Rabu, 06 Mei 2015

Bekerja dari Rumah: Tantangan Menjadi Dasterpreneur Profesional

Apa yang ada di pikiran anda tentang penampilan wanita karir? Berangkat ke kantor memakai blazer, bibir merah bergincu, tak lupa mengenakan sepasang sepatu. Oo itu dulu. Sekarang wanita karir bisa kerja hanya pakai daster, tanpa alas kaki. Kok bisa? Karena mereka bekerja dari rumah.

Kalau dulu, wanita yang bekerja dari rumah biasanya buka salon atau toko peracangan. Namun sekarang ada lebih banyak pilihan karir. Misalnya jadi content writer, penerjemah freelance, dropshipper, maupun buka toko online. Semua bisa dikerjakan sendiri, asal ada "peralatan perang" seperti laptop, modem, dan smartphone.

Merintis karir di rumah berarti menghemat pengeluaran transportasi, dan tak usah pusing menghadapi kemacetan di jalan. Hemat uang untuk beli  siang. Gajinya? Setiap fee akan ditransfer ke rekening. Asyik!

Kerja dari rumah memang menyenangkan, sudah hampir empat tahun saya mengerjakannya. Apa yang membuat saya memutuskan bekerja dari rumah? Karena ada pengalaman buruk di masa kecil. Seorang pengasuh pernah mencekik leher saya karena tidak mau makan siang. Saat itu saya berpikir jika besar nanti akan menjadi ibu rumah tangga saja, jika bekerja maka harus dikerjakan dari rumah. Sehingga anak akan ada di bawah pengawasan ibu kandungnya.

Bisnis percetakan menjadi ladang usaha saya -  dan suami. Mengapa percetakan? Karena dulu suami pernah magang di sebuah percetakan. Beliau bisa mendesain (walau dipelajari secara otodidak). Dan saya bertugas sebagai marketing online dan akuntan, sekaligus admin. Dengan dibantu tiga karyawan kami bahu membahu, bekerja dengan rajin.

Banyak pengusaha yang kesulitan modal, sedangkan kami memanfaatkan keadaan untuk mendapatkan modal. Setelah resepsi pernikahan, seluruh uang di dalam amplop -  pemberian para tamu- dikumpulkan. Alhamdulillah bisa untuk beli mesin cetak mini. Laptop sudah ada, walau spesifikasinya standar, bukan khusus untuk mendesain. Kalau ada program Photoshop dan CorelDraw, cukuplah.

Sebagai marketing, tugas saya adalah online di berbagai social media. Online nya bukan sekedar pasang status, tapi sambil promosi terselubung. Seringnya sih pasang status dagangan di grup jualan atau fanpage, agar teman-teman tidak jengah melihat status saya yang iklan melulu.

Setelah ada klien menghampiri, baru saya catat pesanannya. Misalnya, berapa lembar undangan, mau warna apa, dll. Setelah jadi di satu folder baru diserahkan ke desainer grafis dan dibuatkan desainnya. Setelah deal, mereka transfer dp. Tugasnya bagian produksi untuk mencetak dan finishing. Setelah barang dilunasi, baru diantar ke rumah klien atau dikirim ke kota mereka via ekspedisi.

Banyak sekali kenikmatan yang didapat ketika bekerja dari rumah. Yang utama adalah saya bisa menghasilkan uang tanpa meninggalkan si kecil di rumah. Bisa bebas memandang wajahnya, bermain dengannya tanpa takut ketinggalan momen penting. Misalnya saat ia pertama kali merangkak, duduk, berjalan, dll.

Rapat dengan klien juga bisa diadakan dengan santai. Mereka datang ke rumah, dijamu di ruang tamu. Membicarakan pesanan sambil minum kopi. Melihat desain di laptop, lalu jika deal, bayar uang muka.
Soal busana? Ketika kerja di depan laptop, saya bisa bebas pakai daster. Istilahnya dasterpreneur. Toh tak ada yang tahu, saya pakai baju apa (kecuali bila mereka ingin video call, hehehe). Jadinya hemat pengeluaran untuk membeli kemeja, blazer dan bermacam baju formal yang biasanya dikenakan oleh karyawan kantoran.

Fleksibilitas juga menjadi kenikmatan bagi pekerja di rumah. Tidak harus kerja dari jam 8 pagi sampai jam 5 sore. Jika hari ini sudah berencana mengisi blog jualan, tapi anak minta dikeloni, ya..Menunda dulu sampai ia tertidur pulas.Saat tengah malam pun bisa bekerja, mendata stok kertas, melayani pertanyaan calon klien, dll.
Intinya adalah manajemen waktu. Bangun tidur, beribadah, lalu cek bbm dan inbox fb. Setelah itu belanja, memasak, baru mengerjakan tugas, seperti beriklan di sosial media, menulis laporan keuangan, dll.

Keuangan pengusaha dan karyawan juga jauh berbeda. Jika karyawan gajian tiap awal bulan, pengusaha gajian tiap hari. Kok bisa? Enak banget! Ya, kalau ada klien yang transfer hari itu ya otomatis dapat uang. Besoknya, jika ada klien yang transfer lagi, meraup duit lagi.

Adanya gadget dan smartphone juga sangat membantu pekerjaan sebagai pengusaha. Bayangkan, berapa biaya yang harus dihabiskan jika klien dari luar kota menelepon interlokal? Dengan chatting di fb maupun bbm mereka bisa menyampaikan pesanan tanpa takut kehabisan pulsa. Praktis! Jika ada gambar yang dikirim via bbm, bisa dikirim ke laptop via bluetooth.

Tapi ada saja yang berpendapat miring kepada freelancer yang bekerja dari rumah. Karena kerja tanpa kantor formal dengan memanfaatkan teknologi adalah sesuatu yang baru. Seringkali freelancer dan pengusaha yang bekerja dari rumah dianggap pengangguran (karena penghasilannya naik turun dan tak punya slip gaji) . Atau dituduh punya piaraan "makhluk halus" karena tidak kelihatan kerjanya apa, tahu tahu beli kulkas baru. Beneran lho, ini salah satu cerita kawan saya yang dulu berjualan online di salah satu blog social media. Tetangganya bergunjing, dia jarang keluar rumah kok bajunya tambah bagus, perhiasannya banyak, dll.

Bekerja dari rumah juga bisa bikin wanita gemuk. Karena online di social media, bbm- an dengan klien selalu dilakukan dengan posisi duduk. Kalau lapar tinggal comot cemilan di sebelah, nyam! Atau delivery order saja. Kurangnya gerak, ditambah dengan tingginya kalori dan lemak yang dikonsumsi bisa bikin melar.

Selain itu juga rawan kena wasir. Lagi lagi karena terlalu banyak duduk dan kurang olahraga. Jadi untuk mengatasi penyakit ini sekaligus memerangi kegemukan,saya melakukan peregangan atau yoga, selama 30 menit, setiap pagi. Cemilan penuh lemak seperti roti manis diganti dengan apel dan melon. Sejam sekali bisa bolak balik ke dapur untuk mengambil air putih. Dan jika sedang offline ya jalan jalan plus mengejar anak saya yang suka berlari, hehehe. Lumayan, berat badan turun 6 kg dalam 4 bulan.

Deadline juga bisa jadi momok yang mengerikan. Bayangkan, saat tanggal merah, seisi rumah asyik berlibur atau belanja di mall (saya masih tinggal bersama ibu). Sementara saya berkutat di depan laptop, menyelesaikan pekerjaan. Atau membantu bagian produksi, memotong kertas atau finishing undangan. Jika sudah dekat dengan  deadline, otomatis waktu tidur berkurang.

Jadi jika ingin berlibur bersama keluarga harus mencermati kalender, lalu dua minggu sebelum hari-h mengurangi volume pekerjaan. Dan tak lupa memasang status (di fb dan bbm) "libur selama 2 hari", agar klien tak kecewa. Liburan menjadi penenang jiwa, untuk menghindari kebosanan. Maklum, kerjanya di rumah saja. Keluar rumah hanya untuk belanja atau jalan jalan bersama anak.

Saya tak boleh asal menerima order, lihat lihat dulu keadaan di rumah. Ketika anak sakit, padahal banyak order, harus berani menolak. Pasang status "slow response, anak sakit", agar calon klien tak salah faham. Kalau ada klien yang gak terima ya..sudahlah. Mungkin belum rejeki.

Lalu bagaimana cara menyeimbangkan antara pekerjaan dan tugas sebagai ibu rumah tangga? Di siang hari, saya online pakai hp, sambil mengasuh anak. Sambil menstimulasi motoriknya bisa curi curi waktu membalas bbm klien. Setelah ia tidur baru bisa bekerja dengan tenang.

Jika banyak order dan tidak sempat memasak ya beli lauk sajalah. Urusan beres beres rumah diserahkan pada prt. Intinya adalah manajemen waktu dan delegasi.

Mananajemen waktu berarti efisiensi waktu dan disiplin kerja. Walau saya sering berpromosi di facebook bukan berarti bisa fb-an seenaknya. Sesekali sajalah bikin status pribadi, sisanya ya beriklan di grup jualan. Kalau terlalu asyik chatting dengan teman, berapa banyak waktu yang habis di depan gadget? Lebih baik offline, bermain dan mengasuh anak. Remember, time is money!

Manajemen keuangan juga harus ditertibkan. Tulis setiap pemasukan dan pengeluaran usaha di sebuah buku, atau buat file excel-nya. Jadi bisa menghitung omzet bulan ini berapa, juga sebagai evaluasi, apakah pendapatan naik atau malah turun. Pisahkan dompet pribadi dan dompet untuk perusahaan. Hal ini dilakukan untuk menjaga profesionalisme sebagai pebisnis.

Setiap malam, sengantuk ngantuknya, harus menulis evaluasi harian. Agar besok tak mengulangi kesalahan yang sama. Plus menulis rencana kerja esok hari. Tak hanya rencana harian, tapi juga ada rencana mingguan, bulanan, bahkan tahunan. Agar bisnis benar benar "business" bukannya "busy-ness" (kesibukan-sekedar membunuh waktu agar tak bosan di rumah).

Saya sadar bahwa bisnis ini adalah sumber penghasilan utama keluarga. Jadi selain disiplin, harus menepati janji, semangat, dan sabar. Kalau kehilangan motivasi, malas bekerja, nanti anak makan apa? Karena masih dalam tahap merintis (lima tahun pertama), maka harus sabar untuk memetik hasilnya di kemudian hari. Saya berkaca dari pengalaman Tante yang baru sukses setelah sepuluh tahun berbisnis furnitur.

Selain itu hal yang harus diperhatikan adalah etika. Dilarang meng-add orang baru hanya untuk berpromosi, atau langsung menawarkan jasa via inbox. Atau yang lebih parah lagi, mengetag seluruh teman di fb di status promosi. Bahkan saya pernah melihat seller yang mencak mencak karena ada seller lain yang numpang jualan di page-nya atau di kolom komentar thread iklan-nya.

Walaupun bekerja di rumah, sebaiknya jaga penampilan jika ada klien yang datang ke rumah, untuk menambah kesan profesional. Tanggalkan daster sejenak, ganti dengan baju yang lebih rapi. Berikan seulas senyum yang ramah pada mereka.

Saya harus banyak belajar tentang manajemen waktu dan membangun jejaring nih. Dan semuanya bisa dibaca di buku “Sukses Bekerja dari Rumah”. Pasti disana ada tips dan trik yang bermanfaat untuk bisnis percetakan saya. Dan juga ada profil para wanita yang sukses bekerja dari rumah, mereka inspiratif.



Bekerja dari rumah memang asyik dan banyak tantangannya. Betapa nikmatnya bisa mendapat penghasilan sambil mengasuh dan mengawasi buah hati dari dekat. Jadilah pekerja profesional dan uang akan mengejar anda.