Tepuk sakinah? Lagi
viral di sosial media dan kalau mau lihat gerakan di videonya, cari sendiri ya.
Tapi kali ini daku bukan mau cerita tepuk sakinah, melainkan perjalanan selama
14 tahun+ nikah dengan ayahnya Saladin. Meski agak telat karena wedding anniversary udah September
kemarin. Enggak apa-apa kan, better late
than never.
Kalau dihitung sejak
2011 sampai 2025 berarti 14 tahun bersamanya, dan sebelum nikah enggak pacaran.
Lama juga ya? Bener-bener enggak nyangka sudah lebih dari satu dekade dengan
beliau. Padahal dulu tak pernah mikir kalau punya suami sepertinya.
Up and Down
Namanya hidup pasti ada
pasang surutnya, anggap saja naik roller
coaster. Kami sudah pernah mengalami beberapa tahun tinggal di rumah
ortuku, di rumah ibu mertua, dan Alhamdulillah sejak tahun 2019 tinggal di
rumah sendiri, cash keras tanpa
bingung mikir setoran bulanan. Namun petualangan belum selesai.
Namanya punya suami
pengusaha ya ada naik turunnya. Tapi daku ikut berjuang juga, bantu
mengiklankan pisau dan produk lain yang dibikin oleh suami. Hampir sama seperti
dulu saat kami punya bisnis percetakan, beliau di bagian produksi dan daku
bagian pemasaran.
Menanggulangi
Masalah Berdua
Lantas apa yang terjadi
selama 14 tahun dan ada gelombang yang menerjang? Jika manusia hidup pasti ada
masalah. Yang penting tenang dan berusaha diatasi berdua. Jadi jangan pernah
merasa sendiri, dan kalau diterjang bersama-sama, masalah pasti akan selesai.
Intinya jangan mudah
emosi dan malah bertengkar saat ada masalah. Bukannya menyelesaikan problema
malah tambah runyam. Sabar, sabarr, sabarrr, kalau ada problema jangan
dikit-dikit ngadu ke mertua.
Memikirkan
yang Tak Kupikirkan
Salah satu nasehat dari
kakak online adalah selalu mengingat
kebaikan suami. Lalu mikir, oh ternyata beliau selalu mengalah dalam hal
makanan (ngasih jatah nasi kotak / jumat berkah ke daku dan Saladin). Beliau
juga mikir masa depannya Saladin misalnya dengan mencarikan guru les (padahal
daku enggak pernah kepikiran gini, karena terlalu yakin kalau bocah bisa
belajar sendiri).
Memperbaiki
yang Tak Bisa Kulakukan Sendiri
Apa fungsi suami ketika
beliau work from home? Salah satunya
adalah memperbaiki rumah. Karena ini hunian sudah lama berdiri maka wajib
direnovasi. Beliau juga yang inisiatif memperbaiki pintu, tempat cuci piring,
dll.
Memang bahasa cinta
kami berbeda. Daku lebih ke words of
affirmatinon dan giving. Sementara
beliau act of service. Nah,
memperbaiki rumah ini salah satu bentuk perhatiannya. Jadi emang enggak boleh
ngambek karena merasa suami tidak romantic, padahal love language-nya beda, dan harus dipahami.
Mengatasi
Berbagai Perbedaan
Dengan berbagai
perbedaan yang ada maka tercapai satu pemahaman dan kesepakatan. Jika ada
perbedaan maka tak perlu jadi bahan pertengkaran (kecuali dalam hal penting
seperti religion). Kecuali hal yang
tidak bisa ditoleransi (misalnya istri orangnya ‘lurus’ sementara suami berbuat
kriminal), ngeri beudd dah.
Jadiii, inti dari
pernikahan selama ini adalah SABAR.
Beneran deh. Daku berkaca dari nenek dan kakekku yang menikah selama hampir 60
tahun. Benar-benar sampai maut memisahkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar