Siapa yang suka makanan
rumahan? Alhamdulillah ya keluargaku suka hidangan rumahan yang sederhana, jadi
daku yang masak juga happy karena
selalu dihabiskan. Tapi bagaimana dengan porsinya? Ini ceritaku dalam berjibaku
di dapur mungil berukuran 2 kali 3 meter.
Masak
Dalam Jumlah Besar
Sebenarnya daku sudah
bisa masak sejak usia 20-an alias sebelum menikah. Tapi baru sebatas yang
gampang-gampang aja misalnya ayam ungkep, udang dan cumi goreng, nasi goreng,
menanak nasi, dll. Nah pas sudah menikah baru deh skill masak teruji karena harus masak buat suami.
Tahun 2011 bulan
September adalah awal debutku menjadi koki keluarga tapi tidak setiap hari
memasaknya. Karena kala itu, daku dan suami yang berstatus newly wed masih tinggal serumah dengan ortuku. Jadi yang memasak
biasanya Emak Sum (ART mama).
Namun kadang pengen
juga masak sendiri, apalagi kalau bahan-bahannya juga lengkap. Atau, pas ada
kiriman bahan mentah (misalnya daging dari tante atau udang galah dari
keponakannya Papa yang tinggal di pesisir pantai utara). Jadinya masak dengan
semangat karena yang makan ada lebih dari 7 orang!
Iyaa, kalian tidak
salah baca. Saat itu masih full team, adikku
Doni belum menikah, dan masih ada 2 adik lainnya. Ada juga 1 adik sepupu yang
tinggal di rumah mama karena kuliah di Malang. Jadi sekali masak nasi bisa
sekaligus 500-600 gram beras, dan masaknya 2-3 kali sehari.
Bagaimana dengan
lauknya? Ayam cukup sekilo karena papa lebih suka makan seafood. Kalau ikan biasanya beli 1-1,5 kg. Untuk bumbunya masih dikira-kira,
misalnya saat bikin soto ayam maka butuh 10 siung bawang merah dan 5 siung
bawang putih.
Masak untuk keluarga
besar sangat menantang karena bisa saja stok lauk habis padahal masih sore. Akhirnya
daku putar otak dan buka kulkas. Saat ada tahu ya bikin tahu telur. Ada tempe,
bikin tempe oreg. Sayuran bisa dirajang lalu jadi snack bakwan sayur.
Bagaimana
Trik Masak untuk 3 Orang?
Tahun 2019 kami bertiga
pindah rumah karena sudah punya hunian sendiri. Saat di dapur malah bingung
bagaimana caranya karena terbiasa memasak dengan jumlah besar, hahahaa! Akhirnya
beli ayam 500 gram saja, tahu 1 buah, atau tempe yang ukuran besar. Untuk bawang
merah cukup 200-250 gram seminggu, karena kadang pakai hack bumbu instan.
Akan tetapi ketika
Saladin makin besar ternyata makannya juga tambah banyak. Jadi walau kami hanya
bertiga, masaknya tidak bisa dikit aja. Sekarang beli ayam harus minimal 750
gram, begitu juga kalau belanja lele. Masih ditambah harus beli terigu, telur,
coklat bubuk, dll karena bocah juga doyan ngemil.
Help!
Anakku Picky Eater!
Salah satu hal yang
sangat kusyukuri adalah suami yang tidak pernah protes mau dimasakkan apa saja.
Bahkan beliau jarang sekali request makanan
tertentu. Yang penting tidak pedas, tidak ada bawang yang diiris (jadi bumbu
diuleg atau diparut), dan cenderung empuk.
Akan tetapi
berkebalikan dengan anaknya. Saladin sempat picky
eater dan bilang bahwa nasi putih itu bau! Sempat curiga apa dia punya masalah
sensory tapi belum dibawa ke psikolog
anak. akhirnya untuk sementara Saladin makannya pasta, kentang, roti, dll.
Keadaan ini berjalan
selama beberapa tahun dan ternyata setelah konsultasi ke psikolog, Saladin
malah disarankan untuk diet gluten. Jadi dia berhenti makan roti dan pasta,
minimal dikurangi (enggak tiap hari). Jadi mau tak mau makan nasi, tapi doi request nasinya digoreng atau diberi
kuah kuning (soto atau opor).
Memahami
Seleran Makan Anggota Keluarga
Jadi ternyata Saladin
lebih berselera makan kalau makan nasi dengan kuah kuning atau nasi goreng,
yang berasa bumbunya. Butuh waktu untuk memahami selera makannya, jangan sampai
picky eater-nya keterusan. Sudah mau
remaja, harusnya dia paham bahwa tidak semua orang bisa menuruti selera
makannya.
Jadi ingat pas masih
serumah dengan orang tua. Kalau sudah sepuh
maka ortu juga bisa picky eater. Ditawari
makan ini dan itu tidak mau, ujung-ujungnya beli lauk via gofood. Sabarrr….
Memasak untuk seluruh
anggota keluarga selain harus pintar mengolah bahan mentah (dan menyesuaikan
dananya) juga harus sabar. Koki rumahan tak hanya jadi tukang makan. Akan tetapi
juga jadi konsultan, penerjemah bahasa hati, tukang beberes dapur, pendekor
makanan, dll. Bagaimana, kalian ada pengalaman memasak untuk keluarga?