Rabu, 15 Januari 2014

Berbagai Tipe Klien

Berhubungan dengan banyak orang memang sebuah seni tersendiri. Berbagai karakter mereka mau gak mau harus difahami, agar tidak terjadi miskomunikasi. Apalagi dengan klien, yang notabene berbisnis dengan kita (kalau masalah duit sih disabar-sabarin). Selama saya dan hubby menjalankan bisnis percetakan dan penerbitan, pernah bertemu dengan klien-klien seperti..
1. Klien Perfeksionis
Harus menyiapkan stok sabar sampai 300%. Kadang kita gak tau maunya dia apa. Saat sudah menyodorkan desain, ada revisi. Revisi lagi. Revisi lagi. Edit teruuus. Prosesnya bisa mencapai 2 minggu. 
Apalagi jika menyangkut order undangan pernikahan, karena klien yang dihadapi bukan hanya pihak calon pengantin perempuan, tapi juga calon pengantin laki-laki, dan ibu dari pihak putri. Bayangkan, menghadapi 3 orang dengan keinginan yang berbeda-beda. Sementara undangan harus segera dicetak. Jadi, klien yang seperti ini harus dirayu, agar desain nya fix dan segera diproses.
2. Klien Serius
Klien yang ini straight to the point. Mengajak janjian dimana, jam berapa. Menjelaskan keinginannya, dan kesepakatan harga berapa. Tapi, baru satu hari digarap ( standarnya 7 hari), mereka sudah telpon, sms, bertanya apakah pekerjaannya sudah selesai. Saking seriusnya, kadang mereka menghuungi saat jam istirahat. 
3. Klien Plin-Plan
Awalnya, ia sudah memiliki desain, jadi kami tinggal mencetak. Tapi kemudian ada revisi, ternyata ukurannya salah. Otomatis hitungan harganya jadi berubah. Nego harga lagi. Setelah selesai, eh dia kaget karena harganya sekian, tidak sesuai dengan kesepakatan awal. Kalau ukurannya besar ya harganya beda dong..Seakan-akan mereka lupa dengan omongan mereka sendiri.
Pernah juga ada klien yang minta dibuatkan brosur sebanyak 1000 lembar. Setelah selesai, ia minta dikirimi 250 lembar dulu. Tapi ternyata, sisa 750 lembarnya tidak pernah diambil Jadi ia hanya membayar seperempatnya..Rugi bandar...
4. Klien GeJe (iseng)
Ini jenis klien yang paling menyebalkan. Awalnya ia bertanya alamat kami dimana. Setelah itu, ia minta agar kami yang datang ke rumahnya. Tapi setelah satu jam, rumahnya tak kunjung ketemu. \alamat palsu. Karena lokasinya di dalam gang sempit, dan ia tak mencantumkan rt dan rw. Seperti terjebak dalam labirin, berputar dan tidak ketemu.
Tapi besoknya ia minta maaf, dan minta kami datang. Kali ini ke tempat kerja adiknya. Bahkan ia minta adiknya untuk menjemput saya. Wah mulai mencurigakan. Saya takut bahwa ia adalah sindikat penculikan wanita. Jadi sms dan telpon dari dia dicuekin saja.