 1 atau banyak?