Dengan penuh percaya diri Saladin (12 tahun) membuka bungkus jelly, menuangkan gula dan memberi air keran. Cetak! |Diaa menyalakan kompor. Daku yang ada di ruang lain langsung berlari ke dapur.
“Kamu bikin apa, Din?”
Saladin hanya
cengengesan sambil menunjuk panci. Oalah! Rupanya dia gemas karena bundanya
sudah beberapa hari lalu menyimpan sebungkus jelly bubuk instan di dapur. Tapi
tidak segera dibikin.
“Gulanya seberapa?”
tanyaku.
Ternyata Saladin hanya
menambahkan satu sendok makan gula, saudara-saudara! Kubilang kalau bikin jelly
harus baca instruksinya. Dia pun melirik bungkus dan menambah takaran gula.
Tapi persediaan gula di dapur tinggal sedikit. Tidak apa-apa, malah bagus
karena sebenarnya Saladin masih diet gula dan gluten.
Begitu daku di dapur eh
Saladin ngacir ke ruang tamu. Langsung kutegur karena saat memasak jelly, panci
tidak bisa ditinggal. Kutunjukkan bagaimana cara mengaduk adonan jelly. Harus
sabar dan jangan terlalu besar apinya, karena takut meluap. Jika sudah selesai
maka tinggal ditambah bubuk asam yang tersedia (nempel) di bungkus jelly.
Saladin langsung
kusuruh ambil dua mangkuk lalu kubantu menuang adonan jelly yang panas. Dia
ambil satu gelas karena ternyata adonan masih ada yang belum dicetak. Lalu kami
pun pergi.
Pergi?
Iyaa karena itu hari
minggu malam dan ada lomba bulu tangkis RW (dalam rangka perayaan tujuhbelasan)
di lapangan depan masjid. Kami ke sana karena para atlet lokal alias warga RT 04
(RT kami) bertanding lawan RT sebelah. Saladin Alhamdulillah mau diajak nonton
sambil menunggu jelly-nya jadi.
Tapi ternyata agak
kecewa karena para atlet kalah. Kecewanya double
karena ayahnya Saladin tidak jadi turun ke lapangan. Pertama karena beliau
hanya atlet cadangan, lalu masih recovery
(habis sakit).
Hasilnya
Adalah
Saladin minta izin
untuk pulang duluan karena dia penasaran dengan hasil jelly-nya. Sekitar 30
menit kemudian pertandingan bulu tangkis selesai dan daku pulang. Penasaran
juga dengan jelly kreasi Saladin.
Ternyata jelly sudah
jadi dan ketika kucicipi agak keras, wkwkw. Rupanya Saladin kurang menambahkan
air. Jelly juga kurang manis karena memang hanya pakai sedikit gula.
Baiklaaaah! Tidak
apa-apa karena yang penting Saladin sudah berani dan inisiatif membuat jelly sendiri.
Dia juga belajar kalau bikin kue / jelly harus sesuai dengan resep / isntruksi.
Cara
Membuat Anak Mandiri
Bunda masih bingung
bagaimana cara membuat anak mandiri dan punya inisiatif? Begini caranya:
1.
Beri Kepercayaan
Saladin bisa punya rasa percaya diri di dapur karena sejak balita kuberi kepercayaan. Pertama dengan melihat adegan bundanya menggoreng tempe. Kemudian dia belajar mematikan kompor, baru menyalakannya (yang ngajarin ayahnya).
Jangan takut anak
memberantakkan dapur, karena kalau enggak kotor, enggak belajar, kan?
2.
Mau Makan? Usaha Dulu
Saladin juga bisa mengupas apel dan kentang dengan peeler karena daku percaya dia bisa. Karena saat dia ingin makan kentang goreng syaratnya harus mau kupas kentang dulu.
Dia pun belajar bagaimana proses memasak, tidak ujug-ujug jadi.
Read: Review MOIAA Silky Pudding
3. Latihan Tiap Hari
Kalau mau anak mandiri ya harus dilatih tiap hari.
Misalnya makan dan mandi sendiri, lalu
sedikit-sedikit diajari cara mencuci gelas (pakai plastik biar aman).
4. Jangan Terlalu
Sering Dibantu
Jadi orang tua kudu sedikit ‘tega’ biar anak tidak manja alias jangan terlalu sering dibantu. Anak-anak yang belajar makan sendiri memang nasinya berantakan, tapi lama-lama dia belajar mengendalikan tangan dan makan dengan rapi.
Kalau anak sering
dibantu maka dia akan tergantung pada orang tua / susternya.
Jadiii, apakah Saladin
boleh masak atau bikin kue lagi? Boleh sajaa. Di SD alam dulu ada cooking class 3 minggu sekali. Karena
sekarang dia sudah SMP maka harus lebih mandiri dan salah satu caranya dengan
belajar masak sendiri. Anak-anak apa suka belajar masak?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar