Iyaa, teman-teman tidak salah baca. Saladin yang baru berusia 12 tahun diminta diet. Padahal berat badannya hanya 36 kg dengan tinggi 152 cm. Lalu dia diet apaa? Maksudnya adalah menjaga pola makan dengan mengurangi asupan gula dan tepung terigu.
Balik lagi ke
pengertian diet ya. Jadi diet itu bukan hanya untuk orang obesitas yang ingin
menurunkan berat badan. Ada kondisi lain di mana orang juga berdiet, karena
artinya adalah “mengatur pola makan” bukan mengurangi makan.
Keharusan
Diet yang Mengagetkan
Di suatu pagi yang
cerah, daku datang ke sekolah Saladin karena mau konsultasi dengan seorang
psikolog. Bapak psikolog adalah salah satu anggota tim pendiri yayasan yang
menaungi sekolahnya Saladin. Awalnya deg-degan, duh ada apa ini kok dipanggil?
Apakah Saladin mengacau?
Ketika bertemu dengan
bapak psikolog maka dijelaskan (dari laporan para guru) bahwa progress Saladin masih lambat. Dalam
artian dia kadang masuk kelas, kadang keluyuran. Padahal tiap pagi sudah diajak
gerak dengan belajar lapangan (misalnya bersih-bersih sekolah atau
menggelindingkan ban bekas).
FYI, konsep di sekolah
alam memang seperti ini. Di pagi hari, anak-anak yang kebanyakan tipe
pembelajar kinestetik diajak untuk bergerak dulu untuk menghabiskan energinya.
Baru salat dhuha dan lanjut belajar.
Walau Saladin masih
susah diam tapi Alhamdulillah nilai ujiannya bagus-bagus. Terutama mata
pelajaran bahasa inggris dan matematika. Akan tetapi takutnya jika dia lanjut
ke SMP lain akan susah adaptasi….
Karena Saladin masih
belum bisa mengendalikan gerak fisiknya maka dia harus diet, saudara-saudara!
Oh ya Saladin ini ADHD ya bukan hiperaktif. Untuk penjelasannya silakan lihat
saja di mbah google.
Dietnya adalah dengan
cara meminimalisir konsumsi gula dan tepung terigu. Astaghfirullah, macam
manaaa! Padahal kalian tahu sendiri daku tuh suka bikin kue. Berarti kudu cari
resep yang non gluten dan non sugar.
Pola
Makan yang Terlanjur Salah
Pulang dari sekolah,
daku mewek beneran. Saladin yang awalnya kukira akan lebih anteng saat
bertambah usia, ternyata masih belum bisa diam karena kebanyakan konsumsi gula.
Bagaimana tidak sedih ketika pola makan dan minumnya terlanjur salah, dan daku
juga terlalu mentolerir kesukaannya akan minuman manis?
Selama ini Saladin agak
picky eater. Di mana dia memang
jarang makan nasi (menurutnya nasi putih itu bau). Jadi maunya nasi goreng atau
nasi soto / opor. Kalau enggak makan nasi ya jadinya makan roti, pasta, mie
instan, atau kentang.
Sedihnya ketika Saladin
terpicu untuk lebih aktif dan mudah tantrum karena memang pola makannya salah.
Gluten yang terkandung dalam pasta, roti, dan mie, menjadi salah satu penyebab
dia gampang ngamuk. Jadi daku memutuskan untuk berhenti baking untuk sementara.
Demi
Kesehatan dan Masa Depan Anak
Alhamdulillah setelah
beberapa hari, daku sudah masuk ke fase penerimaan. Walau Saladin masih underweight tapi dia diet gluten dan
gula demi kesehatan. Demi masa depan yang lebih baik. Semoga setelah ini justru
berat badannya bertambah dan BMI-nya normal.
Menyusun
Menu Makanan dan Minuman
PR selanjutnya adalah
menyusun menu makanan dan minuman. Tidak ada mie instan atau pasta yang
disimpan di dapur. Saladin harus mau makan nasi setiap hari. Alhamdulillah dia
mau-mau saja, mungkin karena sudah kelaparan.
Bagaimana dengan minumannya?
Belum bisa 100% lepas dari gula tapi at
least dikurangi. Misalnya untuk bikin teh atau susu, cukup menggunakan
setengah sendok makan gula pasir.
Yang paling memusingkan
adalah membuat list menu bekal. Mana
Saladin masih emoh makan buah
(padahal dulu MPASI Food combining). Jadi bekalnya terpaksa masih mengandung
tepung, misalnya risoles mayones atau sosis solo. Uang sakunya juga dikurangi,
karena jika ditambah malah dia beli snack
dan minuman manis di kantin.
Apakah
Dietnya Berhasil?
Setelah 2 minggu diet
maka dietnya cukup berhasil. Saladin jadi lebih anteng, fokus, dan tidak mudah
tantrum. Alhamdulillah bangettt.
Jadi sekarang daku lagi
mengumpulkan resep-resep makanan non gluten dan diuji coba, apakah Saladin
suka? Kalau bikinnya kebanyakan apa sekalian dijual saja? Wkkwkw.
Memiliki anak istimewa
memang harus kuat mental dan siap menyesuaikan diri dengan kondisinya. Dietnya
Saladin yang awalnya daku takutkan (ribet) ternyata tak sesusah yang diduga.
Semoga dengan perbaikan pola makan maka Saladin bisa tumbuh sehat jiwa dan
raga.