Minggu, 27 November 2022

Pelajaran Parenting dari Film Ramen Shop

 

Sutradara: Eric Khoo

Pemain: Takumi Saito (sebagai Masato), Jeanette Aw (sebagai Mei Lian- ibunya Masato)

               Seiko Matsuda (sebagai Miki), Mark Lee (sebagai Paman Wee)

Tahun: 2018



Siapa suka makan mie ramen? Makanan Jepang yang berkuah hangat dan disantap srupuut-srupuut, pas di musim hujan. Nah kali ini daku mau sedikit review tentang film Ramen Shop (Ramen Teh) sekaligus kasih tau kalau ada pelajaran parenting di dalamnya.

Review Film Ramen Shop (Ramen Teh)

Masato adalah pemuda yang mengelola kedai ramen bersama ayah dan pamannya. Kedainya kecil tetapi ramai. Sang ayah selalu terlihat murung setelah pulang kerja. Masato mengira ini karena kematian ibunya, dan sebelumnya mereka berpisah tidak secara baik-baik.



Tak disangka sang ayah meninggal lalu Masato membuka koper berisi barang-barang peninggalan mendiang ibunya. Di sana ia menemukan sebundel surat yang dikirim oleh sang ibu dari Singapura, tetapi tak pernah disampaikan ke Masato oleh sang ayah.

Setelah itu ia mengambil keputusan besar: terbang ke Singapura, untuk mencari keluarga ibunya, sekaligus menemukan resep ramen yang lebih enak daripada buatan ayahnya.

Petualangan di Singapura

Meski judulnya ramen tetapi sebagian besar syutingnya dilakukan di Singapura. Jadi, dulu ayah Masato dikirim ke sana untuk jadi koki di resto Jepang. Ia bertemu dengan Mei Lian (ibu Masato) di kedainya. Mei Lian mengelola warung Bak Kut Teh bersama keluarganya. Mereka menikah dan akhirnya Masato lahir.



Back to Masato. Di Singapura ia sudah janjian dengan Miki, kawannya yang dikenal dari blog. Miki adalah food blogger yang sering mengulas masakan Singapura. Miki membantu Masato untuk menemukan pamannya.

Akhirnya Masato bertemu paman dan keluarganya. Ia lantas minta diajari membuat Bak Kut Teh (sup iga – silakan cek di Google ini iga binatang apa). Masato juga memohon pada pamannya agar dikenalkan ke neneknya, karena sejak lahir belum pernah bertemu.

Dulu ayah dan ibu Masato menikah tanpa restu orang tua. Nah, akankah Masato bertemu neneknya? Bisakah ia bikin Bak Kut Teh dan mengkombinasikannya dengan mie ramen? Nonton yuk , Cuma 89   menit kok.

Pelajaran Parenting dari Ramen Shop

Walau film ini bertema kuliner tetapi ada beberapa pelajaran mengenai pengasuhan yang kita bisa petik hikmahnya:

1. Ajari Anakmu untuk Mandiri

Masato bisa mandiri dan memasak sendiri, karena tentu diajari ayahnya bikin ramen. Jangan jadikan anak terlalu meraja dan dilayani semua kebutuhannya. Namun jadikan ia mandiri, at least bisa masak nasi, mie instan, telur ceplok. Eh Masato laki-laki kan, jadi kemandirian dan skill memasak tidak tergantung gender.



2. Jangan Membenci Secara Sepihak

Di film Ramen Shop tuh diliatin kalau nenek Masato tidak merestui pernikahan putrinya, karena berbeda suku dan kewarganegaraan. Mei Lin dari keluarga chinese dan bermukim di Singapura. Sedangkan ayah Masato asli Jepang.

Walau ada sejarah buruk di antara kedua negara tetapi jangan mengecap kalau semua orang Jepang itu jelek. Seharusnya sang nenek kenalan dulu lalu yakin bahwa pria itu baik, makanya Mei Lin jatuh cinta.

3. Jadilah Contoh yang Baik untuk Anak

Ayah Masato suka minum tetapi ia juga kasih contoh yang baik. Misalnya dengan bekerja keras, tidak menjelek-jelekkan alm ibunya, dll. Sudah kasih contoh baik belum, Bun? Yah?

4. Beri Kepercayaan pada Anak

Ada adegan yang daku suka adalah ketika Masato kecil membantu ibunya menumbuk bumbu dengan alu kecil. Kepercayaan yang diberikan orang tua akan menumbuhkan rasa percaya diri kepada anak.

Ya, misalnya ketika anak ingin belajar masak, jangan dilarang. Saat ia mencuci piring tetapi hasilnya kurang bersih, jangan dicela lalu dimarahi. Namun diajari caranya yang benar.

Gimana, sudah pengen nonton dilm Ramen Shop? Siapin cemilan ya soalnya banyak adegan yang bikin lapaaar, wkwkwk.

2 komentar:

  1. Mbaaa nontonnya di mana?? Aku cari di Netflix ga ada. Pengen nonton. Kebetulan aku suka banget Ama ramen, walopun susaaah cari yg halal dan enak. Even di Jakarta aja susah.

    Dulu pas aku di Penang, ada yg jual bak kut teh halal, Krn pake iga sapi, bukan iga babi. Sering banget nemenin temen kuliah yg doyan bak kut. Tapi biasanya dia makan itu, aku pilih kuliner lain dari stall yg Melayu 😅. Kalo ga inget itu babi, udah tertarik nyobain, tapi Krn ga bisa ya ga jadi. Trus si temen baik bgt nyariin yg halal, pake iga sapi. biar aku tau rasanya

    BalasHapus