Sabtu, 29 Juni 2024

Hujan Membawa Rezeki

 “Lapar nih. Tapi uang kita tinggal 5.000. Mana cukup buat beli bakso Mang Kardi? Padahal kalau lagi hujan gini paling enak makan bakso.”

 

 

Deni melirik Didan, saudara kembarnya. Ia menaruh ponsel di sofa lalu bangkit dari duduknya. Sementara di luar air masih turun dari langit dengan derasnya. Dahi Deni berkerut. Apa yang harus ia lakukan demi dua mangkok bakso?

 


 

Jika saja ayah dan ibu sudah datang, Deni dan Didan bisa meminta uang untuk membeli bakso. Namun kedua remaja itu memilih untuk jaga rumah. Mereka tak mau ikut orang tuanya untuk mengunjungi rumah Paman Dharma di desa, karena Senin sudah ujian akhir semester.

 

 

Hujan turun makin deras. Untung tidak ada petir yang menyambar. Hawa dingin menyergap. Memang saat hujan paling enak jajan bakso. Apalagi Mang Kardi paling jago memasak dan meracik semangkok bakso dengan kuah yang terbuat dari kaldu tulang sapi. Butiran baksonya besar-besar dan terbuat dari daging sapi asli. Para pengunjung warungnya juga boleh minta tambah kuah jika mau.

 

 

Deni ingat, ibu masih memiliki persediaan mie siap seduh di lemari dapur. Namun pasti Didan tidak mau memakannya. Jika ia sudah menginginkan bakso pasti tidak mau dibujuk untuk makan yang lain.

 

 

 

 

“Ayo ikuti rencanaku tapi kamu jangan banyak tanya!” ujar Deni. Didan hanya mengerutkan dahinya. Apa yang akan Deni lakukan? Mengingat dia memang punya banyak akal tetapi tindakannya sering di luar prediksi.

 

 

Deni melangkah ke dapur lalu mengambil sebotol termos. Dimasukkannya termos berisi air panas itu ke dalam tas ransel. Ia juga memasukkan satu kantong kresek yang penuh dengan isi. Kemudian ia mengambil 4 payung lipat. Untuk apa payung sebanyak itu?

 

 

Kedua payung dibuka sementara sisanya dimasukkan ke dalam ransel. “Ayo ikut aku! Nanti kalau berhasil kutraktir bakso!” Deni bersemangat dalam membujuk Didan.

 

 


 

“Malas ah! Lebih baik tidur saja sambil menunggu ibu pulang!” Tak disangka Didan membantah.

 

 

Deni mengangkat tubuh Didan, nyaris menggendongnya. Sementara Didan memberontak. “Di luar masih hujan! Kamu mau ngapain? Jangan ngawur!”

 

 

Derasnya hujan tak menghalangi niat Deni. Ia berbisik-bisik untuk memberi tahu niatnya. Akhirnya Didan paham dan mau membantunya.

 

 

Deni dan Didan keluar rumah, menuju stasiun kereta api yang jaraknya hanya 1 kilometer dari rumah. Walau air hujan tak mampu 100% dibendung oleh payung tetapi mereka tetap berjalan dengan mantap. Deni membawa ransel yang sudah penuh oleh termos dan barang-barang lain.

 

 

Sampai stasiun, hujan belum juga reda. Deni mengeluarkan payung lipat dari ransel. Kemudian, Didan mulai beraksi.



 

 

“Ojek payungnya, Bu! Murah, goceng aja!”

 

 

Seorang wanita bertubuh subur menghampiri Didan. Ia meminta Didan untuk mengantarnya menuju taksi online yang parkir di seberang stasiun. Setelah sampai tujuan, selembar uang berwarna ungu ia berikan.

 

 

“Bu, maaf. Saya tidak ada kembalian,” ujar Didan.

 

 

“Tidak apa-apa, Dik! Bawa saja. Makasih sudah bantu ibu ya.” Wanita itu pun naik taksi online dan meninggalkan stasiun.

 

 

Alhamdulillah! Sepuluh ribu pertama! Didan makin semangat mencari mangsa eh mencari calon penumpang ojek payung.

 


 

Didan akhirnya mendapatkan customer kedua. Seorang bapak yang baru turun dari angkot dan ingin menyebrang jalan, menuju stasiun. Setelah menerima uang, Didan pun berpamitan dan mencari-cari kembarannya.

 

 

“Deni!”

 

 

Deni sedang sibuk menuangkan air panas dari termos. Kemudian dia mengaduk gelas plastik dan menyerahkannya ke seorang bapak. Ia berjualan kopi dan harganya hanya 5.000 rupiah.

 

 

“Kamu tidak apa-apa berjualan kopi di sini? Nanti ada satpam yang marah lho!”

 

 

Deni hanya tertawa. Wajahnya memancarkan kehangatan, kontras dengan dinginnya hujan di luar. Ia hanya menunjuk Pos satpam. Didan mengintip ke dalam pos. Rupanya Deni sudah menyogok satpam dengan segelas kopi dan segelas mie seduh.

 

 

Kedua remaja masih tidak mempedulikan derasnya hujan. Mereka sibuk berjualan kopi dan menjadi ojek payung. Satu jam kemudian, saat persediaan air panas habis, baru Deni berhenti bekerja.

 


 

Deni menghitung uangnya dan uang Didan. Alhamdulillah, mereka berhasil mengumpulkan 60.000 rupiah. Cukup untuk beli 4 mangkok bakso di warung Mang Kurdi. Nanti yang 2 mangkok dibungkus untuk diberikan ke ayah dan ibu.

 

 

Hujan tidak pernah menghentikan niat Deni. Ia percaya bahwa hujan adalah rahmat dari sang Kuasa. Besok, saat hujan lagi, ia akan terus berjualan kopi sepulang sekolah. Tentu ditemani kembarannya.

 

 

Jumat, 28 Juni 2024

Pengalaman Saladin Liburan ke Sumber Sıra Tanpa Ditemani Bundanya

 Liburan! Siapa yang suka liburan? Saladin happy nih karena minggu lalu liburan ke Sumber Sıra, Gondanglegi, Kabupaten Malang. Di sana sumber airnya bening jadi asyik buat berenang atau sekadar celup-celup kaki sambil menikmati pemandangan yang masih asri.



Saladin berangkat ke Sumber Sıra naik mini bus, bersama bunda-bunda guru dan teman-teman satu sekolah. Bayarnya murah juga, 50.000 sudah termasuk biaya transportasi, tiket, dan naik kereta sawah.


Pertama Kali Liburan Tanpa Orang Tua



Lah aku gak ikut rombongan dari sekolah? Sebenarnya ortu boleh ikut. Namun aku dan ayahnya Saladin tidak ikut.


Emang sengaja. Mau melihat apakah Saladin sudah mandiri dan berani untuk bepergian tanpa ditemani orang tuanya. Lagipula kan ada bunda-bunda guru jadi bisa mengawasinya.




Aku berani melepas Saladin untuk liburan tanpa ditemani ortu karena pas ramadan lalu, dia sudah bisa menginap (pas ada acara kemping plus pesantren kilat di sekolah). Ternyata aman dan gak nyariin bundanya. Ya sudah, lagian dia berusia 11 tahun, hampir remaja dan bukan balita lagi yang harus selalu ditemani.


Liburan ke Sumber Sıra


Sumber Sıra adalah mata air yang bisa buat tempat renang, jadi nyemplung di kawasan yang masih natural. Bawahnya bebatuan. Tapi ada juga kolam renangnya.




Nah di Sumber Sıra ada juga persewaan motor ATV, bebek kayuh, dan flying fox. Namun Saladin cuma berenang. Dia batal naik bebek kayuh karena uang sakunya tidak cukup.


Saladin kubawakan bekal roti, biskuit, dan 2 botol minuman. Plus uang saku 25.000. Ternyata gak cukup buat sewa bebek kayuh karena uangnya terpakai buat sewa ban, pelampung, dan beli mie cup (plus minum).


 


Ya tidak apa-apa. Saladin jadi belajar menerima kenyataan bahwa tidak semua yang dia inginkan bisa didapatkan. Belajar buat manage uang saku juga. Namanya di tempat wisata, harga makanan dan minuman agak dimahalkan, jadi emang uang sakunya ngepres (dan masih ada kembalian 2.000 rupiah).




Walau aku gak ikut tapi Saladin happy aja tuh. Alhamdulillah walau gagal naik bebek kayuh tapi dia gak ngambek. Menurut bunda guru pas di sana dia juga tidak rewel.


Liburan Bersama Teman Sekolah yang Mengesankan 


Jadi, di sekolah Saladin memang ada agenda liburan rutin, setahun sekali. Pas tahun lalu kami gak ikut karena ada acara lain. Tapi pas tahun ini Saladin happy karena bisa ikut holiday.




Dari liburan ini Saladin belajar banyak hal. Seperti yang sudah kutulis di atas, dia bisa atur uang saku sendiri. Baginya uang 25.000 udah banyak banget karena uang saku hariannya cuma 5.000 hihihi soalnya sekolah sampai jam 12 siang aja.


Kedua, Saladin belajar mandiri dan tidak dikit-dikit megang baju bundanya. Dia jadi percaya diri dan belajar renang juga di Sumber Sıra. Penting banget nih soalnya dia kan anak tunggal jadi harus diajari mandiri, dan gak semua anak tunggal dimanja kaan?


Aku juga senang karena bunda-bunda gurunya Saladin perhatian dan sayang ke dia (dan semua murid). Bahkan mereka juga membuatkan kalung bertuliskan identitas sekolah, biar kalau ada murid yang nyasar langsung ketahuan dari mana. Alhamdulillah pas liburan kemarin itu gak ada kejadian apa-apa.




Kalau tahun depan ada liburan bareng lagi, Saladin bakal kulepas lagi heheheh. Tapi tergantung tempatnya sih. Jika memang menarik maka aku ikut aja, sekalian jalan-jalan. Nah kalian gimana, pernah melepas anak untuk libur sendiri?

Kamis, 27 Juni 2024

Rujak Sulfat Mbak Win, Sensasi Makan Rujak Cingur yang Menggelora

 Siapa suka makan rujak? Siang-siang emang sedep ye makan rujak. Eits, yang diulas kali ini bukan rujak buah tapi rujak cingur. Tahu cingur? Cek di Google wkwkwk. Walau bentuknya semlohai tetapi di tangan yang lihai ia akan membuat lidahmu jadi terbelai kegirangan. Lebay deh!

Lokasi: Malang

Tapi serius, rujak cingur yang satu ini the best! Apalagi kalau lagi pengen makanan sehat yang enak (eh tapi ada gorengannya juga sih di dalamnya). Sekali-sekali boleh ya! Ini dia penampakannya. Aku beli via aplikasi pemesanan makanan.

Apa sih Isinya?

Sebungkus rujak cingur ala Mbak Win berisi kangkung rebus, potongan mentimun, lontong, tahu dan tempe goreng, menjes goreng, dan tentu saja aktor utamanya: cingur! Menjes adalah lauk nabati yang terbuat dari ampas tahu, dan biasanya dijadikan gorengan, anget-anget maknyus! Makan rujak cingur kalau gak ada menjesnya jadi gimanaa gitu.



Kamu juga bisa milih, mau ditambah buah atau tidak. Setahuku, biasanya sih ditambah bengkuang, gak tahu kalau ditambah juga dengan buah lain (belum pernah order). Tapi saya pilih rujak cingur original level 0 alias tanpa cabe wkkwkw. Cemen nih, emang gak kuat pedes, tapi ama ibu penjualnya dibuatkan juga.

Pas rujaknya datang, omo.... Porsinya gede juga, porsi bapak-bapak. Kalau buat mbak-mbak yang diet, sebungkus bisa buat 2 orang. Potongan tempe, tahu, lontong, dan menjesnya gede. Bumbu yang diberi dalam plastik terpisah juga banyak, ketika dituang langsung menutupi seluruh isinya. Mantap banget!

Berapa Harganya?

Mari kita coba! Eits, berdoa dulu sebelum makan, lalu cuci tangan dan ambil sendok. Saat pertama kali menyuap, wow! Gak heran kalau harganya segini (18.000 harga promo, normalnya 22.000 Cuma kalau di warung langsung gak tahu ya, biasanya ada selisih). Beda dengan rujak kampung yang harganya Cuma 12.000.



Tempe dan tahunya digoreng sampai kematangan yang pas dan menjesnya gurih. Kangkungnya direbus tidak sampai lembek, masih segar kries-kries. Ditambah dengan potongan mentimun yang menambah kesegarannya. Rasanya juga gak pedas sama sekali, persis seperti yang di-request.

Cingurnya? Jangan ditanya. Potongannya cukup besar dan langsung lumer di mulut. Biasanya cingur kan memberikan sedikit perlawanan saat digigit, tapi yang ini enggak. Empuk banget! Entah dipresto dan dibumbuin apa, yang jelas jadinya gak smelly sama sekali.

Dengan kualitas rujak seperti ini, sangat worth it dengan harganya. Eits, kalau merasa kurang karbo bisa nambah lontong juga, Cuma 4.000-an. Bisalah dicoba lagi

Bumbu Rujak

Seperti apa sih cara membuat bumbu rujak? Pertama siapkan cobek (karena diulek beb, bukan diblender seperti bumbu kacang pada gado-gado). Ambil pisang batu lalu parut. Iya! Pisang yang masih mengkal dijadikan bumbu, ditambah kacang goreng, garam, cabe, dan petis.


Aku dapat resep bumbu karena dulu mama mertua jualan rujak juga, waktu beliau bermukim di Jombang. Dulu harga Cuma 5.000 (sekitar tahun 2010), sekarang gak tahu deh. Hitung saja inflasinya. Yang jelas di Jombang harga makanan lebih murah daripada di Malang @-@.

Lokasi

Sebenarnya warung rujak Mbak Win deket ama rumah Mama, sekitar 1,5 KM lah. Tepatnya di Jl. Simpang Sulfat selatan, dekat perempatan, Kota Malang  Ada ruko dan ada plang besar bertuliskan RUJAK MBAK WIN. Pagi sudah buka kok, sekitar jam 8-9. Jadi bisa untuk sarapan.

Tapi kalau gak mau ribet ya pesan via aplikasi saja wkwk. Ongkirnya juga murah, gak sampai 10.000 (mumpung ada promo).

Dulu waktu hamil Saladin suka ke warungnya, beli gado-gado. Yang ini malah Cuma 14.000 (harga di aplikasi ya, kalau di sana biasanya lebih murah). Enak juga sih dan porsinya pas, ngenyangin tapi gak bikin begah di perut. Menu lain kurang tahu ya, sepertinya kudu langsung ke sana buat ngecek.



Yang jelas siang ini happy karena bisa makan rujak cingur lagi. Kamu suka makanan jawa timuran juga kah?

Rabu, 26 Juni 2024

Jodha Akbar dan Wanita di Dunia yang Patriarki

 Judulnya serius amat ya? Hihihi, bukaan, ini bukan esai tentang feminisme dan anti patriarki. Cuma daku mau cerita tentang pengalaman nonton (penggalan video) serial Jodha Akbar. Ada yang suka nonton serial India ini?

Nah, beberapa tahun lalu kan sempat heboh ada serial berjudul Jodha-Akbar yang tayang di salah satu stasiun TV. Daku nonton tapi pas di episode-episode terakhir gak full menyimak (karena bercerita tentang anaknya Ratu Jodha dan kisah cintanya yang tragis). Episodenya lumayan yaa lebih dari 100, tapi ini bagus kok karena scene per scene cukup cepat.

Kisah Cinta Putri Jodha dan Raja Jalaluddin Akbar

Jadi, cerita singkatnya Jodha-Akbar tuh gini: seorang putri dari Kerajaan Rajput bernama Jodha sedang bahagia di hari ulang tahunnya. Dia dipenuhi cinta dari ayah, ibu, adik-adiknya, kakak-kakaknya, dan kakak sepupunya. Akan tetapi ada kekacauan saat kakaknya Jodha diangkat jadi pangeran mahkota.

                                        Ratu Jodha

Kacau? Iyaa karena raja Rajput adalah adik dari raja yang sebelumnya. Jadi kakak sepupu Jodha (anak raja yang dulu) protes mengapa bukan dia yang jadi pangeran mahkota. Dia lalu memberontak dan kabur.

Jodha sedih tapi dia harus menerima nasib: dijodohkan dengan Raja Suryabanh Singh. Adik perempuannya kesal karena juga naksir si Surya, lalu ‘mengutuk’ agar Jodha diculik oleh musuh (pasukan Kerajaan Mughal). Sementara yang hampir diculik malah Moti Bai, pembantu Jodha, saat mereka sedang berdoa di kuil.

                                Jodha

Ternyata ‘kutukan’ jadi kenyataan. Suryabanh meninggal di medan perang. Kerajaan Mughal berhasil melawan Kerajaan Rajput dan pangeran-pangeran diculik. Jodha harus mau menikah dengan raja Mughal (Jalaluddin Akbar) sebagai barter dari kakak-kakaknya.

Jodha sekali lagi harus menerima nasib, terpaksa menikah dengan musuh. Ternyata Kerajaan Mughal bisa menang karena ada andil dari kakak sepupu Jodha yang masih dendam karena gagal jadi pangeran mahkota. Wadidaw! Perebutan posisi mengerikan sekali ya.

                                Raja Jalal dan Jodha

Akhirnya Jodha menikah dan pindah ke istana Kerajaan Mughal. Langsung disambit eh disambut oleh Ratu Ruqaiyya, istri utama dari Raja Jalal, cantik tapi menyeramkan. 

                               Ratu Ruqaiyya

Ada pula Maham Anga, Perdana Mentri yang berkuasa dan dia di atas angin karena menjadi pengasuh sekaligus ibu susu sang Raja (waktu masih kecil).

                                Raja Jalal dan Maham Anga

Walau Jodha tidak betah tapi untung ada ibu mertuanya yang baik bangeeet, Ratu Hamida. 

                                                   Ratu Hamida

Ada juga Ratu Salima, istri kesekian raja yang dulu adalah istri kedua dari gurunya Akbar (Bairam Khan). Jadi, Salima dinikahi untuk melindunginya, bukan karena cinta. Mbulet dah!

Kesanku Setelah Nonton Ulang Jodha-Akbar

Raja punya harem karena dulu di sana adalah hal yang biasa. Namun daku mau komentar mengenai kostum-kostumnya, bagus-bagus euy. Ceritanya juga memiliki alur cepat sehingga tidak membosankan. Total daku nonton ulang sampai 3 kali (yang terakhir nontonnya di sosial media jadi tidak full dari episode pertama).

Wanita di Dunia yang Patriarki

Yang paling menonjol dari serial ini adalah: mengapa nasib para wanitanya menderita? Meski enggak semuanya ya. Jodha awalnya terpaksa menikah dengan musuh. Sampai di istana malah dijutekin ama another wives. Poligambreng, haloo?

                                                Ratu Salima

Kalau dibalik? Jadi seperti Pancali alias Drupadi di Mahabharata, she has 5 husbands. Astaga! Jangan dibawa serius deh, kan namanya cuma cerita.

Ada juga adiknya Raja Jalal, namanya Bakshi Banu. Dia dijodohkan dengan tangan kanan raja, Sharifudin. Namun malah tersiksa karena sang suami tidak mencintainya.

                                          Bakshi Banu

Meski ada patriarki di Jodha Akbar tetapi sutradara dan penulis naskah berhasil membuat cerita mengenai wanita-wanita pemberani dan pemberontakan mereka (dalam hal yang positif). Misalnya adegan-adegan ketika Jodha mahir memainkan pedang, memanah, dan berkuda. 



Ratu Jodha dan ratu-ratu lain juga berhasil melawan musuh dan pasukan wanitanya keren banget.

Emang Enak Jadi Istri Raja?

Ada satu lagi yang terpikir: emang enak jadi istri raja? Uang dan emasnya banyak tapi tugasnya juga banyak, harus mau menerima tamu, berbasa-basi, ikut mengatur kerajaan. Capek deh! Mending jadi orang biasa?

Nasib sang Kasim yang Selalu Menderita

Satu lagi yang bikin sedih adalah: kehadiran kasim di serial Jodha Akbar. Kasim=pembantu dan mereka adalah wadam alias dulu pria tapi dipaksa jadi wanita dengan jalan yang mengerikan. Nasibnya malah seperti budak dan tersiksa walau tinggal di istana.



Sudahlah, namanya juga cerita, walau based on true story tapi pasti ada dramatisasinya. Cuma yang paling daku ingat dari serial Jodha Akbar adalah ketika ratu memanggil suaminya ‘yang mulia’, ya karena dia raja sih. Jadi pengingat untuk lebih menghormati suami, meski dia bukan raja. Kamu suka nonton serial atau film India?

Selasa, 25 Juni 2024

Cerita Rapotan Saladin dan Pengalaman Jadi Figuran

 Rapotan! Enggak kerasa sudah akhir semester dan Saladin naik kelas 6. Huaa, waktu cepat sekali berlalu. Rasanya baru saja dia masuk SD eh tahu-tahu mau lulus aja. Yaa gimana lagi, pas pandemi kan belajar di rumah selama hampir 2 tahun jadi masa SD kepotong.


Balik ke cerita rapotan. Sabtu lalu aku, Saladin, dan ayahnya datang ke sekolah jam 9 pagi. Alhamdulillah acara baru saja dimulai. Namun baru saja sampai eh Saladin ngambek! Soalnya dia ingin main drama seperti teman-temannya tapi kok gak dikasih kostum?



Laah padahal seminggu lalu Bunda guru sudah ngabarin lewat WA kalau Saladin dapat peran di drama serigala dan biri-biri, jadi pohon. Tapi dia nolak. Katanya malu. Namun malah berubah pikiran di saat teman-temannya mau naik panggung. Bagaimana ini?


Menjadi Figuran


Alhamdulillah akhirnya dapat jalan tengahnya. Saladin boleh ikut naik panggung pas main drama tapi jadi figuran. Dia juga mau walau tidak pakai kostum.




Lho kok ada dramanya? Karena kemarin itu rapotan sekaligus wisuda anak kelas 6. Jadi ada pentas seninya. Ada murid yang menari, menampilkan eksperimen sains, dll.


Kembali ke drama. Kalian pasti sudah hafal cerita serigala dan biri-biri kan? Ada penggembala biri-biri yang pura-pura diserang serigala. Lalu ketika ditolong pak tani dan warga desa dia malah ngakak karena bohong. Akhirnya saat serigala datang beneran, tidak ada yang menolongnya.




Nah Saladin kan jadi pohon jadi kudunya dia diam saja. Tapi anak ini susah diam. Pas ada biri-biri eh temannya yang berperan jadi biri-biri, dia ikutan ketawa. Lalu saat serigala menyerang eh dia heboh sendiri lalu memegang serigala agar tidak jadi menculik biri-biri. Penonton jadi ngakak semua, wkwkwk. Kacau deh!


Alhamdulillah ya Saladin punya bunda guru yang sabar. Beliau tidak marah, malah ketawa melihat aksinya. Pun bunda kepala sekolah juga ikut ketawa. Saladin memang belum bisa membedakan antara mana drama dan mana yang beneran.


Menerima Rapor


Setelah pentas seni, saatnya pembagian rapor. Alhamdulillah dapat giliran pertama. Bunda Maya (nama bunda gurunya Saladin) memberi rapor sambil cerita. Aku cek nilai-nilainya, Alhamdulillah memuaskan. Banyak yang di atas KKM.




Kembali ke cerita by bunda guru. Sebenernya pas rapotan itu aku lebih fokus ke tingkah-laku Saladin. Walau ini sekolah alam bukan berarti dia jadi terlalu bebas kayak Tarzan, auooo.


Alhamdulillah perkembangan Saladin di semester ini cukup baik. Pertama, dia udah tidak pernah ketiduran di kelas. Kedua, dia mau ikut pelajaran dan ujian di dalam kelas. Dia juga relatif nurut ke guru-guru dan mulai jarang rewel.


Kalau dulu wahh jangan ditanya. Ni bocah hobi tidur. Bangun-bangun udah jam istirahat. Alhamdulillah gurunya sabar bangeeet.




Sabarnya itu, kalau Saladin tidak mau masuk kelas ya belajarnya di luar kelas. Memang di sekolah tidak ada guru shadow tapi bunda gurunya mau ngajar di sekolah secara privat. Saladin lebih nyaman seperti ini.


Keputusanku untuk menyekolahkan Saladin di SD alam sudah tepat. Dia jadi lebih berkembang, lebih sabar, dan mau bergaul. Kalau dulu mah cuek beibeh, ampuun dah.

  Saladin dan Bunda Wanda (kepala sekolah)



Selesai rapotan hatiku lega sekali. Alhamdulillah Saladin yang dulu di sekolah ngambekan, suka moody, cuek, sekarang jadi tertib dan jauh lebih baik. Semua berkat didikan dan kasih sayang para bunda guru dan bunda kepala sekolah. Terima kasih. 



Senin, 24 Juni 2024

Review Rocket Chicken, Kerenyahannya Membawa Senyummu Terbang Tinggi

 Maraknya gerakan kembali mengkonsumsi ayam goreng lokal membuatku mencari-cari, fried chicken asli Indonesia mana yang enak? Alhamdulillah akhirnya ada kesempatan untuk mencoba Rocket Chicken, tanggal 22 Juni 2024. Bagaimana rasa ayam goreng tepung ini?

Nahh cerita awalnya, aku tuh pengguna setia provider TELKOMSEL dan Alhamdulillah di tengah tahun, poin Telkomsel-ku sudah lebih dari 250. Langsung gercep tukar poin dong, mumpung masih tersedia. Setelah bingung milih apa akhirnya kuputuskan untuk tukar dengan voucher Rocket Chicken 25.000 rupiah, yang bisa dibeli via aplikasi Grabfood.

Voucher sudah didapat dengan cepat dan langsung OTW aplikasi Grab. Tapii restoran Rocket Chicken yang dekat rumah (Sawojajar) kok malah tutup? Ternyata pas hari itu, mereka baru melayani pesanan online jam 1 siang. Ya, lumayan lah nunggu 30 menitan (habis rapotan Saladin jadi capek masak, beli aja).

Harga Ayam Rocket Chicken

Jam 1 siang langsung kubuka aplikasi Grab dan memesan 1 paha ayam goreng (harga 11.000 rupiah) dan 2 dada ayam goreng (harga sekitar 14.000 rupiah, maaf agak lupa). Karena ini pesan via aplikasi, harga biasanya dinaikkan dikit ya. Kalau kalian beli langsung di restoran kayaknya harganya bisa lebih murah.

ayam goreng rocket chicken


Untung ada opsi ongkos kirim murah, hanya 3.000 rupiah, meski harus menunggu selama 35 menit. Total biaya yang harus dikeluarkan adalah 44.000 rupiah + 2.000 untuk biaya pengemasan – voucher 25.000 jadi bayarnya 21.000 rupiah aja. Sebenarnya kalau beli enggak pakai voucher ya cukup murah. Tapi apakah rasanya worth it?

Review Rocket Chicken, Mamma Mia Lezatos

Sekitar jam 13:45 pesanan ayam sudah datang dan dibayar dengan uang pas. Segera kubuka bungkus ayam bertuliskan ROKI (sepertinya ini nama maskot Rocket Chicken). Kesan pertama sudah positif karena ayamnya masih panas, pertanda baru digoreng.

ayam rocket chicken


Kulit ayam Rocket Chicken benar-benar renyah dan persis seperti deskripsi di salah satu review di Google: tidak terlalu banyak tepung. Jadi ini ayam beneran, bukan tepung yang menyelimuti ayam. Kalian yang suka makan kulit ayam goreng pasti suka deh.

Mari kita coba ayamnya. Dagingnya juicy dan matang sampai ke dalam. Bumbunya cukup mild, ya terasa asin gurih tapi ini bukan jenis fried chicken yang berempah (arab) atau yang dikasih lada hitam. Tapi malah enak karena cocok untuk anak-anak, buktinya Saladin doyan banget.

Rocket chicken


Untuk ukuran dada ayam goreng juga cukup besar. Bahkan buat porsi cewek, dada bisa dibuat 2 kali makan. Yang aku suka, meski makan bagian dada tapi dagingnya sama juicy-nya seperti bagian paha, dan tidak kering / seret sama sekali.



Saat beli ayam dibonusin saos tomat dan saos sambal dan aku suka karena desain saosnya cukup menarik. Rasa saosnya ya seperti saos tomat pada umumnya. Kalau baca di review Google sih ada opsi ayam geprek bagi yang suka pedas.

Nahh aku tuh milih untuk beli makanan online berdasarkan review Google juga dan Alhamdulillah rate-nya cukup tinggi yaitu 4,4. Ulasan yang diberi juga rata-rata positif. Dari review-review ini aku jadi tahu bahwa di Rocket Chicken juga menjual burger, nasi goreng, dan steak.

Wah kayaknya harus nyoba untuk makan langsung di restoran Rocket Chicken. Apalagi lokasinya di perumahan sebelah, deket banget mah. Memuaskan deh. Kamu sudah pernah coba makan Rocket Chicken?

 

Minggu, 23 Juni 2024

Wawancara dengan Jihan Mawaddah, Bloger Juara dari Kota Malang

 Siapa tak kenal dengan Jihan Mawaddah? Bagi teman-teman yang aktif di dunia blog pasti familiar dengan namanya. Mbak Jihan adalah bloger juara karena sudah lebih dari 70 kali menang lomba blog. Bahkan beliau pernah memenangkan hadiah sepeda motor, mantap banget!

Profil Jihan Mawaddah

Nah, kita kulik dulu profil Mbak Jihan ya. Tanggal 17 Januari adalah hari bahagia bagi Jihan Mawaddah karena sedang milad.



Lahir dan besar di Kota Malang, Jihan ternyata menyandang gelar sarjana Biologi dari Universitas Negeri Malang. Namun beliau tidak menjadi guru Biologi, tapi jadi bloger karena sejak SD sudah hobi menulis. Benar-benar dari hobi jadi profesi.

Perjalanan Menjadi Bloger

Lantas sejak kapan jadi bloger? Ketika diwawancarai secara online, Jihan bercerita kalau beliau awalnya menulis untuk situs lain. Namun untuk mendapatkan uang kok lama sekali, itu pun artikelnya harus viral (karena memakai sistem pageview baru dapat bayaran).

Padahal sebenarnya Jihan sudah memiliki blog sejak SMP. Akhirnya beliau memutuskan untuk serius menulis di blog sendiri pada tahun 2018. Kala itu ya langsung membeli domain dan hosting alias bikin blog TLD (top level domain). Blog pertamanya adalah Jeyjingga.



Kelahiran Jeyjingga disusul dengan kemunculan blog-blog lainnya, ada JendelaCaca (tentang parenting), SevenBrothers, Situsok, dan lain-lain. Nah, blog Situsok awalnya kukira dibaca ‘situ sok’ ternyata yang benar adalah ‘situs OK’, astagaa. Maaf intermezzo dulu ya.

Bagaimana Cara Dapat Uang dari Blog?

Apakah blog bisa menghasilkan uang? Bisa banget. Jihan ngebocorin nih caranya yaitu konsisten update artikel. Eh emang bener lho, di blog-blog beliau jumlah tulisannya banyak banget. Dalam setahun minimal ada 170 artikel alias hampir 2 hari sekali ada konten baru.

Jika seorang bloger sudah konsisten bikin konten maka akan datang tawaran job dari berbagai brand. Nah, sudah tahu kan rahasia mengapa para bloger dapat banyak uang? Sedangkan cara lain untuk mendulang cuan dari blog adalah dengan ikut lomba.

Tips Menang Lomba Blog

Teman-teman pernah ikut lomba blog? Sering kesal karena kalah melulu? Nah ini ada tips memenangkan lomba blog, yang disarikan dari salah satu tulisan di blog JeyJingga:

1. Baca Baik-Baik S&K

Saat akan ikut lomba kan ada pengumuman, tanggal deadline, dan syarat serta ketentuan lomba. Yang harus dipenuhi ya S&K (syarat dan ketentuan) lomba dulu. Misalnya harus pasang banner di blog, kudu follow akun media sosial penyelenggara lomba, dll. Jika sudah OK baru masuk ke tahap berikutnya.



2. Memahami Tema

Ada banyak lomba blog dengan bermacam-macam tema. Lantas apakah semuanya harus diikuti? Ya kalau temanya disukai atau dipahami, OK aja. Namun ketika temanya dirasa membingungkan, terlalu sulit dan njelimet, atau tidak sesuai dengan value bloger, ya pass dulu deh.

3. Jangan Mepet Deadline



Siapa yang punya motto ‘the power of kepepet’? Sebenarnya hal ini enggak bagus lho karena (menurutku) hasilnya jadi kurang maksimal. Nah, Jihan bercerita kalau dirinya sudah menetapkan deadline sendiri, misalnya 2 hari sebelum deadline lomba yang sebenarnya. Alias jangan terlalu mepet.

4. Perbanyak Referensi

Jurus selanjutnya adalah membaca banyak referensi alias riset. Nah ini sejalan dengan yang daku pernah baca di salah satu novel karya A Fuadi. Di novel tersebut dikatakan kalau seorang wartawan perlu riset yang mendalam sebelum membuat berita.

Nah, sudah mengenal dekat sosok Jihan Mawaddah, kan? Kalau mau menang lomba blog seperti beliau memang kudu mau serius dalam mendalami dunia menulis serta konsisten ngonten. Jangan lupa juga untuk banyak membaca buku dan memperbanyak referensi dari yang lain. Yuk terus semangat ngeblognya.

Sabtu, 22 Juni 2024

Balada Mahasiswa Pura-Pura Miskin

  

Brak!

 

Kubuka kenop pintu kos dan mendorong daun pintu dengan kasar. Tak peduli nanti tetangga sebelah tergnggu atau tidak. Siapa peduli mereka sedang tidur siang atau mengerjakan tugas, bodo amat! Lagipula setelah beberapa bulan tinggal di kos-kosan milik Mak Uti, aku tak begitu akrab pada mereka.

 

Paling-paling hanya Kirana yang kukenal. Itupun karena dulu ibuku pernah membawakan oleh-oleh sekotak bolu cokelat dan kubagi dua, lalu kuantar ke kamarnya. Habis yang lain juga jarang ada di kos. Apalagi kabarnya, si Tetha yang hobi utak-atik, malah tenggelam dalam kesibukannya di dalam laboratorium.

 

Ah, kuliah selama 3 jam hampir mendidihkan otakku. Salahku sendiri kurang teliti, mengira jurusan Ilmu Ekonomi dan Pendidikan Ekonomi itu sama. Padahal beda jauh! Sudahlah, nasi sudah menjadi bubur. Yang penting aku bisa pulang kampung dengan membawa ijazah sarjana.

                                  Pexels

 

Aku duduk santai di kasur sambil membuka sepatu dan kaus kaki, lalu melemparkannya asal-asalan. Aroma keringat menguar dari kaki, ah, dilap dengan tisu basah saja. Sebenarnya aku lelah hidup begini. Pergi ke kampus naik angkot, sesekali naik ojek di awal bulan. Selalu pakai celana yang warnanya itu-itu saja, begitu juga kemejanya. Tasku juga dibeli di pasar, bukan di dalam Mall.

 

Padahal Ibu dan Bapak walau ada di kampung, tapi membekaliku dengan uang yang cukup. Malah lebih dari cukup. Sebenarnya bisa sih aku beli sepatu bermerek atau sesekali naik taksi, namun lebih baik begini. Biasa saja berpenampilan lusuh agar dikira miskin.

 

Mengapa aku harus berpura-pura miskin? Ah kayak gak tau aja kelakuan rata-rata anak kos. Tanggal muda foya-foya. Tanggal tua merana. Kalau aku ke kampus pakai sepatu Ribux atau Alatas, bisa-bisa mereka pinjam uang seenaknya. Padahal lebih baik uangnya kubuat investasi saham dan beli logam mulia. Kan sesuai prinsip ekonomi yang diajarkan di kampus, gitu looh!

 

Sayang sistem beasiswa kampus tidak bisa dikibuli, karena menggunakan pengecekan rekening listrik dan foto rumah. Jika saja sistemnya masih manual seperti beberapa tahun lalu mungkin aku bisa mendaftar beasiswa dengan modal SKTM.  

 

Ting!

 

Ada WA masuk. Rupanya dari Bu Sasmita. Beliau ingin aku pergi ke ruang dosen. Padahal jam kuliah sudah selesai. Katanya ada kelebihan nasi kotak konsumsi rapat dan aku boleh mengambilnya.

 

Baru saja mau membalas WA, ada pesan lagi yang masuk ke ponselku. Kali ini dari Pak Darmo, sang penjaga parkir fakultas. Katanya ada hadiah untukku. Hadiah apa?

 

Eits, jangan berpikiran macam-macam. Pak Darmo sudah punya anak-istri di kampung. Namun beliau sering kasihan padaku yang berpenampilan dekil. Katanya, wajahku mirip dengan almarhumah putri bungsunya. 

 

Tanpa pikir panjang segera kusambar tas, kuisi dengan dompet dan HP. Kukenakan sepatu keds, karena akan berlari ke kampus. Nasi kotak, aku datang! Hadiah, tunggulah! Kalian jangan bully aku ya, salah mereka terlalu bersimpati dan menilai seseorang dari penampilan luarnya.