Bagaimana jika kamu
baru berusia 14 tahun tapi disuruh bekerja sebagai pelayan? Di rumah besar,
tempat baru, dan jauh dari ibumu? Itulah yang dirasakan oleh Hetty Feather,
sang tokoh utama di novel Sapphire Battersea.
Para pembaca dibawa
terbang ke abad pertengahan, di mana bayi terlantar dan yatim-piatu diasuh
negara di Foundling Hospital. Hetty sudah tinggal dan sekolah di sana sampai usia 14 dan
dia dinyatakan lulus. Kemudian dia mendapatkan pekerjaan di rumah Mr. Buchanan.
Awalnya Hetty merasa
ganjil dan ketakutan karena di sana sudah ada 2 pekerja lain: Mrs. Briskett
sang koki dan Ms. Sarah sang pelayan hidang. Dia takut di-bully, tapi ternyata mereka menganggap gadis kecil itu sebagai
keponakan sendiri. Hetty makin senang karena Mr. Buchanan adalah seorang
penulis dan berharap bisa mencuri waktu untuk meminjam buku-bukunya.
Bertie
yang Lucu
Hetty mulai beradaptasi
dengan pekerjaannya sebagai asisten pelayan hidang dan tukang bersih-bersih. Di
saat kehidupannya mulai stabil, dia berkenalan dengan Bertie, cowok berusia 15
tahun yang lucu. Dia bekerja di toko daging.
Bertie dan Hetty
pacaran tapi baru sekadar cinta monyet. Di minggu siang mereka berkencan dan
jalan-jalan. Akan tetapi Hetty jadi kangen Jem, kakak angkatnya di desa, yang
diceritakan di buku sebelumnya (Hetty Feather).
Read: Review Buku Hetty Feather
Masalah
Terjadi
Akan tetapi Hetty mulai
ketiban masalah walau itu bukan kesalahannya. Dia, yang membantu Mr. Buchanan
menyalin naskah, mengamuk karena buku memoarnya disita. Memang sebelumnya Hetty
menunjukkan memoarnya karena Mr. Buchanan mengaku susah mendapatkan inspirasi
untuk buku baru. Lalu si penulis sotoy itu mencontek cerita Hetty!
Setelah Hetty
marah-marah tentu dia langsung dipecat tanpa surat referensi. Hetty sih cuek
saja karena sebenarnya dia tidak ingin jadi pelayan di rumah manapun. Dia hanya
ingin jadi penulis dan berharap suatu saat memoarnya bisa diterbitkan.
Kisah
Hetty di Tepi Pantai
Ketika Hetty galau, dia
mendapatkan isnpirasi untuk pergi mengunjungi ibunya di daerah tepi pantai. Yaa,
dia memang alumni rumah yatim piatu tapi sebenarnya sang ibu masih hidup dan
menyerahkannya waktu bayi. Untuk cerita lengkapnya ada di buku Hetty Feather
ya.
Di sana Hetty
berkenalan dengan keluarga baik hati yang sedang liburan. Hetty menolak tawaran
keluarga itu untuk menjadi anak asuh karena tidak mau merepotkan. Lagipula dia
ingin stay di daerah sana untuk
menemani sang ibu.
Long
short story, ibu Hetty meninggal karena pneumonia. Hetty
melanjutkan hidup walau patah hati. Dia bekerja di semacam sirkus dan menjadi
bintang (berperan sebagai putri duyung). Apakah Hetty bertahan di sana, atau
pulang kampung ke ex keluarga asuhnya? Baca yuuk!
Keberanian
si Gadis Cilik
Di buku Sapphire
Battersea diperlihatkan masa remaja Hetty yang dinamis. Di saat gadis
seumurannya malu-malu, dia begitu berani. Langsung memutuskan sesuatu dengan
cepat dan tangkas, tanpa takut dan overthinking
bagaimana nasibnya di kemudian hari.
Kalau anak lain lulusan
panti asuhan pasrah menjadi pelayan atau perawat, Hetty beda sendiri. Dia tetap
tekun menulis memoar dan ingin jadi penulis. Pembaca belajar bagaimana cara
berani dan mendobrak, serta memandang dunia dari sudut pandang yang berbeda.
Nasib
Wanita di Abad Pertengahan
Akan tetapi di buku ini
diperlihatkan juga nasib wanita di masa itu yang bisa dikatakan cukup malang. Ada
Freda, teman Hetty di sirkus, yang sejak kecil dijual ayahnya ke pemilik
sirkus. Bagaimana bisa seorang ayah melakukan hal kejam seperti itu?
Para wanita di abad
pertengahan juga bekerja meski jadi pegawai kasar, pelayan, perawat, dll. Sayang
sekali mereka yang sudah lelah bekerja malah dipandang negatif (seolah-olah
kismin?). Aneh banget…
Jacquiline Wilson
berhasil memotret suasana abad pertengahan dan dinamika remaja di sana. Dengan ilustrasi
indah dari Nick Sharrat, buku ini sangat layak dibaca. Tapi biar ‘nyambung’
ceritanya, lebih baik klean baca buku Hetty Feather dulu yaaa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar