Sabtu, 06 April 2024

Stop Normalisasi Kekerasan Terhadap Anak

 Siapa suka nonton Nikita Willy? Ehh tapi belakangan dia viral bukan karena film atau sinteron terbarunya. Namun karena video pendek, saat sang anak tidak sengaja menjatuhkan barang.

Nikita tidak teriak atau mencak-mencak. Dia hanya bilang astaghfirullah (meski sambil melotot). Sang anak langsung bilang, “Maaf, Bu.” Aah, betapa manisnya melihat si kecil sudah bisa meminta maaf.



Tapii tapii tanggapan netizen kok gini sih? Mayoritas bilang, “Ya iyalah, mana bisa dia marah karena dompetnya tebal! Beda dengan ibu-ibu lain (yang dari kelas menengah-ke bawah) yang langsung ngamuk kalau anaknya menjatuhkan barang (meski tidak sengaja).

Tidak Marah Karena Dia Kaya?

Apakah benar kalau kestabilan emosi berkaitan erat dengan ketebalan dompet? Memang sih segalanya butuh uang. Namun bukan berarti ibu-ibu yang belum sekaya Nikita pada galak semua. IMHO sih tergantung didikan dan background keluarga juga.



Didikan keluarga memang beda-beda ya. Ada yang orang tuanya halus. Namun ada juga yang galak. Sayangnya ada juga yang ketika emosi tidak hanya ngomel tapi juga main tangan (mencubit, menjewer, atau memukul dengan sapu / benda lain).

Tidak semua ibu yang berasal dari kalangan menengah (atau menengah ke bawah) itu galak. Kalau ada yang kelihatan pemarah bisa jadi itu karena karakternya. Dikau setuju, tak?

Orang tua yang Penuh Kasih Sayang Bukan Berarti Anaknya Manja

Daku pernah baca (lupa di mana) kalau ada orang tua (atau salah satu ortu) yang lemah lembut, berarti dia punya tangki cinta yang penuh. Ketika kecil dulu dia dibesarkan dengan kasih sayang sehingga saat dewasa dan punya anak, dia melakukan hal yang sama. Namun sayangnya ada yang menyanggah, “Alah, disayang-sayang nanti juga manja anaknya. Cemen!”

HOOI NAMANYA ANAK YA DISAYANG AMA ORTU, KALAU BUKAN AMA ORTU SIAPA LAGI? Gedeg bener kalau ada orang yang meremehkan seperti itu.



Lagipula manja atau tidak ya lagi-lagi tergantung didikannya. Kalau ibunya halus tetapi melatih anak untuk rajin beberes dan masak, ya di masa depan ia akan jadi rajin. Disayang bukan berarti manja.

Hentikan Kekerasan Terhadap Anak

Daku sekarang mengkampanyekan gerakan anti kekerasan terhadap anak. Stop normalisasi KDRT terhadap anak dengan alasan apapun. Bayangin aja ya, anak sudah dikandung selama 9 bulan, begitu lahir malah dicubitin? Gileee…..

Bayangkan kalau dikau ada di posisi anak. Apa tidak sakit fisik dan sakit hati ketika nyaris tiap hari dimarahi dan dipukuli? Namun saat protes malah dibilang anak durhaka. Kalau seperti ini siapa yang salah?

Sampai Diancam dengan Knife?

Bener-bener lho saat daku riset di media sosial (sebelum nulis artikel ini) dan menemukan satu komentar netizen yang sangat menohok. Katanya, saat kecil dia pernah ditakut-takuti dengan pisau (saat rewel). Ya Tuhan, meweek…..



Habis baca komennya daku langsung teringat cerita di suatu buku, yang diangkat dari kisah nyata. Kok bisa ada anak kecil yang dipanggil dengan sebutan it (dianggap setara dengan benda atau binatang). Bahkan si anak juga pernah mendapatkan kekerasan dengan senjata tajam oleh orang tuanya sendiri.

Kasus Arie Hanggara

Enggak usah jauh-jauh (karena kisah dalam buku itu terjadi di luar negeri). Di Indonesia juga pernah ada kasus viral di tahun 80-an. Saat ada anak bernama Arie Hanggara meninggal karena KDRT oleh ayah kandung dan ibu tirinya.



Saking ramenya kasus si Arie, sampai dibikin film. Nah, kalau dikau mau nyubit anak, coba deh nonton atau baca kisahnya. Efek KDRT sangat fatal lho, jangan sampai nyawa anak jadi melayang.

Parenting Halus vs Spartan

Kembali ke mbak Nikita. Gara-gara videonya jadi ada perdebatan di sosial media. Katanya sih anak harus dididik dengan cara Spartan agar mereka tahu kerasnya hidup. Sementara untuk cucu crazy rich seperti Issa (anaknya Nikita) dididik dengan halus karena dia sudah punya privilege sebagai modal mengarungi kehidupan.

Disiplin Tidak Harus dengan Kekerasan

Padahal disiplin tidak harus dengan kekerasan. Sebenarnya anak tuh pinter lho. Asal dia diberi tahu mengapa beberes itu penting, mengapa dia harus belajar mandiri, maka dia akan semangat dan bisa melakukan semuanya sendiri. Memotivasi jauh lebih efektif daripada menakut-nakuti.



Daku lebay? Karena sampai berpikir jauh seperti ini: anak yang jadi korban KDRT bisa jadi menganggap kekerasan adalah hal yang biasa. Nanti ketika besar dia bisa dengan mudah menempeleng anak dan istrinya sendiri. Paling parah kalau dia jadi masokis kayak di film FSOG. Seraam.

Kesimpulannya, jangan menormalisasi KDRT terhadap anak, dengan alasan apapun. Anak masih dalam tahap belajar, kalau melakukan kesalahan ya diajari dengan sabar. Bukannya diamuk sampai dia memar dan sakit hati.

8 komentar:

  1. Setuju dengan tulisan ini. Spartan atau tidaknya cara mendidik anak, tidak bisa diukur dengan jumlah kekayaaan.

    BalasHapus
  2. Bener deh, latar belakang didikan orang tua dulu sangat oengaruh kepada pola asuh kita sekarang. Padahal sudah berusaha mengambil yang baik-baiknya saja. Eh, kadang yang jeleknya juga kebawa 😭

    BalasHapus
  3. Iya tuh, KDRT orangtua kandung terhadap anak kok masih banyak terjadi ya. Ga mesti kaya raya kayak Nikita untuk welas asih kasih sayang kepada anak, yang penting beriman dan paham ilmu parenting lah hehehe. Pola asuh kemandirian anak juga bagus dilakukan sedini mungkin dengan cara yang baik.

    BalasHapus
  4. kadang tanpa disadari kekerasan sering sekali terjadi disekitar kita dan terasa wajar. Harus disadari bahwa ini akan meninggalkan luka yang sangat dalam buat anak. Harus ada bantuan dari orang sekitar, untuk mencegah dan menghentikan. Janagn sampai pula kita jadi bagian kekerasan itu yah

    BalasHapus
  5. aspek ekonomi memang bisa menjadi salah satu beban pikiran yang menyedot energi, tp tidak bisa menjadi pembenaran untuk melakukan kekerasan kpd anak. mereka jg kan tidak serta merta hadir, tp atas kesadaran kita jg. ini pentingnya ilmu, tidak usah jauh2 teladai saja sudah bagaimana Rasulullah mendidik dengan tegas tidak keras.

    BalasHapus
  6. Setuju bgt. Anak yg dididik dgn lemah lembut & kasih sayang saat kecil, besarnya dia juga akan seperti itu. Kalo sebaliknya ya pasti jadi kasar. Mesti punya kesabaran ekstra memang utk mendidik anak. Hrs ingat kalo anak iti anugrah, bukan bencana sehingga harus dirawat dgn kasih sayang.

    BalasHapus
  7. Jadi orang tua memang tidak mudah, salah satunya harus sangat bijak mengelola emosi, termasuk emosi terhadap anak. Jangan sampai mereka jadi korban atas emosi orang tuanya yang tidak stabil

    BalasHapus
  8. Setuju, banyak cara lembut penuh kasih sayang dalam mendidik anak, termasuk memberikan ketegasan dan kedisiplinan pada anak bisa dengan cara yang baik dan lembut. Namun sebelum itu penting bagi para orang tua untuk selalu belajar melalui beragam media, karena apabila tidak belajar maka dalam mendidik anak orang tua hanya akan mewarisi didikan orang tuanya zaman dulu kepadanya saat kecil dulu ketika mendidik anaknya sekarang.

    BalasHapus