“Membeli
sama dengan membantu sesama”
Demikian
konsep dari setiap jilbab, gamis, mukena, dan item lain yang diproduksi oleh Elsa Maharani. Wanita kelahiran 5
Maret 1990 ini meyakinkan para pembeli. Saat mereka memesan 1 saja jilbab, sama
dengan membantu para penjahit yang menjadi mitranya.
Elsa
Maharani adalah pengusaha yang bermukim di Kota Padang dan sudah mulai
berbisnis konveksi sejak tahun 2018 lalu. Dengan senyum dan semangat, ia
menjadi wirausaha dengan niat yang mulia.
Menjadi
pengusaha tak hanya membuatnya mampu mencari uang tanpa harus meninggalkan
anak-anaknya. Namun dengan berbisnis, ia juga membuka lapangan pekerjaan,
sehingga turut meningkatkan perekonomian mitra jahitnya.
Maharrani
hijab pun berdiri tahun 2018 dan pada awalnya Elsa memberlakukan sistem PO (pre order). Namun saat ini sudah banyak
produknya yang ready stock dan bisa
dipesan di para reseller di seluruh
Indonesia.
Sejak Kecil Tekun Berwirausaha
Mata
Elsa menerawang ketika ia flashback, mengenang
masa lalunya ketika sudah berniaga di usia dini. Elsa belajar berbisnis sejak
masih menjadi murid SD, tepatnya tahun 1998. Ketika di Indonesia terjadi krisis
moneter, gaji sang ayah dipotong.
Akhirnya Elsa menjajakan kue di sekolah untuk membantu perekonomian keluarga. Apalagi ia berasal dari keluarga besar (10 bersaudara) sehingga membutuhkan biaya hidup yang cukup besar. Elsa tidak mengeluh, tetapi membantu ibunya dengan ikhlas. Berkat tempaan kehidupan yang cukup keras dari kecil, akhirnya terbentuk jiwa pengusaha yang kuat di hati Elsa.
Mendirikan Kampung Penjahit untuk Memberdayakan Masyarakat Sekitarnya
Mengapa
Elsa memilih untuk berbisnis konveksi dan membuat brand hijab? Awalnya, tahun 2016 lalu, wanita ini berjualan produk hijab.
Semula ia hanya menjadi reseller. Lantas
dalam 2 tahun, statusnya naik menjadi agen, lalu distributor dari beberapa brand.
Sang
suami mendorong Elsa untuk membuka usaha sendiri. Akhirnya Elsa mendirikan
Maharrani Hijab (yang diambil dari namanya sendiri) dan kala itu modalnya hanya
3 juta rupiah. Namun ia optimis bisnisnya akan berhasil karena sudah mengetahui
seluk-beluk bisnis fashion.
Dengan
niat memajukan masyarakat di lingkungannya, tepatnya di Pasar Ambacang,
Kecamatan Kuranji, Kota Padang, Sumatera Barat, Elsa bertekad untuk
berkolaborasi agar sama-sama mencecap kesuksesan. Ia mencari mitra yang
merupakan para tetangganya, yang memiliki kemampuan di bidang jahit-menjahit. Hingga
akhirnya berdirilah Kampung Jahit di tahun 2018 dan memiliki lebih dari 50
penjahit.
Mengapa
disebut Kampung Jahit? Seperti namanya, Kampung Jahit adalah kampungnya para
penjahit. Para tetangga Elsa sebelumnya bekerja sebagai pemecah batu. Namun ia melihat
bahwa sebenarnya mereka mampu untuk menjadi mitra jahit karena sudah punya
keterampilan menjahit.
Elsa
pun merayu para tetangganya untuk menjadi mitra jahit. Apalagi ada sebagian
dari mereka yang kekurangan secara ekonomi, atau suaminya sedang sepi orderan
(karena bekerja sebagai ojek online
di masa pandemi).
Akan
tetapi, Elsa sempat ditolak oleh banyak orang. Penyebabnya karena kultur mereka
yang lebih suka bekerja sendiri daripada jadi karyawan. Apalagi kala itu honor
menjahit baru 25.000 rupiah per produk.
Namun
Elsa tidak menyerah dan meyakinkan bahwa pesanan akan terus ada, sehingga para
mitra jahit juga diuntungkan. Mereka pun akhirnya mau menjadi mitra. Akhirnya
Kampung Jahit terus maju dan Maharrani hijab berhasil mendapatkan omzet senilai
ratusan juta rupiah.
Mencari Mitra Jahit, Bukan Karyawan
Menjadi
pebisnis berarti mengetahu cara manajemen sebuah usaha. Elsa yang fokus di bagian marketing pun mencari mitra jahit agar
mereka yang ada di bagian produksi. Sementara ia konsentrasi pada pemasaran
produk.
Para
penjahit yang bekerja sama dengan Elsa Maharani disebut dengan mitra. Mengapa ia
tidak mengangkat karyawan? Elsa beralasan, ia ingin agar para mitra bisa
bekerja dari rumah, agar bisa mengurus keluarganya. Niatnya mulia karena jika
sistemnya seperti ini, para mitra masih bisa mengasuh anak-anaknya sembari
mencari nafkah.
Elsa
memikirkan nasib para mitra agar mereka juga sama-sama maju. Dengan ketulusan,
semangat, dan keuletannya, bisnis Maharrani hijab terus berkembang. Elsa ingin
agar ia dan para mitra sama-sama menikmati manisnya kesuksesan, dan berkat
kerja kerasnya brand Maharrani semakin dikenal di masyarakat luas.
Dinamika Ketika Pandemi Corona
Virus
corona yang menyerang sejak awal 2020 lalu membuat para pebisnis gulung tikar. Namun
Elsa tidak menyerah begitu saja karena memikirkan para mitra jahit Maharrani
Hijab. Ia melihat pergeseran tren belanja di masyarakat yang lebih memilih online shop daripada belanja di pasar. Penyebabnya
karena PPKM dan banyak orang yang takut untuk keluar rumah, lalu cenderung berbelanja
secara daring.
Lantas
Elsa menggencarkan promosi di media sosial dan mempopulerkan produk-produknya. Tak
disangka Maharrani Hijab malah kebanjiran orderan. Sampai saat ini (pertengahan
tahun 2023), tak kurang dari 1.000 pieces
produk berhasil dibuat dan dipasarkan di seluruh Indonesia. Bahkan Maharrani
hijab juga pernah ikut pameran di Malaysia dan membidik negara-negara lain
untuk pemasarannya.
Saat
pandemi, masyarakat diwajibkan untuk menjaga protokol kesehatan dan memakai
masker. Elsa melihat peluang dan memanfaatkannya dengan memproduksi masker. Produk
ini pun laris-manis dan ia membuktikan bahwa kondisi pandemi tidak menghentikan
langkahnya untuk berusaha dan memajukan Kampung Jahit.
Inovasi agar Terus Maju
Setelah
mendirikan Kampung Jahit, Elsa memajukannya dengan terus berinovasi. Caranya
dengan menambah lini produk dan jenis-jenis barang yang dijual. Ia juga menjual
pakaian pria (dengan brand HAMKA). Ia
juga menjual gamis untuk para pegawai negeri yang harganya tidak terlalu mahal,
tetapi kainnya menyerap keringat.
Tak
disangka gamis PDH (pakaian dinas harian) laris-manis di pasaran. Para mitra
jahit sibuk bekerja, dan ada pula bagian quality
control agar kualitasnya terjaga.
Mendapatkan SATU Indonesia Awards
Tahun
2020, Elsa Maharani bersyukur karena mendapatkan SATU Indonesia Awards berkat keuletannya dalam mendirikan dan
memajukan Kampung Jahit. SATU Indonesia Awards adalah wujud apresiasi Astra
untuk generasi muda (individu atau kelompok) yang menjadi pelopor perubahan
masyarakat sekitar di bidang kesehatan, pendidikan, lingkungan, kewirausahaan,
dan teknologi.
Elsa
Maharani yang menjadi pelopor Kampung Jahit merasa senang karena berhasil
menerima SATU Indonesia Awards. Dengan hadiah dari Astra tersebut, Elsa mampu
mendirikan workshop dan mewujudkan
impiannya untuk memiliki 1.000 mitra jahit. Makin banyak mitra tentu makin
memajukan Kampung Jahit.
Saat
ini Elsa Maharani terus berusaha untuk memajukan Kampung Jahit dan
memberdayakan masyarakatnya. Sekarang, para mitra jahit tak hanya dari kaum
wanita tetapi juga pria. Mereka menjahit dengan riang-gembira, dan
berkolaborasi dengan Elsa untuk terus mengembangkan Kampung Jahit.
Di
Kampung Jahit, suara mesin jahit bagaikan lagu yang merdu, yang dimainkan dari
pagi hingga sore hari. Berkat ketekunan dan keuletan Elsa Maharani, masyarakat
yang ada di Kampung Jahit meningkat perekonomiannya, dan mereka bisa berkarya
dari rumah. Elsa senang karena usahanya terus maju dan menebar manfaat bagi
banyak orang.
Bacanya itu bikin adeeem banget, gimana dia bisa memajukan wara di kampungnya juga ❤️👍. Krn dr awal tujuannya mulia, jadi dipermudah juga jalannya ya mba. Tapi aku JD penasaran loh Ama jilbab maharrani ini. JD kepengin liat2.
BalasHapusAku salut Ama budaya di sumabar, yg memang LBH suka berusaha sendiri drpd kerja dengan orang lain. Jiwa wiraswasta mereka tinggi ❤️
Aku juga berusaha membeli barang dari orang sekitar dulu. Keren banget ya usaha Elsa Maharani ini
BalasHapusMasya Allah, selalu ikut bangga kalau ada perempuan yang berhasil memberdayakan masayarakat di sekitarnya :) dulu ibu ku begini, ajakin tetangga-tetangga untuk belajar jahit sama beliau :)
BalasHapusbagus sekali aktivitasnya ya kak.. adanya kampung penjahit ini justru sangat membantu para pebisnis pakaian dan juga orang yang ingin membuat baju, jadi lebih mudah mencari penjahitnya
BalasHapusbagus nih bisnisnya, sekalian memberdayakan masyarakat di lingkungan sekitar, jadi bisa berpeluang membuka usaha sendiri
BalasHapusJiwa dagang Elsa memang sudah terbentuk dari kecil ya. Dengan membantu ibunya berjualan kue di sekolah. Tapi itulah modal besar Elsa menggalakkan kampung menjahit. Dan memang, setiap jilbab yang terjual, pastinya akan menjadi tambahan rezeki juga bagi penjahitnya.
BalasHapusTidak pelit ilmu sangat berkah, ya. Mama saya juga penjahit tapi ilmunya disimpan sendiri. Sekarang lansia malah kerja keras bikin sate karena gak bisa jahit lagi.
BalasHapusSalut dan menginspirasi untuk Elsa Maharani. Saya suka jahit, tapi perlu pemantapan lagi biar bisa disebut penjahit. Harus banyak belajar juga kepada Elsa nih
BalasHapusMasyaaAllah, Mbak Elsa menginspirasi sekali. Sejak SD pikirannya udah sedewasa itu buat bantu Ayahnya. Perjuangannya untuk sampai dititik ini pun liar biasa sekali. Semoga makin banyak orang² kayak Mbak Elsa ini yah.
BalasHapusMasyaAllah keren nih mba Elsa. Bisnis yang beliau bangun nggak melulu soal untung, tapi juga bagaimana bisa berdampak secara sosial ke sesama
BalasHapuskeren banget ya Mba ELsa, ceritanya sangat menginspirasi, kebetulan saya punya mimpi punya usaha desain pakaian juga, melihat ini makin memperkuat saya untuk terus maju
BalasHapusApa yang dilakukan Kak Elsa benar-benr menginspirasi. Apalagia da nilai yang ditanamkan di dalamnya. Pastinya yang menjahit aka makin senang karena dianggap mitra
BalasHapusKeren banget mba Elsa maharani ini ya mba, dia berbisnis sambil melihat potensi para tetangganya yang ternyata memang mampu untuk menjadi penjahit. Sangat menginspirasi
BalasHapusSalut sama Ma Elsa Maharani. Udah bisa membuat kreatif dan menciptakan lapangan kerja buat ibu-ibu setempat. Terutama dalam hal menjahit. Sungguh menginspirasi.
BalasHapusWah saya nih yang butuh ilmu jahit
BalasHapusSoalnya beberapa kali saya butuh pakaian baru untuk dijual
Bu Elsa juga masih muda tapi sudah terinspirasi
Menginspirasi sekali kiprah dan perjalanan hidup Elsa Maharani dalam membangun Kampung Jahit dan memberdayakan masyarakatnya. Ini menjadi bukti bahwa perempuan tetap bisa berdaya di tengah masyarakat meskipun memiliki keluarga.
BalasHapus