Sabtu, 19 Maret 2016

Bertukar Ibu

BRAAK! Richa menaruh kotak bekalnya keras-keras. Sinta yang sedang minum teh botol hampir tersedak.

"Lagi sariawan ya? Kok manyun? Kaget aku, sampai hampir tersedak", goda Sinta. Richa malah memajukan bibirnya empat sentimeter. Beberapa orang di kantin sekolah menertawainya.

"Lihat nih! Sandwich lagi, dan lagi!", kata Richa. Ia membuka kotak bekalnya. Ada roti berbentuk segitiga, berisi dadar, tomat, dan mentimun. Sinta menelan ludah.

"Kalau gak mau, buat aku aja! Hari ini ibu lupa tidak membuatkanku bekal. Jadi harus beli di kantin", ujar Sinta.

Lebih baik beli makanan di kantin, daripada makan roti tiap hari. Gumam Richa dalam hati.  Lalu..

"Gimana kalau kita bertukar ibu? Nanti kamu masuk rumahku, aku tinggal di rumahmu". Apa??

Richa berpikir sebentar."Oke, mulai hari ini ya!".

KRIING! Tiba-tiba bel berbunyi. Murid-murid di SD Cempaka Kuning bergegas masuk kelas. Di kelas, Richa tak bisa menyimak ajaran Bu Mamiek. Pikirannya melayang. Bertukar ibu, bertukar rumah?

Tak terasa sudah jam 1 siang. Saatnya pulang. Richa dan Sinta naik angkot yang sama. Mereka tinggal di kompleks Cahaya Hati.

"Ciit!", angkot berhenti di depan perumahan. Richa tersentak dari lamunan. Segera ia memberikan uang pada supir. Dan mengejar Sinta yang turun duluan. "Sintaa, tunggu!".

Richa bergegas menyusul Sinta. Sinta belok kanan, menuju rumah Richa.
"Kamu lupa ya? Rumahku di blok C, belok kiri!".

Kaki Richa melangkah pelan. Nomor 2, itu rumah Sinta. Bercat warna ungu, berpagar hitam.  Tingtong! Richa membunyikan bel.

Lima menit kemudian, pintu baru dibukakan. "Richa? Sinta kan belum datang. Lho biasanya dia pulang bareng kamu kan?". Tante Padmi, mama Sinta, heran.

Richa menjelaskan, "Tante, mulai hari ini saya jadi anakmu. Sinta pulang ke rumah saya. Kami bertukar ibu".


Tante Padmi menggaruk rambut. Lalu membetulkan letak kacamatanya. "Baiklah, mari masuk!".

Richa melangkah ke ruang tamu, lalu melepas sepatunya. "Maaf ya, Tante tadi masih kerja. Jadi telat bukain pintu". Richa mengangguk pelan. Ya, beliau bekerja sebagai penerjemah. Sepertinya banyak sekali artikel yang harus diterjemahkan.

Krieet..Tante Padmi membuka pintu kamar Sinta. "Setelah ganti baju, makan siang ya. Cari sendiri di meja makan. Maaf Tante harus kerja lagi"

"Terimakasih", kata Richa perlahan. Lalu ia melongok ke dalam lemari baju. Ups, Richa lupa. Sinta sangat suka warna pink. Jadi hampir semua kaosnya bergambar hello kitty atau barbie, berwarna merah muda. Sedangkan ia benci warna itu. Aah, untung ada satu kaos berwarna putih.

Setelah ganti baju dan cuci tangan, Richa membuka tudung saji. Ada dua bungkusan berwarna cokelat. Setelah dibuka, isinya nasi, ayam suwir, dan tumis buncis.

Richa berdoa lalu duduk. Ia memakan nasi bungkusnya. Pyaar! Huh, hah! Pedaas! Ternyata ada potongan cabe di dalam tumis buncis. Gluk gluk! Richa minum air banyak banyak.

Ibu tahu Richa tak suka pedas. Jadi tumis kangkung buatannya tak diberi cabe. Sebenarnya Richa ingin membuang nasi ini. Tapi demi menghormati Tante Padmi, ia menghabiskannya.

Sorenya Richa membaca buku sejarah. Besok ulangan. Rumah Sinta lengang, Tante Padmi masih bekerja di kamarnya.

Biasanya Richa menanyakan jawaban di LKS sejarah pada ayahnya. Tapi ayah Sinta tak ada. Ia bekerja di perusahaan minyak, di lepas pantai. Pulangnya hanya tiga kali dalam setahun.

Tak terasa sudah jam 9 malam. Tante Padmi masuk kamarnya. Tersenyum dan mengucapkan selamat tidur. Richa melipat selimutnya. Ia gelisah, tak bisa tidur. Membayangkan, apa yang dilakukan Sinta di rumahnya?

Kriing! Weker berbunyi. Astaga, sudah jam 6 pagi! Richa bergegas mandi dan berganti baju. Tante Padmi duduk di ruang tamu. Matanya setengah terpejam.

"Richa sayang, maaf semalam Tante lembur. Tak sempat masak bekal, apalagi sarapan. Beli di kantin saja ya!", kata beliau. Sambil menyodorkan uang dua puluh ribu.

Tiba tiba Richa ingin makan sandwich. Ia merindukan ibunya...

Tulisan ini diikutsertakan dalam #FirstGiveAwayCeritaAnak















9 komentar:

  1. ya, terkadang, kita iri pada orang lain, padahal ibu kita jauh lebih baik :) menyiapkan sarapan dan lainnya..

    BalasHapus
  2. itulah jadinya jika tidak bersyukur, Richa... :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehehe..karena rejeki itu adalah hal yang sudah dinikmati

      Hapus
  3. pembelajaran yang baik yaa mba, sepatutnya lebih baik bersyukur dengan apa yang ada dan kita terima jangan sampai melongok ke yang lain hingga berasumsi jika "Rumput Tetangga Lebih Hijau" * dan ternyata bukan demikian.
    Belajar untuk lebih mensyukuri akan nikmat yang ada.
    Sukses selalu untuk kontes Giveawaynya ya mbaaa...
    (@cputriarty)

    BalasHapus
  4. Ibu sendiri tetap lebih sayang yaa.

    BalasHapus