Enak banget ya jadi
istri presiden!
Mungkin itu ada di
pikiran banyak orang. Menjadi first lady tentu
menyenangkan. Bisa tinggal di istana, diberi fasilitas nomor satu, keliling
Indonesia bahkan ke luar negeri dengan pesawat kepresidenan, dll.
Akan tetapi hal itu
tidak selalu benar karena namanya juga kehidupan. Pasti ada sisi manis dan
pahitnya. Begitulah yang dikatakan oleh Bu Ani (Kristiani Herrawati) yang
menjadi first lady tahun 2004-2014.
Semua pengalaman ini dituliskan oleh Alberthiene Endah dalam buku ‘Ani
Yudhoyono: 10 Tahun Perjalanan Hati’.
Pertama
Kali Tinggal di Istana
(Mantan) Presiden SBY
kala itu terpilih menjadi presiden dan beliau langsung memutuskan untuk tinggal
di istana. Alasannya karena kediaman pribadi ada di Cikeas dan beliau tidak mau
merepotkan pengamanan jalan tiap pagi, dan membuat rakyat biasa harus mengalah.
Lagipula beberapa presiden Indonesia juga tinggal di sana, dan memang
diperbolehkan.
Hal ini tentu membuat
Bu Ani deg-degan karena suasana istana yang terlihat ‘dingin’ saking besarnya. Bahkan
untuk makan sahur pun harus berjalan kaki sekian meter ke ruang makan. Jam 2
pagi beliau juga harus tampil rapi, karena istri presiden tentu tidak boleh
memakai daster atau baju rumahan saat keluar kamar.
Indonesia
Digempur Bencana
Baru saja menjadi presiden,
SBY diberi cobaan berupa gempa di Papua dan tsunami Aceh. Beliau langsung
bergerak cepat ke lokasi kejadian dan mengkoordinasi penyelamatan dan
distribusi bantuan. Sayangnya suara-suara sumbang mulai berdatangan dan ada
celetukan ‘presiden pembawa sial’, padahal siapa sih yang mau negaranya terkena
bencana?
Membuat
Program demi Kemaslahatan Rakyat
Bu Ani berusaha sabar
dan berbesar hati lalu fokus pada program-programnya. Di antaranya rumah
pintar, mobil pintar, dll. Harapannya makin banyak anak mendapatkan akses buku
berkualitas dan makin cerdas. Beliau juga membuat program ‘Istura’ alias istana
untuk rakyat, anak-anak kecil sampai dewasa boleh mengunjungi istana dan
belajar sejarahnya.
Menjadi
Nyonya Rumah yang Baik
Salah satu tugas first lady adalah jadi nyonya rumah yang baik, ketika ada acara seperti tujuhbelasan, atau saat ada kunjungan kepala negara lain di istana. Bu Ani berusaha menampilkan wajah Indonesia di istana dan memberikan souvenir khas negara kita.
Read: Review Buku Ani Yudhoyono, Kepak Sayap Putri Prajurit
Beliau juga memberikan contoh dengan
berkebaya dan memakai kain etnik, sebagai representasi wanita Indonesia.
Tidak
Bebas ke Mana-Mana
Akan tetapi ada tidak enaknya menjadi istri presiden. Mau ke mall atau supermarket jadi tidak bebas. Menerima kunjungan kerabat pun tidak bisa sesering dulu, karena berbenturan juga dengan kesibukan.
Bahkan ketika Bu Ani ‘menyamar’ dengan memakai kacamata hitam dan
ingin berbelanja, di sela-sela kunjungan ke daerah, langsung gagal karena
selalu dikenali oleh rakyat.
Sakit
CTS
Di buku ini, Bu Ani
juga bercerita bahwa beliau pernah merasakan sakit frozen shoulder dan ada posisi saraf yang harus dibetulkan. Operasi
dilakukan di Amerika karena dokter Indonesia terlalu nervous (takut salah). Sedangkan di Amerika dokternya sudah sangat
berpengalaman untuk mengatasi CTS dan penyakit-penyakit lain.
Fitnah
yang Kejam
Hal tidak enak lainnya
saat menjadi istri presiden adalah suara-suara sumbang bahkan menjurus ke
fitnah kejam. Contohnya saat Bu Ani akan operasi ke Amerika. Padahal beliau
terbang dengan pesawat komersil, bukan pesawat kepresidenan, tapi masih dituduh
memakai uang negara.
Ibas (putra bungsu SBY)
juga jadi sasaran fitnah karena suka memakai baju lengan panjang. Ada rumor
bahwa lengan panjang itu untuk menutupi tato, bekas suntik, dll. Fitnah ini tentu
saja sangat kejam karena tidak berdasarkan fakta.
Bu Ani telah menghadap
Tuhan tahun 2019 lalu (al fatihah). Selama 10 tahun menjadi first lady, beliau sangat concern pada kebudayaan, kesenian,
kecerdasan anak-anak, dll. Satu dekade telah terlalui dan beliau bahagia karena
bisa merangkul masyarakat, dan tetap dicintai meski masa jabatan SBY sudah
berakhir.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar