Judul: Gojek, For Every Need
Penulis: Dony Wijayanto
Tahun: 2019
Tebal: 196 halaman
Penerbit: Metagraf
Siapa tak pernah naik Gojek? Ojek
online ini sudah sangat familiar di masyarakat. Belum banyak yang tahu kalau
pada awalnya, Nadiem Makarim mendirikan Gojek untuk menolong para tukang ojek
pengkolan. Mereka sudah bekerja dari pagi sampai malam tapi hasilnya jauh di
bawah UMR.
Akhirnya Nadiem sadar apa kelemahan
ojek konvensional, yakni terlalu lama menunggu calon penumpang. Buang waktu. Ia
jadi membuat perusahaan Gojek yang awalnya melayani pesanan melalui telepon.
Nadiem mencari tukang ojek yang mau
bergabung dengan Gojek. Banyak dari mereka yang menolak, namun alhamdulillah
ada yang mau. Seiring dengan perkembangan Gojek, akhirnya muncul aplikasinya
dan banyak pula pelanggannya.
Gojek melebarkan sayap dengan
layanan gofood, goclean, dst. Seperti bisnis palugada, apa yang lu mau gue ada.
Masalah sistem pembayaran juga jadi perhatian, sehingga muncul gopay sebagai
solusi.
Untuk menyempurnakan aplikasi,
Nadiem merekrut tim IT dan membuat kantor cabang di Jogja. Namun ketika Gojek
dimasuki investor dan punya kantor di Bangalore, India, kantor Jogja ditutup.
Nadiem membuat kantor pusat gojek
dengan beragam fasiltas, bahkan ada kamar khusus untuk tidur siang. Ada
fasilitas makan gratis untuk para karyawan. Saat membaca bagian ini, saya
langsung terpesona dan membayangkan betapa asyiknya jika bekerja di sana. Konon
kantor Google juga seperti itu. Apa Nadiem menirunya? Entahlah.
Lucunya, ada salah satu sahabat
Nadiem yang ikut membesarkan Gojek. Ia lulusan terbaik kampus luar negeri dan
pulang ke Indonesia, dengan target agar jadi menteri pendidikan kelak. Namun yang pernah jadi menteri bukan dia, tapi Nadiem.
Buku ini cukup menarik karena tak
hanya menceritakan jatuh bangunnya Nadiem saat membesarkan Gojek. Namun memberi
pelajaran tentang bisnis. Gojek berani bersaing dengan perusahaan transportasi
online lain dengan memberi diskon dan program-program lain. Sementara ojek
online lokal banyak yang muncul namun akhirnya tumbang, karena tak mampu
‘membakar uang’ dengan promosi gila-gilaan.
Saya beri bintang 4 dari 5.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar