"Aku mau sendiri!'
Saladin tiba-tiba menolak untuk ditemani sejenak sebelum
tidur siang. Tak lama kemudian dia sudah terlelap di kamar. Sementara hatiku
bagai terkena petir.
Iyaa. Tak terasa anakku sudah besar, sudah mau remaja. Dia
belajar mandiri dan tak mau ditemani meski hanya berdua sebelum take a nap.
Penolakan dari Saladin sempat membuatku shock. Bagaimana tidak?
Sejak bayi dia selalu lengket dalam gendonganku. Tidur siang minta ditemani.
Namun sekarang dia sudah berani sendiri.
Leave Me Alone!
Bagiku yang biasa ke mana-mana berdua bareng bocah, makan
bersama, menikmati gelendotannya, tentu kaget. Mengapa anak menolak untuk
ditemani? Apa salahku?
Well, jangan menyalahkan diri sendiri. Anak yang sudah masuk
usia pre teen emang belajar mandiri dan melepaskan ketergantungan pada orang
tuanya. Seharusnya daku tidak perlu kaget terlalu lama.
Menyadari Bahwa Anak Sudah Besar
Memang anak selalu terlihat kecil di mata orang tuanya. Akan
tetapi ortu, terutama ibu, harus sadar bahwa anak terus membesar. Mereka bukan
bayi yang harus ditemani setiap waktu.
Fase Penerimaan
Setelah hilang rasa kagetku saatnya memasuki fase penerimaan.
Menerima bahwa Saladin sudah berusia 12 tahun dan wajar jika dia ingin sendiri.
Apalagi dia anak introvert yang butuh me time dengan ngumpet di kamar, sepulang
sekolah.
Read: Mengasuh Anak Introvert
Jangan Terlalu Mengekang Anak
Sudahlah. Ketika anak mulai remaja, jangan terlalu dikekang.
Biarlah dia belajar mandiri dan memutuskan sendiri. Jika terlalu diatur dan
dilarang malah bahaya karena bisa membuatnya kehilangan rasa inisiatif.
Menambah Dosis Keberanian
Lantas selanjutnya apa? Menambah dosis keberanian. Saladin mulai
kulepas untuk mengikuti ramadhan camp (menginap di sekolah). Dia juga pernah
liburan ke Sumber Sira hanya dengan teman-teman dan bunda guru, sementara daku
santai di rumah.
Read: Saladin berani liburan sendiri
Terus Diajari untuk Mandiri
Memang ketika anak bertambah usia, yang ditambah adalah motivasi
untuk mandiri. Bukan pemanjaan. Anak terus disemangati agar berani sendiri,
bisa cuci piring sendiri, belajar mencuci baju, dll. Jadi pas dewasa tidak kaget
karena sudah terbiasa.
Memahami Anak yang Beranjak Remaja
Memahami anak yang sudah mulai besar memang bikin deg-deg ser.
Dia bukan balita lagi yang bisa digendong, dipeluk, lalu diam. Akan tetapi dia
memasuki fase antara anak dan dewasa.
Fase di mana anak belajar mengarungi kehidupan nyata. Belajar
untuk mandiri dan tidak selalu ditemani ibunda. Belajar percaya diri dan
mengambil keputusan sendiri.
Read: Campur Aduk Perasaanku saat Punya Anak Pre Teen
Punya anak pre teen memang nano-nano rasanya. Ini adalah waktuku
untuk menyadari bahwa dia sudah besar dan makin mandiri. Jangan disuapin
melulu, tapi diberi kepercayaan dan kasih-sayang.
waaahhh tak terasa saladin sudah mau jadi abegeh ini yaa hehe...
BalasHapussudah mulai berkurang rasa ketergantungan dengan orangtua dan sudah mulai belajar mandiri...
fase ini memang bener2 penyesuaian juga ya buat orang tua karena anak semakin besar akan semakin sibuk dengan dunia nya sendiri
Duuuuh bener mba... Aku mulai alamin juga nih 🤣. Tp ke fylly. Kalo adiknya mah masih nempel di ketiak emaknya 🤣. JD mau aku nikmatin dulu masa2 dia masih nempel nih. Krn bntr lagi ga bakal mau, apalagi udh 8 THN gini.
BalasHapusWajar sih yaa. Ada masanya memang mereka bakal ninggalin kita. Jadi sebagai ortu ya harus siap. Untungnya hubunganku dengan anak2 makin baik sih skr. Kami sama2 dah paham karakter 1 sama lain. Yg penting aku tahu kapan harus mengekang mereka, kapan harus melepas.
Ibu burung pasti bangga menyaksikan anaknya bisa terbang jauh dari sarang 🤣🚀 itu yang berusaha bangettt aku tancapkan dalam sanubari, walopun yah syusyaaahhhh beuds. karena (sama kayak Saladin) Sidqi jg anak tunggal.
BalasHapusjadi, emak nih berasa mellow bangettt, misalnya anak udah pilih buat hang out ama teman2nya, dan ogah utk jalan2 ama emak bapaknya 🤣