Sabtu, 27 Februari 2021

Blessing February: Aku Menikmati Bulan yang Penuh Kesyukuran

 Hari demi hari berlari, tak terasa sudah bulan februari. Hampir 60 hari di tahun 2021 membuat saya bersyukur karena masih dikaruniai kewarasan. Karena untuk menghadapi pandemi ini butuh sehat lahir batin, bukan?

Februari ini masih musim hujan, dan Kota Malang dilanda kesejukan yang membuat tubuh terasa nyaman. Saat minum teh di sore hari, saya merasa Tuhan maha baik karena memberi banyak hal yang bisa disyukuri. Namun saya tuliskan 3 yang paling membuat hati bahagia.

1. Menulis di Luar Zona Nyaman

Jujur, comfort zone saya tuh menulis non fiksi, baik itu tulisan ringan di blog, review buku dan film, opini, dll. Namun saya juga suka nulis fiksi, meski sebatas flash fiction dan cerpen, kalau ada idenya. Itupun biasanya ditulis berdasarkan pengalaman sendiri atau pengalaman teman-teman (tentu dengan seizin mereka).



Akan tetapi, februari ini berbeda. Saya mengikuti challenge di sebuah grup kepenulisan di FB, dan ternyata tantangannya wow banget. Memang dibagi per kelompok 20 orang, tiap author hanya nulis maksimal 3.000 kata, dan di-upload tiap hari sabtu. Namun yang bikin dahi berkerut adalah temanya. Di minggu pertama sudah alamak! Karena harus nulis tentang fiksi sejarah.

Setelah menonton live di grup FB dari Pak Iksaka Banu (penulis novel sejarah), lalu lanjut riset. Baca buku sejarah Prancis (karena dapat setting penyerangan penjara Bastille), baca Wikipedia, nonton film Marie Antoinette. Akhirnya ternyata bisa nulis cerpen fiksi sejarah! Benar-benar keluar dari zona nyaman saya yang sukanya nulis romance atau cerita komedi.

Keluar dari zona nyaman ternyata tidak mengerikan, malah menambah adrenalin. Kalau tak dicoba, tak tahu rasanya. Jadinya makin semangat menulis dan belajar untuk berkarya dengan berbagai genre.

2. Menggambar Lagi

Karena menulis sudah saya jadikan profesi, maka saya butuh hobi lain untuk pelampiasan emosi. Memang kalau dari hobi jadi profesi itu menyenangkan, namun lama-lama jenuh juga bermain dengan kata-kata. Akhirnya saya mau melemaskan tangan dan berkarya lagi di atas kertas putih.



Beruntung saat beres-beres kamar lama di rumah Mama, saya menemukan guntingan dari sebuah tabloid jadul (yang mau dijadikan kipling). Isinya tutorial menggambar anime, mulai dari gerak kepala, cara menggambar postur tubuh manusia, dll.



Akhirnya saya langsung ambil kertas dan cat air, sret-sret! Jadilah sebuah lukisan sederhana tapi membuat hati lega, karena bisa menggambar lagi dengan bebas.

3. Makan Enak dan Irit di Akhir Bulan

Akhir bulan makan apa? Bagi saya, akhir bulan makan telur ceplok itu sudah istimewa. Namun kalau adanya tempe dan tahu juga seharusnya disyukuri, karena masih mendapatkan makanan layak untuk hari ini. Agar tidak bosan, tahu saya olah jadi sapo tahu (tanpa seafood, wkwwk). Kalau tempe ‘disulap’ jadi steak tempe saus jamur.



Makan steak walau berbahan dasar tempe ternyata enak juga. Menu murah meriah tapi bergizi, dan juga variasi agar tidak digoreng garing melulu. Steak tempe saus jamur ditambah selada keriting (gak nyambung ya? Wkwkwk) sudah memuaskan selera saya.

Inilah 3 hal yang membuat saya bahagia di bulan februari. Ternyata bahagia tak harus mahal, karena letak kebahagiaan ada di dalam hati. Dengan penuh kesyukuran, februari berlalu dengan sangat indah. Semoga di bulan maret ada kejutan manis yang menanti.

Blogpost ini diikutsertakan dalam CR Challenge #2 by CREAMENO.

11 komentar:

  1. Wah, terima kasih sudah membaca ya Kak, cepat banget.

    Aamin, semoga makin semangat menjalani hari demi hari dengan penuh rasa syukur dan bahagia.

    BalasHapus
  2. Aku mauuuu steak tempeeeee

    Gilss pandemi ini bikin bodi menggendatss
    Jadi kayaknya aku mau ngurangi protein hewani mbaaa

    BalasHapus
  3. Aku juga kemarin nyoba tantangan baru nulis di KBM, penasaran dan pengin ngikutin kesuksesan Anis hehehe
    Aku juga suka menggambar lho, dulu paling sering gambar wajah wanita. Tapi kalo diterusin ke badan nggak proporsional.

    BalasHapus
  4. Ayo diseriusi, Mbak, nulis fiksi karena potensi sekarang bagus banget. Siapa tahu punya novel laris dan bikin makin semangat berkarya. Nulis sambil makan steak tempe, yummy banget, minumnya teh tawar dan kalau bete menggambar deh. Semoga tetap semangat!

    BalasHapus
  5. Aku juga lagi kepikiran mau nulis fiksi mba. Ada 1 tulisan yang belum saya tuntaskan

    BalasHapus
  6. aku tu suka iri sama orang yang bisa menggambar, sedangkan aku nggak. semoga selalu berbahagia mba

    BalasHapus
  7. Wah Mbak aku tuh pe terkaget2 dan kagum lho pada bisa nulis novel sejarah kayak gitu. Kan harua riset dll jadi butuh waktu. Belum lagi cari ide ceritanya. Mantaplah. Wah suka menggambar rupanya. Aku juga suka tapi udah lama banget ga kulakukan lagi hiks

    BalasHapus
  8. Selamat mbak sudah menelurkan karya fiksi bertema sejarah. Hebat banget. Saya aja membayangkannya ikut pusing, harus belajar dari berbagai referensi terkait, cek setting, pertimbangan tokoh sesuai keadaan di masa lampau. Ck ck ck.... :D

    BalasHapus
  9. Keren mba punya keahlian nulis cerpen fiksi sejarah, aq selalu pengen buat cerita fiksi tapi gak sesuai dengan kemampuan

    BalasHapus
  10. Waah bikin fiksi sejarah?? Ga gampang sih itu. Saluuut mba. Aku sendiri ga pernah nyobain utk menulis di luar hal2 yg aku bisa :D. Anaknya tipe yg kalo udh nyaman, ya udah hahahaha.

    Bahagia itu sbnrnya datang dari diri sendiri. Bisa diciptakan, tergantung orangnya mau ato ga :). Makan steak tempe, buatku juga udh bikin seneng. Kalo pinter membuat, toh rasanya bisa mirip Ama daging kok :D. Liat aja restoran Vegan yg skr menjamur. Rata2 daging buatan mereka terbuat dr jamur, tahu ato tempe.

    BalasHapus