Ketika seorang anak
perempuan bersekolah sampai SMA, dan dilanjutkan sampai kuliah, besar harapan
dari orang tua dan kerabat. Mereka berharap dia bisa jadi sarjana yang brilian
dan memiliki karir yang bagus. Apalagi jika gajinya besar, sungguh
membanggakan.
Akan tetapi jalan hidup
seorang wanita tidak selalu seperti itu. Ada yang berhenti kerja lalu banting
setir jadi IRT. Ada yang sejak menikah jadi full
time housewife atas permintaan suaminya, atau memang ingin merawat dan
mengasuh anak sendiri.
Saat wanita jadi IRT
maka muncullah mulut-mulut usil yang berkomentar: sudah capek jadi sarjana
malah sekarang pengangguran! Kalau lebaran juga kudu sabar karena mertua
membanggakan menantu lain yang jadi wanita karir. Sedih enggak??
Jangan
Bersedih, Bunda!
Memang benar ungkapan
lidah lebih tajam daripada pedang karena omongan manusia bisa menusuk sampai ke
ulu hati, dan meninggalkan bekas luka yang tak terlihat, bahkan sampai
bertahun-tahun. Kenyataannya IRT tidak menganggur karena ada seabrek pekerjaan
rumah tangga. Kok ada saja yang berpikiran IRT kerjaannya hanya nonton drakor
dan gegoleran di rumah?
Jangan bersedih, bunda,
mama, dan segenap ibu di dunia. Memang kita tidak bisa membekap mulut berbisa
tapi bisa menutup telinga. Kadang ada orang yang hanya basa-basi busuk dan lupa
kalau pernah menyindir seorang IRT sarjana, padahal dia sendiri juga IRT.
Mom War yang Tidak Penting
Entah siapa yang
memulai mom war dan menjadikan dua
kubu yang berbeda. IRT vs working mom,
ASI vs sufor, dst. Semua berdebat, semua ingin jadi nomor satu. Padahal kondisi
tiap keluarga berbeda-beda sehingga peran ibu juga berbeda-beda.
Menjadi
Pengajar Anak
Kalau ada yang bilang
IRT sarjana nganggur itu memang kualitasnya perlu dipertanyakan. Kenyataannya banyak
IRT sarjana yang sukses mengajari anaknya sendiri. Apalagi saat pandemi
beberapa tahun lalu, di mana kelasnya online
dan anak jadi ‘dipegang’ oleh mamanya.
Apalagi pelajaran sekarang
tambah susyeee, materi untuk anak SD saja sudah woow, apalagi yang SMP. Tidak
semua orang tua bisa menyediakan guru les atau memasukkan anak-anak ke bimbel. Jadi
kalau ibunya yang mengajari jelas hematt.
Bekerja
Bisa di Mana Saja
Di era teknologi informasi,
seorang IRT sarjana tidak perlu galau, karena masih bisa menghasilkan uang. Bisa
dengan cara jadi reseller,
affiliator, atau pekerjaan lain yang dilakukan di rumah. Apalagi kalau anaknya
belajar di full day school jadi punya
banyak waktu dan konsentrasi untuk WFH.
Abaikan
dan Blokir
Bagaimana jika masih
ada yang nyinyir terhadap IRT sarjana? Abaikan saja, cuek bebekkk. Kalau ada
medsosnya, blokir saja sekalian. Daripada nanti ada perkara di belakang. Karena
kesehatan mental kita lebih penting, bukaan?
IRT sarjana bukanlah
sebuah kondisi yang memalukan. Seorang istri bisa kok memilih untuk melanjutkan
karir, jadi full time housewife, atau
bekerja dari rumah. Bahagiakan dirimu sendiri dan tak usah pedulikan ocehan
negatif di luar sana.


































_poster.jpg)











