Kamis, 16 Oktober 2025

Amilia Agustin, Ratu Sampah yang Peduli Lingkungan

Siapa yang kesal kalau ada orang lain yang suka buang sampah sembarangan? Padahal ada tempat sampah tapi malah ada oknum yang naruh bungkus makanan di pot bunga. Pernah juga daku mergokin orang yang sengaja buang kaleng bekas minuman dari jendela mobil, di tengah jalan!

Padahal di mana-mana sudah ada tulisan “dilarang buang sampah sembarangan”. Tempat sampah juga selalu disediakan, dan juga dipisah antara sampah basah, sampah kering, dan sampah bekas elektronik, warna tong sampah juga dibedakan. Namun kemauan untuk buang sampah di tempatnya masih belum bisa ditaati.

Menumpuknya sampah juga berbahaya karena bisa mengganggu pemandangan, menimbulkan penyakit, bau, dan juga banjir. Ingat ya, jangan sampai melempar sampah seenaknya, apalagi di tempat umum. Apalagi kalau sampahnya adalah kulit pisang yang bisa membuat orang lain celaka.

Tapi berkat sampah ada seorang gadis yang meraih penghargaan. Kok bisa? Bagaimana caranya? Yuk simak cerita tentang Amilia Agustin.

Amilia Agustin si Ratu Sampah

Kita kembali ke tahun 2010 di sebuah SMP. Kala itu Amilia melihat sampah yang menumpuk di sebuah gerobak, dekat area sekolah. Di sebelahnya, ada bapak tua yang asyik makan tanpa cuci tangan terlebih dahulu. Perasaan bersalah menyelusup kalbunya, apakah kemasan makanan dan sampah lain berasal dari sekolahnya?



Amilia bercerita ke guru biologi sekaligus pembina ekskul KIR, Bu Nia. Gadis yang waktu itu ikut ekstra kulikuler KIR (Karya Ilmiah Remaja) khawatir akan sampah dan dampaknya. Kemudian Bu Nia mengarahkan Amilia dan teman-teman KIR untuk datang  dan belajar di Yayasan Pengembangan Biosains dan Bioteknologi (YPBB), yang bergerak di bidang pengomposan dan pemilahan sampah.

Kemudian, Amilia dan teman-teman di ekskul KIR membuat dua jenis tempat sampah, untuk sampah anorganik dan organik. Awalnya malah diprotes guru lain karena tempat sampah terbuat dari kardus bekas. Ketika kardus itu dihias dengan kertas kado, malah disepak dan dijadikan mainan oleh murid laki-laki.

Amilia berusaha agar mendapatkan lebih banyak dukungan. Lantas ketika MOS (Masa Orientasi Siswa), dia dan anggota KIR lain mengkampanyekan gerakan cinta lingkungan. Saat ada acara lain di sekolah, mereka juga terus mempromosikan program ini.

KIR menambah subdivisi demi sekolah bebas sampah yang dinamai Go to Zero Waste School. Program ini akhirnya mendapatkan lebih banyak dukungan.

Berkat keberanian dan usahanya, Amilia mendapatkan julukan si Ratu Sampah. Dia tidak marah karena teman-temannya memanggil seperti itu. Dengan sebutan Ratu Sampah, Amilia malah bangga.

Mengubah Sampah jadi Berguna

Amalia kemudian membuat proposal yang dinamai Zero Waste School. Proposal itu dikirim ke Ashoka Indonesia, yang punya program Young Changer. Tak disangka, proposal diterima dan Amilia menerima uang bantuan sebanyak 2,5 juta rupiah. Tentu saja duit itu untuk biaya operasional agar Go to Zero Waste School berjalan dengan lancar.



Program Go to Zero Waste School dijalankan oleh Amilia, tentu dengan dukungan para guru, kepala sekolah, dan teman-temannya. Dalam program ini sampah dibagi jadi 4 klasifikasi yakni sampah anorganik, organik, tetrapak, dan sampah kertas. Diusahakan agar tidak ada sisa sampah yang merugikan orang lain. Lalu sampahnya diapakan dong?

Sampah-sampah tersebut tidak dibakar tapi diolah menjadi barang-barang yang berguna. Teman-teman masih ingat kan program 3 R? Reduce, reuse, recycle. Jadi Amilia dan teman-teman me-recycle sampah sehingga jadi lebih bermanfaat.

Tapi kan Amilia kala itu masih sibuk sekolah? Dalam menjalankan program ini, dia dibantu oleh wali murid. Mereka mengubah sampah bekas bungkus kopi menjadi tas. Gadis itu membuktikan bahwa sampah kalau diolah bisa menjadi ‘emas’ yang sangat bermanfaat.

Penerima SATU Indonesia Awards Termuda

Berkat usaha dan kegigihan Amilia dalam mengolah dan mengelola sampah di lingkungan sekolah, dia mendapatkan penghargaan SATU Indonesia Awards tahun 2010. Padahal kala itu dia masih berusia 14 tahun. Bu Nia yang mendaftarkan Amilia dan dia berhasil menjadi salah satu pemenangnya.

Amilia tak menyangka bahwa dia menjadi peraih SATU Indonesia Awards, apalagi dia menjadi pemenang dengan usia yang paling muda. Sedangkan penerima penghargaan lain rata-rata adalah mahasiswa dan pekerja.

Jadi, ketika Amilia diwawancara oleh wartawan, mereka salah sangka. Dikiranya yang bernama Amilia adalah ibunya, padahal sang putri. Gadis remaja ini membuktikan bahwa usia tidak jadi penghalang dalam membuat program yang bermanfaat, dan dia sangat bersyukur karena menerima penghargaan SATU Indonesia Awards tahun 2010.



Saat ini Amilia sudah bekerja dan mendapatkan SATU Indonesia Awards adalah salah satu hal terbaik dalam hidupnya. Dia masih bermimpi untuk membuat sekolah dengan kualitas bagus di pedalaman. Sungguh keinginan yang bermanfaat ya, dan semangatnya patut ditiru.

Sampah bukan lagi momok yang menakutkan. Akan tetapi sampah bisa diolah jadi tas dan benda-benda lain yang berguna, asal kita tahu caranya. Sosok Amilia menginspirasi banyak orang untuk cinta lingkungan dan me-recycle sampah sebaik mungkin. #APA2025-PLM

 

 

Sumber tulisan:

https://wartapena.com/amilia-agustin-meriahkan-adiwiyata-learning-center-goes-to-school-2017/

https://tokohinspiratif.id/amilia-agustin/


Tidak ada komentar:

Posting Komentar