Senin, 29 Juli 2019

Saat Anakku Dikeluarkan Dari Sekolah, Rasanya ....

“Saladin tidak bisa diam di kelas dan tidak mau menuruti perintah guru. Dia juga tidak mau diajak berdoa sebelum pulang, lalu menangis dan menggigit tangannya sendiri. Maaf Bu, saya tidak sanggup menghadapinya.” 

Perkataan bu guru itu bagai palu godam di telinga. Anakku yang usianya 6 tahun 8 bulan ternyata belum bisa tertib seperti teman-temannya di kelas 1. Apakah aku memasukkan dia ke sekolah terlalu awal? Dia sepertiku, lahir di akhir tahun,  jadi saat akan daftar sekolah, umurnya nanggung.

Kenanangan terlempar ke hari pertama sekolah, Saladin merengek untuk minta ditemani saat upacara. Dia lalu bosan, menguap, jongkok, dan ... berlari kepadaku yang berbaris di sebelahnya, minta gendong. Kepalanya dimasukkan ke dalam kerudungku. Kurasa ini hanya sindrom hari pertama sekolah, jadi wajar kalau dia manja. Sayangnya, di hari kedua dan ketiga –menurut pengakuan gurunya- dia sering menangis dan tidak mau duduk diam di bangku.

Esoknya aku bertemu dengan ibu kepala sekolah. Kepsekpun berkata, “Maaf, sepertinya ananda Saladin belum siap emosinya untuk belajar di kelas 1. Dia terlalu banyak bergerak dan suka membikin gaduh di kelas. silahkan tarik berkasnya ’ Itu adalah ucapan halus dari ‘dikeluarkan’. Oh, tidaak! 

Rencanaku, Saladin akan kukembalikan untuk bersekolah di TK, tapi kata bu guru TK-nya sepertinya kemungkinan kecil ... Apa yang harus kulakukan, masih adakah masa depan baginya? 

Kutatap seragam merah putih yang melambai di jemuran. Ah, baju itu hanya sempat dipakai selama beberapa hari. Tangisku meledak. Kulihat sosok anak perempuan yang sedang tertunduk di pojokan, ketakutan di hari pertamanya sekolah. Ia berpura-pura sakit dan ingin pulang. Masa belajar di SD bukan waktu yang menyenangkan. Anak itu adalah ... diriku sendiri.


Mengapa pengalaman ini terulang, bahkan Saladin tidak betah sekolah di tempat yang konvensional? Yah, kutarik napas dan berpikir, mungkin dia memang belum siap secara mental. Jika tidak bisa sekolah lagi di TK, homeschooling saja lah.  Awal tahun depan baru cari sekolah lain yang kiranya cocok untuk anak tunggalku.

Ada wacana juga untuk memindahkannya ke sekolah alam, tapi hampir semua sekolah swasta sudah tutup pendaftarannya. Apakah harus ditunda setahun, baru dia bisa merasakan duduk di bangku SD? Semoga ada jalan terbaik.

22 komentar:

  1. Semangat ya Mbak. Semoga segera mendapat solusi untuk memberikan pendidikan terbaik dan tercocok buat ananda

    BalasHapus
  2. Amiin... Semoga Saladin segera menemukan tempat bermain yg cocok ya mbak

    BalasHapus
  3. Sabar ya Mbak Avi.. Insya Allah kelak dia akan jadi anak yang hebat. Kalo menurutku sih sekolah konvensional kurang cocok buat dia, kasian bakatnya tidak tersalurkan dengan baik. Saya aja yang pendiam merasa nyesel kenapa dulu sekolah di negeri, yang cuma tiap hari cuma bisa duduk dan diam ��

    BalasHapus
  4. Apakah anak ibu aktif banyak bergerak,kurang patuh,kurang fokus walaupun tidak sedang di dalam kelas? Saat di TK dia bagaimana? Mau mengikuti instruksi? Merasa enjoy?

    BalasHapus
  5. Smoga sekolah alam lebih cocok, ya/ Homeschoolingnya jg cocok. Aamiin

    BalasHapus
  6. Hai mbak, semoga dapat solusi terbaik ya. Kalo masukan saya, tak apa menunggu setahun lagi agar emosinya benar2 matang dan dari dirinya sendiri muncul kesadaran untuk tertib dan bisa membedakan situasi. Sementara itu homeschooling saja dulu, alias belajar di rumah, puas2in mengeluarkan energi-energinya yang berlebih itu pada hal-hal yang dia sukai. Slow but steady, salam untuk Adin yang aktif :)

    BalasHapus
  7. Semangaat yaaa mbaak, semogaa ada jalan terbaik untuk saladin. Doa yg terbaik untuk mbak dan saladin. Aamiin. ..

    BalasHapus
  8. Kecup sayang buat Adin. Semoga dapat solusi terbaik buat Adin ya mbk aamiin.

    BalasHapus
  9. Adduuh masak gurunya yang kurang sabar yaa, kan di TK dia bisa patuh, ya Allah semangat ya mbak, semoga segera dapat solusi amminn..

    BalasHapus
  10. Semangat ya mas adin sayang.. . Yg sabar ya mbak semua pasti ada hikmahnya

    BalasHapus
  11. mas adin anak yang baik mbak, memang mas adin bukan anak yang seperti anak anak lain yang bisa bersekolah di sekolah negeri biasa, mas adin spesial dan tidak semua anak memiliki kelebiha seperti mas adin. Semoga dengan ditanamkan kebiasaan baik di rumah dan di sekolah nya, akan membuat dia menjadi lebih baik. Saya seorang introvert yang tidak bisa nyaman saat berada di keramaian. Dan saat saya baca cerita mbak, dia 11 12 dengan saya, mungkin mas adin membutuhkan sekolah yang bermurid kurang dari 10 anak, agar membuat dia nyaman, dan berdasar apa yang saya pelajari di artikel, mas adin memiliki kecerdasan yang lebih dari temannya, meskipun kadang susah dalam bersosialisasi mbak, saran saya , mas adin dibiasakan untuk bersosialisasi dengan anak sepantarannya , agar dia menjadia menjadi anak yang selain cerdas, juga bisa bersosialisasi dengan baik mbak, mohon maaf bila ada salah kata, semoga bermanfaat...

    BalasHapus
  12. Sabar ya mba...pasti mas adin anak yang baik , never give up.

    BalasHapus
  13. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus