Judul emang sengaja dibikin gede semua biar kerasa paniknya saat anakku, Saladin, kabur. BTW ini kejadiannya sudah cukup lama (waktu dia masih TK dan sekarang sudah SD) tapi baru kali ini daku punya nyali untuk menuliskannya.
Suatu siang, aku bermain bersama Saladin tetapi fokusku tidak 100% ke dia. Mungkin dia cari perhatian lalu keluar rumah (dan kesalahan saat itu adalah tidak mengunci pintu). Seperti biasa dia usil dengan naik ke atas mobil milik kakeknya.
Pelarian Awal Saladin
Daku bujuk untuk masuk rumah lagi tetapi ia tidak mau. Neneknya datang dan ingin menggendongnya tetapi dia malah loncat dan berlari………………………
Paniklah aku, mana bisa mengejar bocil yang super aktif ini? Akhirnya aku balik ke rumah dan membawa dompet, jaga-jaga kalau Saladin hanya ingin jalan-jalan ke minimarket di sebrang perumahan. Kakeknya Saladin memboncengku dan meminta untuk bersabar menghadapi anak yang memang menggemaskan sampai bikin bundanya nyaris jantungan.
Namun ketika sampai di sana, tidak ada. Di mana anakku? Ya Tuhan….
Si Paling Hobi Jalan-Jalan Sendiri
Sejak balita sepertinya Saladin emang suka jalan-jalan sendiri tetapi daku jarang memberi izin. Pertama, makin banyak kendaraan bermotor, bahkan di dalam perumahan. Kedua, ada berita penculikan anak.
Ketiga, beberapa tahun lalu ada kejadian mengerikan saat ada anak kecil yang main pasir di depan rumah. Neneknya sedang di dalam lalu ada mobil yang lewat dan menabrak anak tersebut sampai me ning goy. Ternyata pengendaranya m a b u k.
Namun Saladin itu tipe anak yang makin dilarang makin berontak (kayak siapa hayo? Uhuk-uhuk). Beberapa kali ia pulang sendiri (dan untung gedung sekolah TK-nya dekat, hanya sekitar 700 meter dari rumah neneknya). Akan tetapi tetap saja aku deg-degan ketika dia pulang sendiri, bahkan kabur seperti ini.
Belum Ketemu Juga
Kembali ke cerita pelarian Saladin. Kami (aku dan kakeknya) melanjutkan pencarian dengan naik sepeda motor. Bahkan sampai menengok ke dalam got, takut dia sembunyi di sana.
Namun nihil.
Kesalahanku saat itu adalah keluar bawa uang tapi gak bawa HP. Ternyata di FB banyak yang mention, inbox, ngetag, ada yang WA juga. Mereka melihat Saladin! Di mana dia sebenarnya?
Akhirnya Dia di Sana
Kami pun pulang dan belum sempat masuk rumah, ada tetangga yang memberi tahu keberadaan Saladin. Katanya, saudara sepupunya (yang tinggal di perumahan sebelah) bingung karena ada anak kecil nyasar. Dia lihat lalu mengenali Saladin.
Ternyata! Saladin akhirnya ditemukan di rumah seseorang. Mbak cantik yang dulu pernah kudatangi rumahnya (bersama Saladin), sekitar setahun lalu. Kala itu daku ikut kursus baking dan membayar ke sang mbak (yang jadi penyelenggara kursus).
Daku bengong, kok bisa Saladin ingat pernah ke rumah itu? Eh Saladin ngeluyur ke sana karena menghirup aroma kue. Di sana memang produsen kue kering dan kue-kue lain.
Ealah! Lapar ceritanya. Setelah kami pulang, daku baru sempat lihat HP dan melihat banyak tean online yang mengenali wajah Saladin, ketika si mbak cantik bikin status mengenai penemuan anak kecil di rumahnya.
Di situlah daku bersyukur karena gak pernah nutupin wajah anak pakai stiker, saat diupload di medsos. Wkwkkwkw.
Tentang Saladin
Oh ya, Saladin bukan autis bukan hiper aktif ya. Dulu sudah pernah konsultasi ke psikolog anak dan kata beliau tak masalah karena hanya over aktif. Perbedaannya, Saladin masih bisa diajak bicara dengan menatap mata dan ketika dia memanjat ada tujuannya (misalnya mengambil kue di atas lemari).
Tentang perbedaan lainnya silakan cari di buku ya.
Kalau kata ayahnya wajar lah anak laki-laki aktif. Dan ternyata ketika beliau masih kecil juga persis kayak Saladin, hobi memanjat pohon. Like father like son.
Setelah kejadian ngabur itu, daku berusaha lebih mendekat ke Saladin. Mengajari dia untuk tidak impulsive. Keluar rumah harus pamitan. Kalau lapar bilang, jangan asal keluar rumah lalu cari toko.
Sekarang Saladin sudah berusia 10 tahun dan Alhamdulillah sudah bisa mengendalikan diri. Kalau keluar rumah pamitan. Jarang tantrum juga, kalau ngambek juga masih terkendali.
Resepnya apa?
Pelukan dan kasih sayang.