Selasa, 31 Oktober 2023

Review Buku Catatan Cinta Ibu dan Anak dan Diskriminasi Pelayanan Kesehatan

 

Penulis: Pipiet Senja dan Adzimatinnur Siregar

Tebal: 256 halaman

Tahun:  2010

Bisa dibaca di: aplikasi Ijak

Siapa tak kenal Pipiet Senja? Penulis super seniorrr yang bahkan cerpennya udah daku baca sejak tahun 80-an (iyaa dulu papaku kerja di salah satu majalah wanita dan ada beberapa cerpen beliau di majalah-majalah tersebut). Eh dulu daku bacanya tahun 90-an waktu masih SD wkwk harusnya belum boleh baca majalah dewasa ya.

Kali ini Bu Pipiet Senja bercerita (nulis duet bersama putrinya si Butet alias Adzimatinnur Siregar). Bukan novel sih tapi lebih ke memoar/catatan hidup, ketika beliau dirawat di RS, karena operasi besar. Sebenarnya bagian si Butet di memoar ini hanya 30% bagian akhir, tapi tetap nyaman untuk dibaca.


 

BTW Butet dan kakaknya Haekal juga penulis lho! Keren banget ya keluarga ini. Eh intronya malah kepanjangan, berikut ini ulasannya.

Review Catatan Cinta Ibu dan Anak

Anak mana yang tidak sedih ketika melihat ibunya sakit? Itu yang dirasakan oleh Butet. Dia yang sibuk kuliah, organisasi, wajib mendampingi ibunya ke RS. Namun tak ada yang disesali atau dikeluhkan karena ia sangat sangat ikhlas.

                                             Bu Pipiet Senja
 

Ya, Bu Pipiet adalah survivor thallasemia (kelainan darah, cek di mbah Google untuk lengkapnya ya). Jadi sebenarnya RS, dokter, apotek, sudah tidak asing bagi beliau. Beliau juga rutin transfusi darah agar hemoglobinnya stabil.

Tapi siapa sih yang mau sakit? Apalagi kalau berobatnya pake kartu Axxxs. Dengan kartu tersebut bisa berobat dan rawat inap tapi hanya diberi kamar kelas 3. Sudah gitu susternya judes-judes.

Di buku Catatan Cinta Ibu dan Anak digambarkan ketika Bu Pipiet harus operasi pengangkatan limpa. Operasinya lancar, hanya saja birokrasinya panjang dan melelahkan.

                                                    

 Butet dan Bu Pipiet
 

Apalagi beliau operasi dan rawat-inap di bulan puasa, membuat Butet harus menahan lapar, dahaga, emosi, demi kesehatan ibunda tercinta.

Meracau Pasca Operasi

Digambarkan pasca operasi Bu Pipiet bermimpi lalu sadar dan berhalusinasi, bahwa semua perawat berkomplot untuk menyingkirkan beliau (forever). Beliau meracau dan ternyata…ini efek dari morfin yang diberi oleh perawat. 

Betapa sedihnya ketika habis operasi, tubuh lemas dan sakit semua, lalu dianggap ‘mak lampir’ karena terus meracau. Padahal kondisi ini bukan keinginan beliau sendiri.

Ketegaran Butet

Di buku Catatan Cinta Ibu dan Anak digambarkan kekuatan dan ketegaran si Butet. Ketika ibunya operasi, Butet dengan setia mendampingi, karena sang kakak sibuk bekerja. Padahal Butet juga sebenarnya sibuk kuliah, berorganisasi, dan jarak dari kampus ke RS cukup jauh.

                                                      Butet
 

Saking tegarnya Butet ia lebih memprioritaskan ibunya dan baru bisa berbuka (dengan makanan berat) di tengah malam. Bahkan nyaris buka dan sahur dirapel. Tak heran berat badannya merosot sampai 7 kilogram. Namun Butet tak pernah mengeluh karena ia sangat menyayangi ibunya.

Dari buku Catatan Cinta Ibu dan Anak, selain melihat betapa sayangnya si Butet, pembaca juga bisa miris karena ketidaksempurnaan (kalau boleh kubilang kebobrokan) sistem kesehatan di negeri ini. Pasien sudah sakit dan nafasnya berat masih disuruh antri kamar selama berjam-jam. Alasannya karena dia pakai kartu Axxxxs.

Kalau mau jalur VIP bayar sekian juta. Apakah benar orang kismin dilarang sakit? Ahh sudahlah semoga ada perbaikan sistem kesehatan sehingga ada keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

 

Minggu, 22 Oktober 2023

Kenangan Semanis Gulali Bersama Nenek

 

Sebelumnya boleh minta doa untuk nenekku (alm)?

Kenangan semanis gulali bersama nenek yang tak terlupakan tapi tidak bisa diulang karena beliau sudah berpulang untuk selamanya tahun 2016 lalu. Tapi tidak apa-apa karena daku sudah ikhlas…..

Nenek yang kupanggil dengan sebutan ‘mbah uti’ banyak memberi kenangan manis, terutama di masa kecilku. Dulu daku adalah cucu kesayangannya. Mungkin karena daku adalah cucu pertama dan keponakan pertama sehingga perhatian tercurah dari nenek, kakek, dan semua kerabat.

Hari-hari Semanis Madu Bersama Nenek

Ketika kuingat maka pertemuan dengan alm nenek sangat menyenangkan. Mungkin karena kami hanya bertemu sekali atau dua kali dalam setahun (karena tinggal di provinsi yang berbeda). 


 

Saat daku kecil maka nenek sering mengajak jalan-jalan. Sekadar naik becak keliling kota Jepara, mengunjungi pantai (bersama cucu-cucu lain tentunya), atau belanja ke Kudus.

Kala itu baru ada pusat perbelanjaan di Kudus sehingga shopping ke sana. Belanja bareng nenek jelas menyenangkan karena ditraktir, wkwkkw.

Nenek yang Fashionable

Di antara cucu-cucunya daku yang paling suka mengobrol dengan nenek. Mungkin juga karena daku cucu perempuan yang suka fashion sehingga cukup ‘nyambung’ obrolannya dengan beliau. Daku juga sering pinjam koleksi kerudung pashmina milik beliau (saat dulu kerja di Jepara, medio 2009-2010).

Ya, nenekku dulu adalah seorang perias pengantin sehingga suka sekali berpenampilan cantik dan rapi. Beliau selalu berpesan untuk dandan walau sekadar pakai bedak, tentu agar terlihat segar.

Nenek juga memberi contoh kalau perempuan juga bisa bekerja. Beliau membuka sebuah toko (karena posisi rumahnya berada di pinggir jalan besar). Daku paling suka kalau diajak jaga toko dan melayani para pembeli, meski kurang fasih berbahasa Jawa-tengahan.

Kenangan semanis madu bersama nenek tidak akan terulang. Namun nenek bersyukur karena diberi kesempatan bertemu dengan cicitnya (Saladin) dan dibanggakan di hadapan semua orang. Oh nenek, semoga engkau tenang di alam sana…….

Sabtu, 21 Oktober 2023

A Day In My Life: Back to School

 

Haloo sobat Bunda Saladin! Balik lagi di a day in my life dan kali ini masuk ke episode 2. Ini kisahku pada Sabtu tanggal 14 Oktober 2023 lalu. Di mana hati ini sangat senang karena kembali ke sekolah!

Haaah, back to school? Tenang, yang dimaksud adalah datang ke sekolah Saladin. Bukan sekadar antar jemput tetapi ikut kegiatan di sekolahnya. Bagaikan jadi murid lagi, wkwkkwkw.

Mendadak Dangdut eh Mendadak Ikut Kelas

Sabtu pagi daku mengecek pesan di HP dan langsung terkejut karena ada pemberitahuan mendadak. Wali murid diharap mendampingi anaknya karena ada kelas membuat eco print. Jadwalnya dimajukan seminggu karena coach yang biasanya melatih taekwondo sedang berhalangan.

                                                      Saladin
 

Yaa tiap sabtu memang ada ekstra kulikuler taekwondo dan menggambar di sekolah Saladin. Asyiknya kami (wali murid) tidak usah bayar biaya ekstra ini, karena pelatihnya adalah para mahasiswa di sebuah universitas swasta, yang sedang pengabdian masyarakat.

BTW a day in my life episode 1 bisa dibaca di sini:

A day in my life

Karena jadwal berubah (dari latihan takwondo ke kelas eco print) maka daku agak gelagapan. Untung sudah mandi dan dandan pagi itu, tinggal milih gamis dan sepatu. Saladin yang senang banget karena dia ke sekolah diantar oleh ayah dan bundanya (biasanya daku gak ikut ngantar).

Sampai di sekolah ternyata….pelatihnya belum datang. Padahal jam sudah menunjukkan pukul 7:50 pagi (jadwal ekstranya jam 8 pagi sampai 12 siang). Saladin langsung ndeprok dan buka bekalnya, rupanya dia sudah lapar (padahal baru saja sarapan, wkwkk).



Daku langsung mencari bunda guru (sebutan untuk guru di sekolah dan kebetulan semua guru, bahkan kepala sekolahnya, perempuan). Bunda guru sedang memetik daun kelor yang akan dimasak untuk hidangan makan siang para pelatih. Daku pun membantu beliau sambil mengobrol.

Jam 8:05 pagi akhirnya para pelatih datang. Namun gantian mereka yang menunggu karena anak-anak sedang makan bekal. Setelah itu baru kami masuk ke aula dan mengikuti kelas menggambar.

Saladin si Calon Filolog

Saat di kelas daku bingung karena lupa tidak membawa krayon. Akhirnya dapat pinjaman krayon dan pensil warna. Jadwal hari itu adalah belajar mewarnai dengan rapi. Namun para murid yang ingin menggambar juga diperbolehkan.



Daku langsung senang dan menggambar princess. Lama banget tidak menggambar dengan hati riang seperti ini. Sementara teman-teman Saladin kegirangan karena daku gambarkan berbagai tokoh kartun. Oh yaa daku belajar menggambar secara otodidak ya dan ini hobi kedua (setelah memasak).

hyperlexia


Saladin mewarnai apa menggambar? Ternyata dia malah menulis huruf! Astagaa, anakku si calon filolog (orang yang ahli di bidang aksara). Dia sejak TK memang senang belajar huruf Rusia, Jepang, dan huruf-huruf dari seluruh dunia.

filolog kecil


Ini gimanaaa kelas menggambar kok malah menulis huruf? Untung pelatihnya tidak marah, malah tertawa. Beliau juga takjub mengapa ada anak yang suka sekali dengan aksara seperti Saladin.

Kelas Eco Print

Setelah istirahat selama 10 menit, kelas eco print dimulai. Jadi, eco print adalah membuat motif di kain atau baju, memakai daun atau bunga. Biasanya pakai daun yang bergetah seperti daun papaya.

membuat ecoprint


Pertama daun papaya dipetik, dibersihkan, lalu direndam cuka. Setelah itu ambil alas triplek, taruh daun di atasnya, tutupi dengan selembar kain putih, dan terakhir diberi plastik bening. Ambil palu lalu……pukul-pukul plastik sampai daun mengeluarkan getah sehingga kain berwarna hijau alami.

ecoprint


Ooo begini cara membuat eco print. Tidak memakai cat tekstil tetapi pakai pewarna alami. Seru juga walau berisik suara palu tok-tok-tok.

Masak-Masak, Makan-Makan

Daku sudah selesai sementara Saladin belum. Akhirnya daku melipir ke dapur sekolah untuk membantu bunda guru memasak. Selain menggoreng tempe dan tahu, bunda guru menunjukkan cara membuat sirup markisa.

              Dokumentasi beberapa minggu lalu saat praktek bikin sirup markisa

Setelah kelas selesai kami foto bersama dan siap-siap pulang. Eh tapi malah belum diperbolehkan pulang karena diajak makan bersama. Makan gratis nih ceritanya, wkwkwkkw Alhamdulillah. 

Sorenya pun makan gratis lagi dengan menu kare ayam+lontong di arisan RT. Bener-bener every single day is my lucky day.

Gimana akhir minggumu, sobat?