Minggu, 19 Oktober 2025

14 Tahun Menikah Tanpa Tepuk Sakinah

 

Tepuk sakinah? Lagi viral di sosial media dan kalau mau lihat gerakan di videonya, cari sendiri ya. Tapi kali ini daku bukan mau cerita tepuk sakinah, melainkan perjalanan selama 14 tahun+ nikah dengan ayahnya Saladin. Meski agak telat karena wedding anniversary udah September kemarin. Enggak apa-apa kan, better late than never.

Kalau dihitung sejak 2011 sampai 2025 berarti 14 tahun bersamanya, dan sebelum nikah enggak pacaran. Lama juga ya? Bener-bener enggak nyangka sudah lebih dari satu dekade dengan beliau. Padahal dulu tak pernah mikir kalau punya suami sepertinya.

Up and Down

Namanya hidup pasti ada pasang surutnya, anggap saja naik roller coaster. Kami sudah pernah mengalami beberapa tahun tinggal di rumah ortuku, di rumah ibu mertua, dan Alhamdulillah sejak tahun 2019 tinggal di rumah sendiri, cash keras tanpa bingung mikir setoran bulanan. Namun petualangan belum selesai.



Namanya punya suami pengusaha ya ada naik turunnya. Tapi daku ikut berjuang juga, bantu mengiklankan pisau dan produk lain yang dibikin oleh suami. Hampir sama seperti dulu saat kami punya bisnis percetakan, beliau di bagian produksi dan daku bagian pemasaran.

Menanggulangi Masalah Berdua

Lantas apa yang terjadi selama 14 tahun dan ada gelombang yang menerjang? Jika manusia hidup pasti ada masalah. Yang penting tenang dan berusaha diatasi berdua. Jadi jangan pernah merasa sendiri, dan kalau diterjang bersama-sama, masalah pasti akan selesai.

Intinya jangan mudah emosi dan malah bertengkar saat ada masalah. Bukannya menyelesaikan problema malah tambah runyam. Sabar, sabarr, sabarrr, kalau ada problema jangan dikit-dikit ngadu ke mertua.

Memikirkan yang Tak Kupikirkan



Salah satu nasehat dari kakak online adalah selalu mengingat kebaikan suami. Lalu mikir, oh ternyata beliau selalu mengalah dalam hal makanan (ngasih jatah nasi kotak / jumat berkah ke daku dan Saladin). Beliau juga mikir masa depannya Saladin misalnya dengan mencarikan guru les (padahal daku enggak pernah kepikiran gini, karena terlalu yakin kalau bocah bisa belajar sendiri).

Memperbaiki yang Tak Bisa Kulakukan Sendiri

Apa fungsi suami ketika beliau work from home? Salah satunya adalah memperbaiki rumah. Karena ini hunian sudah lama berdiri maka wajib direnovasi. Beliau juga yang inisiatif memperbaiki pintu, tempat cuci piring, dll.

Memang bahasa cinta kami berbeda. Daku lebih ke words of affirmatinon dan giving. Sementara beliau act of service. Nah, memperbaiki rumah ini salah satu bentuk perhatiannya. Jadi emang enggak boleh ngambek karena merasa suami tidak romantic, padahal love language-nya beda, dan harus dipahami.

Mengatasi Berbagai Perbedaan

Dengan berbagai perbedaan yang ada maka tercapai satu pemahaman dan kesepakatan. Jika ada perbedaan maka tak perlu jadi bahan pertengkaran (kecuali dalam hal penting seperti religion). Kecuali hal yang tidak bisa ditoleransi (misalnya istri orangnya ‘lurus’ sementara suami berbuat kriminal), ngeri beudd dah.

Jadiii, inti dari pernikahan selama ini adalah SABAR. Beneran deh. Daku berkaca dari nenek dan kakekku yang menikah selama hampir 60 tahun. Benar-benar sampai maut memisahkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar