Minggu, 01 Desember 2024

Ingin Liburan Sambil Bulan Madu? Ini Tipsnya

 “Duhai senangnya pengantin baru, duduk bersanding bersenda gurau….”

Bahagianya jadi newly wed. Mendapatkan doa dari para tamu, juga bonus amplopan, hehehhe. Lumayan lho, kalau dikumpulkan bisa jadi tambahan biaya bulan madu.

Sebenarnya honeymoon itu wajib apa enggak? Kalau ada dananya ya berangkat saja. Akan tetapi sebelum bulan madu ke luar kota, sebaiknya pertimbangkan hal-hal berikut ini:

Buat Itinerary yang Detail

Teman-teman tim yang bikin itinerary dan persiapan yang detail atau langsung berangkat saja? Berhubung liburannya sambil bulan madu, sebaiknya kita sudah bikin itinerary beberapa bulan sebelumnya. Persiapan harus benar-benar matang agar honeymoon tidak berakhir dengan kekecewaan.



Itinerary bisa dibuat manual atau di laptop. Tulis dengan seksama, tanggal keberangkatan, perkiraan jam kedatangan, alamat hotel, rencana selanjutnya, dll. 

Jadi kalau sudah ada perencanaan, tidak bingung dan akhirnya hanya berjalan kaki di sekitar hotel. Padahal ada banyak tempat wisata menarik di kota tersebut.

Cari Tempat yang Tidak Terlalu Ramai

Ke mana harus berbulan madu? Biasanya lokasi honeymoon ada di kota-kota yang sudah menjadi tempat wisata pada umumnya. Akan tetapi ada resikonya yaitu tempatnya terlalu ramai.



Padahal saat bulan madu saatnya untuk lebih santai, bukan? Jadi, memilih tempat untuk honeymoon yang tidak terkenal, juga tidak apa-apa. 

Yang penting lokasinya lebih sepi dan tidak memusingkan karena ada terlalu banyak orang yang berlibur bersama.

Nikmati Suasana Berdua

Bulan madu ngapain aja? Setelah akad nikah, momen honeymoon menjadi masa untuk mempererat hubungan. Jadi nikmati suasana berdua. 

Jika ada yang kurang menyenangkan, misalnya penginapan yang tidak sesuai ekspetasi ya sudahlah. Yang penting berduaan dengan doi dan jangan marah lalu bikin mood turun.

Hati-Hati Alergi

Ketika sedang berbulan madu, kadang kita fokus ke pemandangan di tempat wisata yang indah atau keelokan kota yang dikunjungi. Akan tetapi pastikan untuk sudah mengetahui apakah suami punya alergi terhadap makanan tertentu? 

Jangan sampai bulan madu berakhir di rumah sakit gara-gara tidak sengaja mengkonsumsi bahan makanan yang mengandung seafood, atau zat lain yang membuatnya alergi.

Bolehkah Sambil Ngonten?



Sekarang eranya sosial media dan banyak orang yang jadi content creator. Namun jangan keasyikan mengambil foto dan video. Nanti si doi ngambek atau malu karena dipaksa untuk ikutan mejeng di depan kamera.

Hunting Tiket Pesawat Beberapa Bulan Sebelumnya

Bagaimana cara mendapatkan tiket dengan harga terjangkau? Ya belinya jangan mepet. Minimal sebulan atau dua bulan sebelumnya sudah booking dulu. 

Harganya masih ramah kantong, dan seusai resepsi bisa langsung berangkat bulan madu naik pesawat.

Beli Tiket Pesawat di Aplikasi BRImo

Bagi pengguna rekening bank BRI pasti sudah punya aplikasi BRImo. Kalau pakai #BRIMo praktis banget karena bisa untuk transfer uang sekaligus membeli tiket pesawat.



Kalau mau beli tiket pesawat juga gampang. Teman-teman bisa klik app BRImo di ponsel. Cari fitur lifestyle lalu pilih, dan ada tulisan travel, dan selanjutnya pencet tulisan tiket pesawat.



Setelah itu pilih kota tempat berbulan madu, dan pilih juga tanggal, jumlah penumpang, dan kelas. Selanjutnya isi data-data penumpang dan juga pemesan, lalu masukkan nomor PIN. Kita tinggal menunggu e-ticket sampai ke email.

BRIMO FSTVL 2024

Gampang banget kan persiapan traveling dan bulan madu pakai SuperApp BRImo? Aplikasi ini sangat memudahkan karena #BRImoMudahSerbaBisa.

Kita juga bisa memanfaatkan #BRImoFSTVL yang merupakan program loyalitas dari Bank BRI, khusus pemakai aplikasi BRImo.  BRImo FSTVL sudah  dimulai lho sejak awal Oktober 2024 hingga 31 Maret 2025.

Yuk manfaatkan momen ini dan perbanyak isi tabungan, pakai kartu debit dan kredit BRI, juga transfer via BRImo. Nanti ada kesempatan dapat hadiah, mau Vespa Primavera, mobil Hyundai Creta Alpha, atau BMW 520i Sport? Ada juga hadiah mingguan di program Friday Deals! Mantap banget karena  #BerlimpahHadiah



Aplikasi BRImo memudahkan kita untuk persiapan bulan madu karena bisa pesan tiket pesawat dengan cepat, karena #BRImoMudahSerbaBisa . Ayo download aplikasi BRImo karena manfaaatnya besar banget!

 





Sabtu, 30 November 2024

Parenting ala NH Dini yang Bisa Kita Tiru

 Siapa suka baca buku (alm) NH Dini? Karya-karya beliau ada banyaak banget mulai dari Pada Sebuah Kapal, Namaku Hiroko, sampai Gunung Ungaran.  Beliau sangat produktif menulis bahkan sampai usia senja.



Akan tetapi kali ini daku tidak membuat ulasan buku, melainkan membahas parenting ala Bu Dini. Meski beliau menulis karya sastra tapi ada ajaran yang bisa dipetik dan diterapkan dalam mengasuh anak.  Bu Dini punya 2 anak (yang sekarang sudah dewasa) yakni Marie-Claire Lintang Simonetti dan Pierre Louise Padang Coffin.

Mendidik dengan Terbuka

Di salah satu bukunya, mendiang Bu Dini bercerita bahwa beliau mendidik dengan terbuka. Penyebabnya karena dulu beliau diajari untuk tetap diam (parenting feodal banget yaa). Akibatnya hal ini menyebabkan terjadinya pemberontakan pada masa dewasa.



Anak-anak bisa kok diajari dengan terbuka. Mereka diberi tahu, misalnya saat orang tuanya sedang mengalami krisis keuangan, jadi uang sakunya dikurangi. Tentu disesuaikan dengan bahasa anak-anak dan tidak disampaikan dengan cara menakut-nakuti.

Jika anak sudah diajari seperti ini maka mereka juga akan terbuka ke ayah dan bundanya. Misalnya ketika anak dipukul temannya, akan cerita. Bukannya ngumpet sambil nangis.

Read: Sayang, Mengapa Kamu Menangis?

Merengkuh dengan Kasih Sayang

Ssuatu sore ketika Padang masih kecil, dia takut untuk masuk rumah, karena celananya sobek. Bu Dini kala itu bilang tidak apa-apa. Yang penting bilang dengan jujur.



Namanya anak-anak yaa, kadang takut dimarahi. Tapi kita tuh wajib ingat bahwa kesalahan mereka (jika tidak fatal) wajib dimaafkan. Karena kasih-sayang adalah segalanya.

Menerangkan dengan Sabar

Sekitar tahun 70-an, Bu Dini dan keluarga mudik ke Indonesia. Kala itu Padang yang masih balita terkesima melihat ikan hidup. Bu Dini menerangkan dengan sangat sabar bahwa itu ikan yang biasanya di-fillet lalu digoreng dan dihidangkan di meja makan.

Daku sudah bilang berkali-kali di sini bahwa kunci parenting adalah SABAR. Jadi emang gak boleh emosian ke anak dan wajib mengajari dengan sepenuh hati.

Memotivasi agar Anak Terus Maju

Di salah satu bukunya, Bu Dini pernah bercerita kalau Lintang gagal dalam ujian di sebuah akademi. Putri sulungnya kecewa karena baru kali ini mendapatkan kegagalan. Akhirnya Bu Dini (yang sudah memisahkan diri dari ayahnya Lintang) menawarkan liburan di Prancis, sebagai pelipur lara.



Ketika berlibur, Lintang menangis tersedu—sedu. Bu Dini memotivasi dan berkata bahwa saingan untuk masuk akademi sangat banyak dan mereka lebih berpengalaman, juga lebih tua. Penyebabnya karena Lintang pernah masuk kelas akselerasi. Setelah liburan dan bertemu teman-temannya, Lintang kembali ceria.

Membebaskan Pilihan Karir Anak



Lintang bekerja sebagai pengajar dan yogi sedangkan Padang menjadi animator. Bu Dini tidak saklek dan mengatur bahwa anak-anaknya harus menjadi penulis seperti beliau, atau menempuh karir tertentu. Kala itu, sangat jarang orang tua yang membebaskan anak untuk bekerja di bidang apa, tapi Bu Dini memang lain dan sangat revolusioner.

Read: Review Buku Gunung Ungaran, Karya Terakhir NH Dini

Tetap Berkomunikasi Meski Jauh

Ketika Bu Dini pulang ke Indonesia, otomatis berpisah dengan anak-anaknya. Meski tinggal di beda benua (Lintang di Kanada dan Padang di Prancis) tapi mereka tetap berkomunikasi. Jika dulu hanya bisa lewat surat dan telepon, maka setelah tahun 2000-an komunikasinya via email.

Mendiang Bu Dini secara tidak langsung mengajar para pembaca untuk jadi ibu yang baik, yang sabar, dan penuh kasih-sayang. Tinggal kitanya bertanya ke diri sendiri, “Mampukah aku untuk sabar dalam mengajari anak?” Ayooooo semangat dalam membersamai anak-anak hingga dewasa.

Patah Hati Ketika Anak Sudah Tak Mau Ditemani

"Aku mau sendiri!'

Saladin tiba-tiba menolak untuk  ditemani sejenak sebelum tidur siang. Tak lama kemudian dia sudah terlelap di kamar. Sementara hatiku bagai terkena petir.

 

Iyaa. Tak terasa anakku sudah besar, sudah mau remaja. Dia belajar mandiri dan tak mau ditemani meski hanya berdua sebelum take a nap.

 


Penolakan dari Saladin sempat membuatku shock. Bagaimana tidak? Sejak bayi dia selalu lengket dalam gendonganku. Tidur siang minta ditemani. Namun sekarang dia sudah berani sendiri.

 

Leave Me Alone!

 

Bagiku yang biasa ke mana-mana berdua bareng bocah, makan bersama, menikmati gelendotannya, tentu kaget. Mengapa anak menolak untuk ditemani? Apa salahku?

 


Well, jangan menyalahkan diri sendiri. Anak yang sudah masuk usia pre teen emang belajar mandiri dan melepaskan ketergantungan pada orang tuanya. Seharusnya daku tidak perlu kaget terlalu lama.

 

Menyadari Bahwa Anak Sudah Besar

 

Memang anak selalu terlihat kecil di mata orang tuanya. Akan tetapi ortu, terutama ibu, harus sadar bahwa anak terus membesar. Mereka bukan bayi yang harus ditemani setiap waktu.



 

Fase Penerimaan

 

Setelah hilang rasa kagetku saatnya memasuki fase penerimaan. Menerima bahwa Saladin sudah berusia 12 tahun dan wajar jika dia ingin sendiri. Apalagi dia anak introvert yang butuh me time dengan ngumpet di kamar, sepulang sekolah.

 

Read: Mengasuh Anak Introvert 

 

Jangan Terlalu Mengekang Anak

 

Sudahlah. Ketika anak mulai remaja, jangan terlalu dikekang. Biarlah dia belajar mandiri dan memutuskan sendiri. Jika terlalu diatur dan dilarang malah bahaya karena bisa membuatnya kehilangan rasa inisiatif.

 

Menambah Dosis Keberanian

 


Lantas selanjutnya apa? Menambah dosis keberanian. Saladin mulai kulepas untuk mengikuti ramadhan camp (menginap di sekolah). Dia juga pernah liburan ke Sumber Sira hanya dengan teman-teman dan bunda guru, sementara daku santai di rumah.

 

Read: Saladin berani liburan sendiri

 

Terus Diajari untuk Mandiri

 

Memang ketika anak bertambah usia, yang ditambah adalah motivasi untuk mandiri. Bukan pemanjaan. Anak terus disemangati agar berani sendiri, bisa cuci piring sendiri, belajar mencuci baju, dll. Jadi pas dewasa tidak kaget karena sudah terbiasa.

 

Memahami Anak yang Beranjak Remaja 

 

Memahami anak yang sudah mulai besar memang bikin deg-deg ser. Dia bukan balita lagi yang bisa digendong, dipeluk, lalu diam. Akan tetapi dia memasuki fase antara anak dan dewasa.

 


Fase di mana anak belajar mengarungi kehidupan nyata. Belajar untuk mandiri dan tidak selalu ditemani ibunda. Belajar percaya diri dan mengambil keputusan sendiri.

 

Read: Campur Aduk Perasaanku saat Punya Anak Pre Teen

 

Punya anak pre teen memang nano-nano rasanya. Ini adalah waktuku untuk menyadari bahwa dia sudah besar dan makin mandiri. Jangan disuapin melulu, tapi diberi kepercayaan dan kasih-sayang.

 

 

Senin, 25 November 2024

Review Gunung Ungaran dan Hari-Hari Terakhir Bu NH Dini

 Siapa suka baca karya Bu Dini (alm)? Nah, daku tuh pertama baca karya beliau yang seri cerita kenangan (Sebuah Lorong di Kotaku, Padang Ilalang di Belakang Rumah, dll). Lanjut baca Pada Sebuah Kapal, La Barka, dan buku-buku beliau selalu dicetak ulang karena emang sebagus itu.

Daku bersorak karena ada buku Gunung Ungaran di Ipusnas. Langsung ngebut baca dong dan Alhamdulillah kelar dalam dua hari padahal tebalnya 403 halaman. Emang seperti apa isinya?



Mari kita lihat dulu  data bukunya:

Judul   : Gunung Ungaran, Lerep di Lerengnya, Banyumanik di Kakinya

Penerbit: Media Pressindo

Tahun  : 2018

Kehidupan NH Dini

Sama seperti buku-buku yang lain, Gunung Ungaran bercerita tentang kehidupan pribadi Bu NH Dini. Beliau memang sudah menulis beberapa buku mengenai kisahnya sendiri, jadi autobiografi yang berjilid-jilid. Kisah di sini berawal dari tahun 2006.



Pasca gempa Jogja, NH Dini pindah lagi dari Kota Gudeg dan kembali ke Semarang, kota masa kecilnya. Akan tetapi bukan di kota ya tapi di Semarang coret alias Ungaran.

Bu Dini pindah ke sebuah wisma yang dinamai sama dengan namanya. Kok bisa? Karena wisma itu dibangun atas prakarsa istri ex pejabat yang sangat perhatian dengan beliau. Wisma yang ada di Lerep, Ungaran, diharap menjadi tempat tinggal yang nyaman.

Pindahan Lagi

Akan tetapi Bu Dini lama-lama tidak betah di Lerep. Pertama, lama-lama tempat itu makin bising sehingga beliau kurang konsentrasi menulis. Kedua, ada gangguan dari ular, cacing, dan binatang yang tidak diharapkan. Ketiga, wisma dibangun oleh kontraktor dengan asal-asalan sehingga butuh banyak perbaikan dan biaya yang tidak sedikit.

                                  Bu Dini dan Lintang

Akhirnya Bu Dini pindah ke wisma lansia lain, masih di Ungaran. Di sana beliau lebih betah dan mulai beradaptasi. Kegiatan sehari-harinya: menulis, menerima tamu (para sahabat), menerima para mahasiswa yang konsultasi skripsi.

Tetap Aktif Ceramah di Mana-Mana

Bu Dini sangat mengagumkan karena di usia senja (di atas 70 tahun) beliau masih aktif memberi ceramah dan kuliah umum. Mulai dari di sebuah kampus di Bali sampai di tempat lain. Beliau juga  aktif di Akademi Jakarta sehingga secara teratur mengunjungi ibu kota.

                                 Bu Dini, Padang, dan Janet

Siapa pengen ke Ubud Writers and Readers Festival? Bu Dini berangkat ke Bali karena  menerima award dari Janet DeNefee, founder Ubud Writers and Readers Festival. Beliau datang dan ditemani oleh Padang, putra bungsunya.

Read: Launching Buku Gunung Ungaran

Menjadi Mbahnya Minion

Di buku Gunung Ungaran, Bu Dini meluruskan gosip mengenai beliau. Dulu jahat banget sih kalau ada yang bilang kalau beliau terpaksa tinggal sendiri di wisma lansia dan diabaikan oleh anak-anaknya. Padahal tinggal di wisma adalah keinginan beliau sendiri.



Lintang dan Padang (anak-anak beliau) juga sangat perhatian. Bahkan Padang selalu mengirimkan uang dengan jumlah yang lebih dari cukup. Tahu Padang? Beliau adalah Pierre Coffin, sutradara sekaligus kreator Minion.

Bu Dini dengan bangga menyebut bahwa beliau adalah mbahnya minion. Ketika premiere film, beliau bela-belain antri tiket, berdesakan, dan nonton di bioskop walau kursinya  kurang nyaman. Akan tetapi beliau sangat terharu karena putranya menjadi orang yang berhasil.

Motivasi dari NH Dini

Buku Gunung Ungaran sangat menarik karena gaya bertutur Bu Dini mengalir begitu saja. Pembaca bisa belajar story telling dari karya-karya beliau. Meski diselipi nasehat, tapi isinya tidak membosankan.



Satu hal yang daku suka dari buku Gunung Ungaran adalah Bu Dini (secara tidak langsung) memotivasi para pembaca untuk terus berkarya. Konsistensi adalah kunci. Beliau sejak muda sampai usia senja terus menulis setiap hari. Bahkan ketika sedang ke Prancis beliau juga masih nulis.

Membaca Gunung Ungaran bikin hati mencelos karena buku ini diselesaikan oleh Bu Dini di awal tahun 2018. Namun di akhir tahun beliau meninggal dunia karena kecelakaan lalu-lintas. Terima kasih, Bu Dini, karyamu akan selalu abadi.

Minggu, 24 November 2024

Ide Quality Time Ayah dan Anak

 Siapa yang merayakan hari ayah? Di bulan November ini memang ada hari ayah internasional. Seharusnya kita tuh enggak Cuma mengunggah foto ayah di sosial media. Akan tetapi juga melakukan kampanye agar ayah ikut mengasuh anak. Tujuannya supaya Indonesia tidak menjadi fatherless country. Salah satunya dengan cara quality time ayah dan anak.



Quality time itu sangat penting, lho! Jangan sampai anak hanya tahu nama dan rupa ayahnya. Akan tetapi jarang melewatkan waktu berdua. Akibatnya ada kekakuan dalam keluarga dan menyebabkan hubungan kurang harmonis.

Bagaimana Cara Quality Time Ayah dan Anak?

Quality time bisa dilakukan sejak anak bayi sampai remaja, bahkan dewasa, dan aktivitasnya disesuaikan dengan usia anak ya. Berikut ini beberapa contoh aktivitas yang bisa mendekatkan hubungan ayah dan anak:

Main Catur

Anak-anak kok diajak main catur? Justru karena mereka masih kecil, otaknya wajib dilatih dengan catur. Permainan ini bisa mengasah logika dan kemampuan berpikir anak. Jadi mereka bisa punya daya nalar yang kuat dan lebih mudah belajar matematika.



Bagaimana jika anaknya perempuan? Lho, catur itu tidak mengenal gender! Buktinya Indonesia juga punya pecatur wanita yang andal. Anak perempuan juga bisa kok diajari catur, biar lebih pintar dan logikanya jalan.

Memancing

Mancing mania, mantab! Bukan karena harga ikan di pasar mahal. Akan tetapi memancing itu mengajari anak untuk berlatih sabar dalam menunggu datangnya ikan. 



Jika ayah memancing bersama anak maka mereka juga belajar untuk cepat dan tangkas dalam menangkap peluang.

Memasak atau Bikin Kue

Ide quality time ayah dan anak yang berikutnyaa adalah memasak.  Mari normalisasi kehadiran ayah di dapur karena pria juga bisa masak, dan cooking adalah basic skill jadi  tidak mengenal gender. Jadi, ayah bisa masak atau bikin kue bareng anak di dapur.



Bikin yang mudah aja misalnya omelet, nasi goreng, puding, atau brownies pakai tepung premix. Anak-anak senang, semua kenyang.

Belanja Bersama

Kalau ada waktu (dan uang lebih) coba deh belanja bersama anak. Tak usah jauh-jauh, cukup ke minimarket dekat rumah. Saat belanja, ayah akan paham apa saja snack kesukaan anaknya dan makin sayang.

Akan tetapi sebelum belanja wajib bikin perjanjian dulu. Misalnya hanya beli 1 jenis minuman dan 2 jenis jajanan. Tentukan juga batas maksimal, misalnya beli minuman botol yang harganya paling mahal 6.000  rupiah. Bikin list belanja juga agar tidak ada yang lupa dibeli. Dompet aman, anak senang.

Menonton Film

Siapa suka nonton film? Nonton enggak harus di bioskop ya. Bisa dilakukan di rumah. Jadi ayah bisa setelkan film di TV atau laptop lalu nonton berdua bareng anak. Tapiii pastikan filmnya dari aplikasi legal ya!



Adda berbagai ide quality time ayah dan anak. Misalnya memasak dan bikin kue, nonton film, atau memancing. Yuk, para ayah meluangkan waktu untuk memperhatikan dan berkegiatan dengan anak, karena mereka sangat butuh kash-sayang dan bimbingan, tak hanya dari ibu tapi juga ayah.

Sabtu, 23 November 2024

Mengasuh Bukan Hanya Tugas Ibu

 “Ih, anaknya kayak gitu? Ibunya mana?"

Pernah gak sih dengar kalimat ini? Kalau ada anak kecil yang kucel, ibunya dianggap malas memandikan. Anak bajunya jelek, ibunya yang salah. 

 

Ketika prestasi anak menurun, ibunya disalahkan. Begitu juga saat anak malas ibadah, ibu lagi yang dibilang gak mau ngajarin. Nyesek? Iyaa.

 

 

                                      Pexels

                  

Tulisan ini terinspirasi dari seorang ibu yang anaknya bahkan sudah dewasa. Tapi masih dibebani tugas untuk membangunkan anak. Well, bukankah anak yang sudah remaja seharusnya bangun sendiri? Kalo kesiangan ya salahe dewe, telat? Kapok!

 

Ibu yang Terbebani

 

Menjadi ibu bisa jadi beban karena tugas yang bertumpuk-tumpuk. Mulai dari beberes rumah, mencuci, memasak, sampai mengasuh anak. Apalagi kalau anaknya lebih dari 3, urus ini-itu sampai mumet.

 

                                                   Pexels

 

Lantas mengapa hanya ibu yang dibebani tugas untuk mengasuh anak? Sudah capek, tidak disediakan pembantu rumah tangga, eh masih disalahkan saat anaknya jatuh. Padahal jatuh adalah hal yang biasa ....

 

Pengaruh Patriarki

 

Jawaban dari pertanyaanku adalah: patriarki. Beneran gemes ih! Kebanyakan orang menuntut ibu yang mengasuh anak. 

 

Read: Ibu yang Selalu Disalahkan

 

Jika ayah yang mengasuh maka dia dianggap suami takut istri, kehilangan wibawa, dll. Padahal ini anak berdua kan? Ngasuhnya juga berdua dong!

                                       Unsplash

 

Kalaupun ayah masih kikuk menggendong atau memandikan balita maka bisa kasih dukungan lain. Misalnya membelikan lauk (biar istri gak capek masak), membawakan baju kotor ke laundry, dll. Bantu istri gak ada salahnya kan? Lha istrinya sendiri kok.

Jangan Salahkan Ibu

 

Yuk normalisasi untuk tidak menyalahgunakan ibu. Benar-benar lho netizen bisa jahat banget. Menilai seorang ibu gak becus padahal dia sudah berkorban jiwa-raga, pikiran, perasaan, darah, dan air mata untuk mengasuh anak. Tapi malah disalahkan gitu aja.

 

Di Mana Peran Ayah?

 

Peran ayah sangat penting dalam pengasuhan dan tidak boleh dilalaikan. Jika rumah adalah sekolah pertama maka ayah adalah kepala sekolahnya. 



                                                 Pexels                

 

Ayah jangan cuma pulang kerja, mandi, makan, ngopi, ngudud, lalu tidur. Anaknya dicuekin. Lalu ketika anaknya sudah besar malah disuruh berbakti. Hmmm.....

 

 

Para Ayah Sadarlah

 

Para ayah, sadarlah! Anak butuh kasih-sayang dan arahan. Jangan dicuekin melulu.

 

Di akhir Minggu kan bisa diatur. Misalnya main catur berdua bareng anak, mengajari cuci motor atau memancing, dll. Quality time antara ayah dan anak itu sangat penting.

                                               Pexels

 

Apalagi jika anaknya perempuan. Harus lebih diperhatikan. Bukankah cinta pertama anak perempuan adalah ayahnya? Bagaimana bisa jadi ayah idola kalau di rumah hanya numpang tidur? 

 

Suara Ayah Lebih Didengar

 

Mengapa peran ayah dalam pengasuhan sangat penting? Karena suara ayah sesungguhnya lebih didengar. Anak biasanya lebih nurut lho jika ayah yang nyuruh. Tapi dengan catatan ayah harus perhatian dulu.

                                                    Unsplash    

Sudahkah ayah memeluk anak hari ini? Atau mendengarkan cerita mereka? Yuk lebih perhatian lagi karena mengasuh anak bukan hanya tugas ibu tapi tugas berdua.