Siapaa yang suka baca
serial Lima Sekawan? Kali ini Julian, Dick, Anne, George, dan Timmy
berpetualang di tanah pertanian. Tepatnya di sebuah desa yang ada peternakan
Philpot.
Judul :
Memperjuangkan Harta Finniston
Penulis : Enid Blyton
Penerjemah : Agus Setiadi
Tebal : 178 halaman
Bisa dibaca gratis di
aplikasi Ipusnas.
Para remaja Lima
Sekawan memang sudah biasa liburan dan kali ini mereka menginap di peternakan
Philpot. Sebenarnya rumah itu cukup besar tapi sudah ada tamu lain yakni Mr.
Henning dan anak laki-lakinya, Junior. Jadilah para cowok Lima Sekawan tidur
beralas jerami, bukan di kamar.
Mengapa tamu diprioritaskan?
Yaa karena mereka membayar. Lagipula Mr. Henning sering membeli benda antik
yang ada di peternakan Philpot. Meski dia tidak bisa mendapatkan semua yang
diinginkan karena ada kakek yang galak.
Si kakek punya 2 cucu
yakni si kembar Harry dan Harry. Ternyata salah satu dari mereka adalah cewek
dan nama aslinya Henrietta. Kok jadi kayak si George yang tidak mau dipanggil
dengan nama aslinya (Georgina)?
Petualangan
Lima Sekawan
Selalu ada petualangan
baru saat melancong dan kali ini geng Lima Sekawan berjuang memperjuangkan
harta Finiston. Jadii di dekat peternakan ada toko barang antik yang dimiliki
oleh seorang bapak tua bernama Finniston. Rupanya beliau adalah keturunan
bangsawan.
Di dekat situ ada
reruntuhan Puri Finniston dan menurut desas-desus, masih ada harta karun yang
terpendam di bawahnya. Tidak sengaja geng Lima Sekawan menemukan jalan ke bawah
tanah puri (dari lubang yang digali binatang). Mereka takjub karena beneran ada
banyak harta berharga di sana.
Akan tetapi geng Lima
Sekawan berburu dengan waktu karena Junior dan ayahnya membawa alat berat untuk
menggali bagian bawah reruntuhan puri. Mereka diizinkan oleh keluarga Philpot
karena sudah membayar mahal. Kemudian Lima Sekawan cepat kembali ke bawah tanah
dan mengambil harta tersebut.
Siapa yang berhak
mendapatkan harta, Pak Finniston, orang tua Harry kembar, atau Georgina cs? Baca
yuuk. Seru banget dan jumlah halamannya tidak terlalu banyak.
Yang mengagumkan adalah
kepintaran dan keterampilan Pak Agus sebagai penerjemah buku ini. Benar-benar
mulus, seolah ditulis dalam bahasa Indonesia, bukan terjemahan. Beliau juga
menerjemahkan buku-buku Enid yang lain.
Meski buku ini
mendapatkan kritik dari book lovers karena
petualangannya kurang menegangkan, tapi menurutku cukup seru. Seperti biasa,
Lima Sekawan ditulis dengan pace yang
cepat. Nah, kamu sudah baca buku Enid Blyton yang mana?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar