Kamis, 26 Mei 2016

Karena Beras, Hubungan jadi Panas

"Kalau kamu bawa beras lagi, nanti aku berikan ke ayam peliharaanku!"

Dar! Kalimat itu bagai petir di siang bolong. Terlebih, diucapkan oleh ibu mertuaku. Padahal saya bermaksud meringankan bebannya.  Karena beliau adalah ibu yang melahirkan dan membesarkan suamiku.

Saya telah lima tahun menjadi menantunya. Sebenarnya, hubungan kami cukup baik. Saya menganggapnya sebagai ibu kandung, dan beliau tak segan untuk mengajari saya memasak sayur pepaya muda.

Dulu, sosok ibu mertua yang jahat seperti tergambar di sinetron, sama sekali tak tampak di raut wajahnya.  Malah saya mengagumi semangat kerjanya yang meluap luap. Walau matanya hanya berfungsi satu, karena mata kiri sudah terenggut fungsinya oleh katarak, namun beliau tak pernah mengeluh. Di usianya yang sudah 65 tahun, beliau menjadi kernet kereta kelinci. Sedangkan bapak mertua menjadi supirnya. Setiap sore, kereta kelinci mengelilingi kampung Lokgempol, di kecamatan Blimbing, Kota Malang.

Sekali seminggu, saya dan suami mengunjungi rumah ibu mertua. Setiap kali melihat beliau, saya teringat nenek saya, dan merasa kasihan padanya. Lalu hati ini tergerak untuk memberi beliau uang 50.000. Tapi maksud baik ini malah ditanggap dengan kata kata sepedas cabai. "Gak usah. Simpan saja uangmu untuk biaya periksa". Ya, saat itu memang saya sedang hamil muda.

Pasca melahirkan, saya berusah menyisihkan uang lagi, khusus untuk beliau. Walau uang ini mungkin tidak cukup untuk mengganti biaya membesarkan dan merawat anaknya, suami saya. Namun lagi lagi beliau menolak. "Jangan kasih ibu duit terus. Uang itu bisa untuk membeli susu anakmu. Ibuk bisa cari uang sendiri!".

Ya, mungkin kalau makanan beliau mau menerima. Minggu berikutnya, saya membawa sepanci kare daging sapi. Namun apa yang terjadi? Ternyata ibu mertua berpantang santan. Bukan atas anjuran dokter sih, namun beliau mulai mengatur makanan yang masuk ke perutnya, sejak berusia 45. Semacam diet rendah lemak, untuk menjaga kesehatan.

Sementara itu, suami membawa kabar buruk. Ibu mertua jarang bekerja, karena kondisi kesehatan bapak mertua yang menurun. Tak ada anaknya yang bisa menyetir kereta kelinci. Well, hanya sopir yang berpengalaman mengendalikan truk gandeng yang bisa menaklukkan setir kereta kelinci. Duh, jika ibu tidak bekerja, bagaimana dengan kondisi dapur beliau, akankah masih akan mengepul?

Lalu saya inisiatif membeli beras dan meminta tolong suami untuk memberikannya pada ibu. Ternyata beliau juga menolak maksud baik saya (seperti yang sudah saya ceritakan di awal). Ternyata, ibu takut jika saya mengambil beras milik Mama, di dapur. Ya, saya memang masih menumpang di rumah Mama. Namun beliau tak tahu bahwa beras itu saya beli sendiri.

Akhirnya saya hampir menyerah, dan menitipkan uang 50.000 pada suami. Terserah bagaimana caranya, yang penting ibu mau menerima uang itu. Tiba tiba suami mendapat ide, uang itu ia belanjakan, lalu diberikan ke ibu. Seolah olah ia membelinya tanpa sepengetahuan saya. Lalu suami membeli 2 kg beras, 1 kg telur ayam, dan 3 buah tempe. akankah pemberian itu akan ditolak lagi? Entahlah, kita tunggu kabar dari suami saya ya.

Di dalam hati, saya menerka, akankah beliau tersinggung dengan tindakan saya? Ah, tidak. Mungkin beliau lebih mengutamakan cucunya, anak kandung saya. Bisa saja beliau ingin bekerja dan menghidupi dirinya sendiri, dan tak ingin membuat anak anak dan menantunya merasa direpotkan. Semoga kesalahfahaman ini bisa mencair, dan hubungan kami bisa lebih harmonis, seperti dulu kala.

Teman teman, jika ingin berbuat baik, lakukan saja. Jika ada yang mencibir atau menolak, maka bersabarlah. Mungkin cara penyampaiannya yang perlu diperbaiki.






19 komentar:

  1. wahh deg2an juga yah rasanya, jd lebih merasa klo memberikn keorang lain hrs tulus tnpa berharap senang,saya belum pernah merasakan mertua perempuan. jadi tahu pengalamannya mba hehe.

    BalasHapus
    Balasan
    1. hehehhe
      karena ketulusan diukur dengan hati

      makasih sudah berkunjung ^^

      Hapus
  2. betul mbak, terus berbuat baik meski kadang respon orang lain kurang berkenan di hati kita

    BalasHapus
    Balasan
    1. klo aku kok malah kebalikan ya, tiap bulan rutin ngasih uang bulanan ibu mertua tp kok ya msh dibilang g perhatian sama orang tua ya. pdhl dr usia beliau blm 50th jd kadang sedih klo dengar kata2 ky gitu, sedangkan nominal segitu buat saya begitu berarti :'(

      Hapus
    2. mugnkin perhatian dalam bentuk yang lain.,misalnya memijati

      Hapus
  3. kayaknya memang lebih baik suami yg memberi deh mba, mungkin ibu mertua akan lebih enak menerimanya :)

    BalasHapus
  4. sadis! Tapi tetep baikin ajahhh ... :)

    BalasHapus
  5. Memang sih, ada beberapa orang tua yang 'menolak' hasil keringat anak nya dalam bentuk uang.. Lain kali sembako kayak gitu aja mba hehehe

    BalasHapus
  6. Orang tua memang terkarang merasa tak ingin merepotkan anak2nya yaa mbak..

    Makasiih yaa mbak sudah berbagi cerita.. :)

    BalasHapus
  7. Orang tua memang terkarang merasa tak ingin merepotkan anak2nya yaa mbak..

    Makasiih yaa mbak sudah berbagi cerita.. :)

    BalasHapus
  8. Kak, cek pengumuman GA ku yaa

    http://www.noormafitrianamzain.com/2016/06/pengumuman-giveaway-kebaikan-tak-selalu-baik-di-mata-orang-lain.html

    BalasHapus
  9. Hello,
    Ini adalah untuk memaklumkan kepada orang ramai bahawa Puan Jane Alison, pemberi pinjaman pinjaman peribadi mempunyai membuka peluang kewangan untuk semua orang yang memerlukan apa-apa bantuan kewangan. Kami memberi pinjaman pada kadar 2% kadar faedah kepada individu, syarikat dan syarikat-syarikat di bawah terma dan syarat yang jelas dan mudah difahami. hubungi hari ini kami melalui e-mel supaya kita boleh memberikan syarat-syarat pinjaman dan syarat-syarat kami di: (saintloanss@gmail.com)

    BalasHapus