Rabu, 22 September 2021

Review Cruella, Film tentang Villain yang Modis

Hai hai, gimana kabarnya? Kali ini Bunda Saladin mau ajak kalian baca review Cruella, film yang rilis tahun 2021. Masih anget nih! Ada yang pernah nonton film 101 Dalmatians? Nah Cruella adalah villain alias tokoh jahat di film itu. Kalau di sini, diceritakan dari masa kecilnya hingga dewasanya.



Review Cruella: Akting Emma Stone yang Totalitas

Ini data aktor dan lain-lain:

Sutradara: Craig Gillespie

Pemain:

Emma Stone (Cruella/Estella)

Emma Thompson (Baroness)

Joel Fry (Jasper)

Horace (Paul Hauser)

Durasi: 2 jam 14 menit

Premiere: 18 mei 2021

Estella ingin jadi fashion designer ternama, dan ia dididik oleh ibunya yang bisa menjahit. Gadis kecil ini unik karena punya sense of fashion yang quirky, apalagi ditunjang dengan rambutnya yang separuh hitam dan separuh putih.



Namun berkat rambutnya, ia malah jadi korban bully. Teman-temannya (geng laki-laki) menyebutnya ‘sigung’, bahkan Estella dicemplungkan ke tempat sampah. Satu-satunya yang baik di sekolah hanya Anita. Lantas, Estella melawan geng itu dan mengakibatkan ia dikeluarkan dari sekolah.

Pindah ke London

Ibunya marah lalu merasa bahwa kehidupan di kota kecil (tidak disebutkan) tak cocok bagi calon desainer seperti Estella. Akhirnya mereka pindah ke London, lalu mampir sebentar ke kastil milik temannya.

Ternyata di kastil ada pesta besar, dan Estella melanggar perintah ibunya. Ia diam-diam keluar dari mobil lalu menyelinap. Tragisnya, ia melihat sang ibu didorong ke jurang oleh beberapa ekor anjing dalmatian (tak heran kalau akhirnya ia benci anjing jenis itu). Estella juga heran mengapa sang nyonya bangsawan diam saja saat melihat anjingnya menyerang manusia dengan ganas.

Sialnya, kalung berbandul merah pemberian ibunya juga terlepas dan ketinggalan saat Estella kabur. Estella hanya ditemani sang anjing lalu masuk ke sebuah mobil yang mengangkut sampah. Sampai di pusat kota London. Di sini sepintas diperlihatkan keindahan London tahun 60-an. Bagaimana? Yuk lanjut baca review Estella di bawah ini.

Jadi Anak Mandiri

Paginya ia bertemu dengan 2 anak seusianya, Jasper dan Horace. Dua anak lelaki itu mengajarinya jadi pencopet ulung. Lantas mereka tinggal bersama di sebuah rumah bobrok.



Jasper hanya kasihan melihat Estella sebatang kara, lalu percaya bahwa ibunya sudah meninggal. Di bawah pengaruh mereka, ia tumbuh jadi gadis mandiri.  Estella pun mengubah warna rambutnya jadi merah.

Nyopet Lagi

Ketika ada Estella, dengan bakat menjahitnya, bisa membuat berbagai gaun indah. Ia (yang digambarkan sudah dewasa) menyamar ke lingkungan kelas atas lalu mencuri perhiasan dan barang mahal lain.

Namun Jasper merasa Estella tidak cocok jadi copet. Akhirnya diam-diam ia membuatkan surat lamaran kerja ke sebuah Department Store. Karena paham bahwa fashion adalah dunianya Estella.

Jadi Pembantu

Sayangnya di Department Store Estella tidak diperkenankan memegang mesin jahit. Ia dijadikan pembantu alias cleaning service. Bossnya juga galak bener.



Estella mencoba untuk bertahan saat bekerja di bawah tekanan. Ia juga ingat pesan ibunya untuk selalu jadi Estella yang manis, bukan Cruella yang kejam. Namun suatu hari ia tak tahan dimarahi terus-menerus, lalu merombak pakaian yang ada di display.

Pindah Kerja

Tak disangka seorang baroness (nyonya bangsawan) tertarik saat melihat display itu. Ia memberikan kartu nama dan Estella melamar kerja di sana.

Estella senang karena bisa bekerja jadi desainer beneran dan membantu baroness untuk selalu eksis di dunia fashion. Di bagian ini kamu senang karena melihat banyak gaun indah yang ditampilkan. Nah, masih kuat kan baca review Cruella sampai habis?



Estella akhirnya menjadi kesayangan baroness dan direkrut jadi semacam asisten pribadinya. Di sini saya jadi ingat sosok yang diperankan oleh Meryl Streep di film The Devil Wears Prada. Sosoknya hampir mirip dengan baroness yang judes dan perfeksionis.

Balas Dendam

Suatu hari Estella melihat kalung baroness yang persis sama dengan kepunyaannya yang hilang. Jadi baroness adalah pembunuh ibunya dan menyuruh anjing untuk menyerang?



Estella akhirnya menyusun rencana untuk balas dendam. Namun di tengah pembalasannya, muncul fakta yang mengejutkan. Apakah itu? Apa rencana ini berhasil?

Tonton yuk, bisa didapatkan secara legal di Disney Hotstar.



Dari film ini aku paham bahwa seorang villain tidak lahir begitu saja, tetapi terbentuk oleh lingkungan. Estella jadi Cruella yang sedikit gila dan psycho karena sejak kecil kena bully dan kecemplung ke lingkungan pencopet. Jadi ingat film Joker yang sejak kecil juga punya pengalaman buruk.



Walau film ini tentang villain tetapi tidak menampilkan kekejian yang ekstrim. Malah kamu bisa terhibur melihat betapa modisnya warga London (padahal baru tahun 70-an). Sungguh film yang memperkaya akan pengetahuan mode (lagi-lagi keingat juga film The Devil Wears Prada).

Nah, ini dia review Cruella. Bagaimana, kamu tertarik untuk nonton juga?

Senin, 20 September 2021

10 Tahun Bersamamu, Sayang! (Happy Anniversary)

Kulirik kalender, rupanya tanggal 16 september 2021. Hari ini tepat 10 tahun memadu kasih dalam naungan pernikahan. Saat kau pertama kali membuka mata, kubisikkan ‘selamat ultah pernikahan’. Rupanya kau juga kaget karena sudah 10 tahun bersamaku.

Tak terasa 10 tahun menikah. Rasanya baru 1-2 tahun saja. ada yang bilang kalau pacaran setelah menikah ya seperti ini, lebih asyik dan tahu-tahu usia pernikahannya panjang dan lama.



Kami memang taaruf hanya beberapa bulan. Langsung menikah karena sudah klik satu sama lain.

Maaf

Maafkan aku jika sesekali masih egois. Namun kau, suamiku, sering sekali mengalah. Membeli 2 gelas es doger untukku dan Saladin, sementara tidak ada jatah untukmu sendiri. Saat diberi nasi kotak atau mie ayam, malah kau berikan padaku semuanya tanpa meminta sesendok pun.



Maafkan aku yang kadang belum mengerti dirimu. Karakter yang berbeda (introvert vs ekstrovert) kadang membuat miskomunikasi. Namun dengan penjelasan dan kecupan di pipi, semua bisa terjawab.

Terima Kasih

Terima kasih atas semuanya. Atas kerja kerasmu (yang pernah tidak tidur 2 hari karena lembur kerja di percetakan). Terima kasih atas ajaranmu sehingga aku paham bagaimana cara berbisnis yang benar.

Terima kasih atas semua kasih dan sayangmu.

Semoga kami langgeng, sehidup sesurga.

Sabtu, 18 September 2021

Review Buku Boy: Tales of Childhood, Kisah Masa Kecil Roald Dahl

 Judul: Boy: Tales of Childhood

Penulis: Roald Dahl

Penerjemah: Poppy Damayanti

Penerbit: Gramedia

Tahun: 2002

Tebal: 226 halaman

Siapa tak kenal Roald Dahl? Ia populer berkat buku-bukunya: Charlie and the Chocolate Factory, Matilda, dll. Nah kali ini Mr.Dahl menulis sendiri biografinya. Ralat, semi auto biografi, karena yang dikisahkan hanya saat beliau lahir sampai berusia 20 tahunan.

Roald Dahl adalah keturunan Norwegia yang tinggal di Inggris, karena sang ayah berbisnis di sana. Sang ayah hanya bertangan 1, karena malpraktek saat operasi pasca kecelakaan. Ayah adalah hero baginya, karena memberi kecukupan harta dan mencontohkan untuk menikmati keindahan alam dan seni rupa.



 Sayangnya ketika Roald Dahl masih kecil, sang ayah meninggal dunia. Sang ibu lalu memutuskan untuk pindah ke rumah yang lebih kecil, agar lebih hemat. Tidak disebutkan ibunya bekerja sebagai apa, karena keluarga mereka masih sanggup menggaji nanny.

 Roald Dahl adalah anak yang serba penasaran. Saat SD, ia punya geng, terdiri dari Roald Dahl, Twhaites, dan 2 teman lain. Twhaites adalah anak seorang dokter, jadi ia sering sok tahu dan memamerkan pengetahuan yang didapatkan dari ayahnya. Padahal itu bohong.

 Misalnya tentang permen. Ayah Twhaites bercerita bahwa bahan-bahan permen adalah tikus yang direbus lalu dilunakkan. Namun Roald Dahl dan konco-konconya tetap saja hobi membeli permen, setelah mendengar cerita itu.

 


Gengnya Roald Dahl selalu membeli permen di toko milik Mrs. Pratchett. Tokonya cukup lengkap, berisi berbagai permen mulai dari yang serbuk, permen gulung, hingga yang keras. (Sepertinya ide cerita beberapa bab buku Charlie and The Chocolate Factory didapatkan dari sini).

 Sayangnya Mrs. Pratchett sangat jorok. Kukunya hitam, celemeknya kotor. Ia mengambil permen di stoples dengan tangan, tanpa bantuan sendok atau melapisi jemarinya dengan sarung tangan.

 Roald Dahl punya ide saat menemukan tikus mati. Tikus itu akan dimasukkan ke dalam stoples milik Mrs. Pratchett. Berhasil! Namun esok harinya, stoples itu pecah dan toko permen ditutup.

 


Mrs. Pratchett tidak terima lalu datang ke sekolahnya Roald Dahl. Setelah ia menemukan 4 anggota geng pembuat onar, kepala sekolah (Mr. Coombes) marah, lalu memukul mereka dengan tongkat. Tanpa ampun.

 Mrs. Dahl tidak terima saat tahu anak kesayangannya dihukum dengan kekerasan. Ia lalu memindahkan Roald kecil ke sekolah berasrama. Sayangnya di sana Roald Dahl tidak betah lalu pura-pura sakit, dan diberi izin oleh dokter. Sang dokter tahu ia berbohong lalu si boy (panggilan Roald Dahl) berjanji untuk tidak mengulanginya.

Saat di sekolah berasrama ini, lagi-lagi Roald Dahl berhadapan dengan kepala sekolah yang kejam. Ditambah lagi dengan Matron yang super galak. Saat ada teman Roald Dahl yang ngorok, mulutnya malah dimasuki potongan sabun! BTW, Matron adalah wanita yang mengurusi kesehatan murid dan rumah tangga sekolah.

 


Saat sekolah di SD-SMP-SMA, Dahl selalu mendapat perlakuan keras dari guru, kepala sekolah, matron, dll. Tak heran kalau di dalam buku-bukunya, selalu digambarkan bahwa orang dewasa itu kejam. Didikan zaman dulu memang seperti itu ya? Sangat kaku.

 Walau menerima kekerasan dari guru dan kakak kelasnya, Roald Dahl tetap semangat. Hiburannya adalah berlibur bersama keluarga besarnya ke Norwegia, dan bertemu kakek dan neneknya. Mereka menikmati ikan rebus dan es krim super lezat, lalu naik perahu mengelilingi pulau-pulau kecil.

 


Momen manis selanjutnya adalah saat ada cokelat gratis yang dibagikan oleh pabrik Cadbury. Murid-murid diminta untuk memberi masukan pada produk terbaru itu. Roald Dahl jadi berkhayal, bagaimana rasanya punya pabrik cokelat sendiri? Jadilah buku Charlie and the Chocolate Factory yang fenomenal.

 Buku ini cukup bagus untuk bacaan ringan. Saya jadi paham mengapa ada orang dewasa yang keras, kaku, dll. Ternyata bisa jadi dari didikan keluarganya yang seperti itu. Kalau ada anak yang menyukai keindahan dan fotografi (seperti Roald Dahl), itu karena dikenalkan  oleh sang ayah tentang kesenian. Bahkan sejak ia masih dalam kandungan.

 Sayangnya di sini hanya ada cerita sampai Roald Dahl lulus sekolah setingkat SMA, lalu melamar kerja di pabrik bahan bakar. Padahal saya berharap ada cerita saat ia menulis buku-bukunya. Yah, daripada kecewa, lebih baik nonton ulang film Matilda saja.

Selasa, 07 September 2021

Siapa yang Sudah Ikut Ikoy-ikoyan?

Hi guys, pernah dengar istilah ikoy-ikoyan? Bagi kalian yang sering nongkrong di IG pasti sudah

 familiar dengannya. Program yang dibikin oleh selebgram sekaligus pengusaha Arief Muhammad ini

 bikin ngiler, siapa yang gak mau dapat uang jutaan rupiah GRATIS?



Tak heran followers di IG @ikoy2an langsung mencapai 1,1 juta orang, begitu IG resminya dibuat. BTW awalnya program ini ada di IG @ariefmuhammad, baru ada akun @ikoy2an, dan keduanya sering bikin giveaway berhadiah cash keras. Bahkan pernah kasih 100 juta rupiah ke sebuah yayasan sosial.

Pernah Dapat Ikoy-Ikoyan?

Kadang saya ikut ikoy-ikoyan, dan belum dapat dong, wkwkwk. Sudahlah, namanya juga belum rezeki. BTW Ikoy itu nama panggilan karyawannya Bang Arief dan dijadikan nama resmi program ini.



Namun pesertanya emang banyak banget, bisa ratusan ribu orang yang komentar dan jadinya persaingan ketat banget. Biasanya mereka ditanya “lagi butuh apa?” Langsung berderet yang menceritakan kesulitannya.

Berbagai Drama Kehidupan yang Terpampang di Ikoy-Ikoyan

Ketika ada ikoy-ikoyan maka saya juga iseng (magabut banget sih!) bacain komentar-komentarnya. Bagaikan membaca kisah drama saat mengamatinya, bedanya yang ini real, bukan fiksi semata. Ada yang butuh uang buat beliin sepeda anak, buat seragam sekolah anak karena pada kekecilan semua, dll.





Ada pula yang membuat saya menitikkan air mata, misalnya kisah bu guru yang bingung saat ingin mengajar online tetapi gadget-nya kurang bersahabat, akhirnya beliau dtranstfer sejumlah uang untuk beli HP baru. Ada yang butuh uang untuk biaya pengobatan orang tuanya, biaya terapi, kemo, dll.

Setelah baca komen-komen tersebut jadi langsung mingkem, jleb! Serius! Banyak orang yang harus struggle dalam kehidupan ini, dan mereka menjalaninya dengan ikhlas. Saya jadi termotivasi dan berusaha tegar juga alias tidak boleh cengeng.

Diikuti Oleh Sultan Lain

Program ikoy-ikoyan akhirnya diikuti juga oleh ‘sultan’ alias crazy rich lain. Ada yang istilahnya ikenz-ikenzan, iroi-iroian, mincu-mincuan, dll. Bagus juga kan karena mereka mengajari banyak orang untuk saling berbagi ke sesama. Sudahkah kamu bersedekah hari ini?

Mengemis? Enggak Deh!

Namun ada pula yang sinis dengan ikoy-ikoyan.  Yang katanya ini gambling lah, yang ngajarin followers ngemis lah. Aargh, padahal maksud dari program ini baik kan?



Buya Yahya, seorang kiai muda (pastikan kamu udah subscribe akun Youtube-nya) menjelaskan tentang tren ikoy-ikoyan. Alhamdulillah beliau merespon dengan positif, karena memang gak ada salahnya berbagi kebahagiaan, kan? Lantas ini juga bukan gambling, karena tidak ada persyaratan harus bayar dulu. Legaaa!

Dari ikoy-ikoyan saya dapat banyak pelajaran hidup, terutama semangat untuk berbagi. Ya walau saat ini belum bisa mencapai level crazy rich tetapi ga ada salahnya untuk bersedekah.

Selain itu, saya juga amatin lifestyle mereka yang sering berbagi, mengapa bisa sampai sekaya itu? Ternyata kekayaan diraih dengan kerja ekstra keras, tidak menyerah, dan tentu penuh dengan strategi bisnis. Jangan lupa juga ibadahnya dan sedekahnya.

Jadi, kamu tertarik ikut ikoy-ikoyan?