Kalau ditanya bagaimana
sih rasanya punya anak ADHD, maka jawabannya adalah PUSING. Gimana enggak
stress kalau kelakuannya super ajaib. Ada saja yang diubek-ubek, diacak-acak.
Kursi di ruang tamu digeser-geser, katanya mau jadi kereta api. Imajinasinya,
astagaa!
Beneran deh kalau punya
anak ADHD kudu sabarrr seluas samudra. Saladin baru bisa lumayan anteng di usia
10-11 tahun. Sebelumnya? Nangeeees.
Daku enggak ngeluh ya.
Cuma mau cerita aja kalau punya anak laki-laki yang ADHD memang membuat tingkat
kesabaran naik. Jadi apa saja yang sudah dilakukan Saladin sehingga membuat
bundanya sering mumet?
Suka
Kabur
Saladin pernah bikin
heboh karena kabur ke perumahan sebelah dan baru ditemukan sekitar 2 jam
kemudian. Ketemunya di sebuah rumah yang sekaligus jadi toko kue. Aromanya menggoda
untuk mampir? Wkwkwkk
Read: Cerita Saladin Kabur
Sebelumnya si bocah juga pernah keluar rumah tanpa izin. Padahal pintu depan dikunci tapi dia bisa menemukan letak kuncinya lalu ngacir gitu aja.
Paling sering ditemukan di
minimarket (ngisis). Mungkin karena saat itu dia masih balita (belum sekolah)
jadi belum paham kalau mau beli kue dan susu di sana harus bawa uang. Jadi daku
selalu bawa dompet agar dia bisa jajan.
Si
Bolang yang Ada di Atas Pohon
Mungkin karena waktu
hamil daku menjuluki Saladin ‘bolang’ alias bocah petualang, dia jadi suka
menirukan tingkah anak-anak di acara bolang (yang pernah ditayangkan di sebuah
TV swasta). Saladin suka banget memanjat pohon. Daku sih santai karena sudah
biasa dan dia bisa turun sendiri (dengan cara meloncat). Namun yang heboh untuk
menyuruhnya turun adalah para tetangga.
Tak hanya memanjat
pohon. Saladin juga memanjat bagian atas pintu, panjat pagar, naik ke atap mobil,
sampai pernah memanjat jendela, di lantai 2! Baru ketahuan saat dia teriak “tolong!’
Untung dia menginjak genteng jadi ada pijakan kakinya.
Susah
Diajak Keluar Rumah
Karena Saladin susah diam maka daku jarang mengajaknya keluar rumah (saat masih bayi sampai kira-kira usia 8 tahun). Takut malah rewel di jalan atau muter-muter ruang tamu.
Meski dimaklumi oleh nyonya rumah tapi kan daku mencegah sesuatu yang
tidak diinginkan.
Disiplin
Diet Gula dan Gluten
Sejak dibilang ADHD
maka Saladin diet gula dan gluten walau tidak terlalu ketat. Yang penting tidak
sering-sering minum susu manis (sekarang seringnya susu tawar). Tapi pilihan
jajanan jadi terbatas. Apalagi pas hari raya, disuguhi kue dan minuman manis,
bubarr dietnyaa.
Read: Saladin Diet Gula
Susah
Naik Berat Badan
Saladin masuk kategori underweight, dengan tinggi 155 cm maka BB hanya 36-37 kg. Kalau kata salah satu ahli gizi dari Puskesmas (yang kutemui saat posyandu) hal ini wajar.
Penyebabnya karena Saladin makan dengan teratur
dan minum susu tapi banyak bergerak.
Read: Anak Remaja Ikut Posyandu
Dipanggil
Pihak Sekolah
Saladin beberapa kali
dipanggil pihak sekolah (SD) karena tantrumnya mengerikan. Dia pernah ngamuk sampai
memecahkan kaca dan tangannya berdarah. Untung enggak kena nadi. Dia juga
pernah marah-marah sampai memanjat musala sekolah dan melempar ranting kering.
Read: SaladinMemecahkan Kaca dan Tangannya Berdarah
Dianggap
Bukan Ibu yang Baik
Yang paling sedih
adalah daku dianggap bukan ibu yang baik untuk Saladin. Dibilang tidak bisa
mengasuh anak dan berbagai anggapan lainnya. Siapa sih yang tidak stress kalau
diginikan?
FYI, Saladin sudah
pernah terapi okupasi (perilaku) ya. Alhamdulillah hasilnya positif dan dia
bisa mengendalikan tingkah lakunya. Namun tentu saja harus diarahkan dan
diterapi lagi di rumah, kalau dia kumat pencilakan
atau tantrum sampai membahayakan diri sendiri.
Punya anak ADHD seperti
Saladin memang memusingkan dan bikin deg-degan. Namun harus disyukuri karena
secara tidak langsung membuatku jadi lebih sabar. Walau sekarang dia sudah
cukup kalem dan tidak pernah tantrum meledak-ledak lagi, tapi kalau mengingat
masa TK dan SD rasanya kok horor (walau Alhamdulillah sudah terlewati). Jadi bagaimana,
apakah anak harus anteng atau dibiarkan pencilakan,
atau diarahkan?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar