Selasa, 28 Februari 2023

Tiga Hari Tanpa HP, Rasanya….

 

Pagi ini kucari-cari benda pipih hitam di ruang tamu, tapi dia tak ada. Ke mana HP kesayanganku? Oh ternyata aku lupa. Dia sedang masuk kamar perawatan di Kang servis langganan. Entah apa yang rusak, baterai atau IC-nya, karena gawai yang baru kumiliki beberapa bulan ini susah sekali diisi dayanya.

Segera kumulai pagi dengan cepat, membersihkan diri lalu menyiapkan anakku untuk sekolah. Beres, dia berangkat jam 6:40 pagi, diantar oleh ayahnya. Aku masuk rumah lalu lupa lagi kalau tidak ada gadget yang biasanya kubelai tiap pagi.

Akhirnya aku mengambil tas belanja dan dompet, tak lupa mengenakan jaket karena udara Malang sedang dingin-dinginnya. 


                                  Sumber gambar: Unsplash

Baca: Seperti Winter di Malang

Aku berjalan sekitar 200 meter menuju lapak tukang sayur langganan. Setelah belanja lantas menuju lapak pecel untuk membeli sarapan, lalu bergegas pulang.

Setengah Masalah Terselesaikan Ketika Ada Laptop dan Modem

Sampai di rumah aku membuka laptop untuk membuka aplikasi chatting dalam versi desktop. Syukurlah ada perbaikan pada aplikasi ini karena bisa dibuka via laptop/PC walau HP-nya dalam keadaan mati. 


                                        Sumber foto: koleksi pribadi

Setengah masalah selesai karena aku masih bisa buka dua aplikasi chatting versi desktop. Aplikasi-aplikasi ini penting buanget soalnya berhubungan dengan pekerjaan. Aku beberapa tahun ini work from home jadi koordinasi kerjaan via chating dan hasilnya dikirim via email.

Tapi kok Kangen?

Tapi aku kangen pegang HP karena ada aplikasi sosial media yang gak bisa dibuka via laptop. Memang sengaja kusetting, ada 2 sosmed yang hanya bisa dibuka via HP, ada yang bisa via laptop. 

                                         Sumber foto: Unsplash
 

Aku juga kangen baca ebook di HP dan pinjam ebook di aplikasi perpustakaan. Begitu coba balik baca buku fisik eh speed baca kok melambat? Mungkin karena kebiasaan baca ebook yang tinggal scroll aja.

Hikmah Tiga Hari Tanpa HP

Sebenarnya hidup tanpa HP itu ngeri-ngeri sedap. Ada orang yang sengaja men-detoks pikiran (dan perasaannya) dengan sengaja mematikan HP selama beberapa hari. Namun kupikir aku gak bisa kayak gitu, atau jangan-jangan sudah terkena nomophobia alias fobia ketika tidak bisa memegang ponsel?

Namun tiga hari tanpa HP nyatanya membuat pagiku bergerak lebih cepat. Biasanya setelah Saladin berangkat sekolah, aku buka sosmed dulu, baru beberapa puluh  menit kemudian belanja. Otomatis ketika ponsel diservis, jam sarapanku maju karena aku langsung cuss ke pasar kaget dekat rumah, tanpa rempong buka-buka HP dulu.

Sebenarnya HP dan sosmed itu distractor utama gak sih? Well, sebenarnya tergantung pemakainya kok. Sebagai orang yang bekerja menggunakan internet rasanya gak bisa lah hidup tanpa HP. Tapi kudu mengendalikan waktu scroll sosmed dan platform video. Kita, sebagai pemilik smartphone, yang mengendalikannya, bukannya dikendalikan oleh gadget lalu lupa waktu dan lupa segalanya.

Gimana gaees pernahkah stress ketika HP rusak?

Rabu, 22 Februari 2023

4 Stunning Outfit Ideas for Curvy Women

 

Do you want to look pretty but feel shy with your body? Don’t worry too much, dear. Every woman is beautiful in any shape. You can look gorgeous even if you are a plus size female, and don’t forget to wear a body shaper. Keep smile and the world will smile with you, and you will look prettier while smiling.

Don’t think too hard about plus size outfit nor cry because of your clothes’ size, because the secret of beauty is smile and choose the right outfit. The trick is wearing dress or pants which can make an ‘effect’ to hide your plus size belly or tight. You can try these outfits:

1. Culottes Makes You Look Slimmer (and Taller)

Who says fat women can't wear pants? The trick is wearing loose pants, like culottes. Choose dark color culottes like black or navy blue to make your legs look slimmer.

For the top, you can wear a T-shirt or shirt combined with a blazer. You will look thinner and taller with this outfit. Don’t forget to wear butt lifting shapewear inside to get a sexier look.


 

2. A-Line Dress Can Hide Your Belly

If you prefer a feminine style, A-line dress is the answer. This dress is very beautiful and can hide fat on the stomach and hips. Choose a dark A-line dress like black and you will look beautiful even if you are a plus size woman.

3. Long Cardigan is Better than a Usual Jacket

The cold autumn wind makes you want to put on a jacket. But it's better to wear a long cardigan than a conventional jacket or sweater. Wearing long cardigan can make your body look taller and slimmer. You can look stylish and thinner while wearing long cardigan with jeans or culottes.

4. Black Dress is a Good Choice, But….

If you feel bored with a black dress, why don’t you try a dress in another color? Choose the dark color dress as maroon, navy blue, or dark brown. This dress provides a slimming effect.

Don't forget to wear shapewear on the inside to shape your body. Check out the shapewear sale to get a bodysuit or shapewear at an affordable price.

I recommend these Shapellx shapewear and bodysuit for you:


 

You can wear this bodysuit every single day and feel comfortable. Get a slimmer look and look, it has sexy thong back. So, you can wear it inside your party dress.


 

A seamless body contour bodysuit can press your belly and tight and you will look thinner. You can be more confident while wearing this bodysuit.


 

You need a corset? Choose this shapewear because it is a bra, vest, and corset in one design.

Don't be sad if you are plus size woman. Choose culottes and long cardigans to make your body look slimmer and taller. The point to look beautiful is choosing the right outfit, wearing shapewear inside, and being confident.

 

 

 

Selasa, 14 Februari 2023

Ketika Si Cerewet dan Hobi Tampil Ini Jadi Penulis, Bisakah?

 

Mataku terpaku menatap layar laptop. Rasanya ada ribuan ide yang bersarang di kepala, siap untuk ditumpahkan dan jadi artikel, review buku, dan review film. Namun menit-menit berlalu, tak ada satu pun huruf yang keluar dari tuts-tuts keyboard.

Mengapa jadi seperti ini?

Padahal sejak SD daku tuh sudah bercita-cita jadi penulis karena seru banget. Bisa menyalurkan imajinasi dan pemikiran seaneh apapun. Namun ketika sudah ada fasilitas berupa gawai dan modem serta waktu yang luang (karena Saladin anakku sekolah sampai jam 12 siang), kok malah mandeg gini?

Si Paling Tampil di Depan Umum

Flashback ke kejadian beberapa tahun lalu, masa sebelum pandemi. Sebenarnya daku tuh suka bicara di depan umum dan sempat jadi ketua salah satu English Club di Malang. Sebagai orang audio rasanya tuh senang banget untuk cuap-cuap di depan publik. Rasanya enggak grogi sama sekali karena memang daku tipe ekstrovert yang suka kenal dengan banyak orang.


 

Fase tampil di depan banyak orang sangat dinikmati, seperti saat jadi pembicara di sebuah perpustakaan di Malang. Enggak sendirian sih tapi dengan beberapa penulis lain. Kala itu kami baru saja launching antologi dan mengadakan gathering untuk memperkenalkan buku tersebut.


 

Saat di depan mic kata-kata yang keluar tuh meluncur begitu saja, emang orangnya setengah narsis dan hobinya ngomong, wkwkk. Kapan lagi dapat kesempatan untuk pegang mic? Rasanya senang dan kala itu heboh banget karena daku bicara di depan publik sambil gendong Saladin yang masih balita.

Menulis dan Berbicara, Beriringan atau Bermusuhan?

Ketika daku suka bicara maka ketika menulis rasanya kok ngeri-ngeri sedap? Padahal menulis tuh bukan hanya mengejar cuan dan royalti buku. Daku belajar dari salah satu blogger kece bahwa salah satu tujuannya menulis di blog adalah untuk dibaca dirinya sendiri di masa depan alias jadi buku harian online, gituu.


 

Lalu gimana caraku untuk memotivasi diri sendiri dalam menulis? Memang sih saat nulis yang bekerja adalah jari-jemari yang dengan lincah memencet tuts lalu membangun kata-kata indah atau yang penuh makna, atau curhatan. Otomatis mulutnya diam dan bagiku ini adalah sebuah siksaan karena rata-rata wanita sanguine ekstrovert pasti hobi ngomong.

Mengatasi Kebuntuan Menulis dengan Berbicara

Lantas daku menemukan cara jitu: bicara dulu baru menulis. Maksudnya gini, daripada manyun karena disuruh diam ketika ngetik, mengapa tidak merekam suaraku sendiri? Anggap saja sedang pidato atau kasih materi di depan banyak orang dan dituangkan dalam sebuah artikel.

Untuk merekam juga mudah banget. Jika awalnya daku masih pakai tape recorder kecil dengan kaset pita. Namun sekarang sudah bisa pakai HP. Rekam saja suaranya lalu ditulis di laptop, dan lanjut tahap editing.

Alhamdulillah sekarang juga sudah ada aplikasi yang membantu untuk mengubah suara menjadi teks, jadi lebih mudah dan cepat prosesnya. Setelah ditulis wajib  baca ulang agar tidak ada typo dan saat sudah yakin dengan isinya, baru diunggah ke blog.

                                                  Daku yang hobi tampil sekaligus menulis.
 

Menulis dan berbicara di depan umum bisa berjalan beriringan dan makasih buat orang yang menciptakan teknologi bernama speech to text, karena sangat bermanfaat buat orang-orang audio sepertiku yang ingin menulis sekaligus bicara. Bagi kalian yang mempunyai masalah yang sama coba deh pakai caraku. Menulis itu menyenangkan karena mengurangi rasa negatif di dada, menuangkan ide-ide, dan mencatatkan sejarahmu sendiri.

Menulis adalah bekerja untuk keabadian. – Pramoedya Ananta Toer

Tulisan ini disertakan dalam lomba blog Gandjel Rel 8 tahun.