Minggu, 15 Januari 2023

Review Film Eat, Pray, Love, Jadi Pengen Traveling Terus

 Pemain: Julia Robert

James Franco
Viola Davis
Hadi Subiyanto
Christine Hakim

Sutradara: Ryan Murphy
Tahun: 2010
Durasi: 2 jam 20 menit

Apa yang kau cari dalam hidupmu?




Bagi Liz (Elizabeth Gilbert) mungkin hidupnya nyaris sempurna. Dia punya rumah sendiri, karir yang bagus, dan yang paling penting, suami yang dakung dan mendukung semua kegiatannya: travelling.


Film ini dimulai dengan scene di Bali, ketika Liz diramal oleh Ketut Liyer. Liz sangat percaya apa yang dikatakan oleh pria tua itu: dia akan 2 kali menikah, sekali singkat dan sekali berdurasi lama, kehilangan semua hartanya, tetapi akan mendapatkannya kembali.




Saat Liz kembali ke New York, dia malah diketawakan oleh temannya, mengapa mempercayai kata-kata seorang peramal. Namun Liz ngotot bahwa Ketut Liyer bagaikan Yoda yang sangat bijaksana.

Ketika Semua Tak Lagi Sama


Suatu malam, suami Liz berkata bahwa ia ingin kuliah S2. Saat itulah ia merasa bahwa ramalan Ketut mulai benar, dan tengah malam ia berdoa sampai ketakutan. Apakah ini pernikahan yang singkat?


Di sini daku heran, mengapa tidak mendukung cita-cita suami? Mengapa pula Liz ingin berpisah hanya gara-gara suaminya ingin kuliah lagi? Apalagi saat proses perceraian, suaminya ngotot tidak mau berpisah tetapi Liz malah berhubungan dengan lelaki lain.

Tokoh utamanya nyebelin nih?

Tunggu dulu. Ternyata, sejak dulu hubungan mereka bermasalah. Walau sudah menikah selama 8 tahun, tetapi Liz merasa suaminya tak pernah mendengarkan. Sedangkan sang suami menuduh ia tak pernah bicara yang sesungguhnya. Plus, sang suami ingin punya anak dan ternyata tidak terlalu suka ia traveling terlalu lama.

And Then....

Mereka akhirnya berpisah dan Liz benar-benar kehilangan rumahnya, karena diberikan 100% ke sang mantan.

Saat itulah Liz digosipkan oleh beberapa orang. Ternyata di negara seperti Amerika, masih ada saja yang nyinyir dengan kehidupan orang lain, eh?

Traveling untuk Menyembuhkan Luka Batin




Lanjut ke petualangan Liz. Seperti judulnya: Eat, Pray, and Love, ia puas makan spaghetti dan berbagai makanan lain di Italia. Sembari belajar bahasa Italia, ia bergabung dengan sebuah komunitas. Di sini penonton mulai bersimpati pada Liz, karena mendorong rasa percaya diri kawannya.

Setelah puas makan, Liz ingin memperdalam sisi spiritual (pray) dengan berlatih meditasi di India. Namun dakung sekali, sang guru malah pergi ke New York. Ditambah lagi, tempat berlatih tak seperti yang ia bayangkan. Goa untuk bermeditasi ternyata ... sebuah ruangan ber-AC. Bukan goa yang sesungguhnya.


Akan tetapi Liz tak lagi kecewa karena di India menemukan beberapa kawan baru, terutama Richard. Walau awalnya nyebelin (karena memanggilnya dengan sebutan bahan makanan), tetapi akhirnya mereka bisa akrab. Ialah yang mengajarkan Liz untuk menerima semuanya.

Liz akhirnya sadar bahwa inilah yang ia cari. Setelah berhasil menenangkan diri, akhirnya ia siap berangkat ke destinasi selanjutnya: Bali.


Di Bali tentu Liz langsung pergi ke tempat Ketut Liyer. Sayang sekali, Ketut malah lupa siapa Liz. Alamak!

Akankah Liz menemukan love di Bali? Nonton sendiri yaa.

Kalau Sumpek, Traveling Aja

 

Di film Eat, Pray, Love, daku belajar bahwa kalau pikiran sumpek, traveling aja! Buktinya Liz berhasil mengobati sakit hatinya dengan traveling ke beberapa negara. Emang benr ya kalau jalan-jalan apalagi ke tempat baru bisa bikin rileks dan otomatis lebih bahagia.

 Moral of this story: kita wajib punya tabungan khusus traveling dan kalau pengen refreshing  bisa cuss aja.

Daku jujur nonton ini karena ada adegan di Indonesia dan scene bersama Ketut Liyer benar-benar kocak. Dia selalu bilang “see you later, alligator.”


Pas Liz bawa kawannya dan diramal, lalu dia nyeletuk: Alah, dia ngomong gitu ama semua orang. Moral of this story (again): jangan percaya kata peramal. BTW bahasa inggrisnya Ketut baguss lho aksennya.

Pada awal film penonton merasa: kok Liz gini sih? Egois, gak mau punya anak, hobinya ngider aja, blablabla. Namun ternyata dijelaskan, bahwa pernikahan Liz berakhir karena kedua belah pihak. Ya, lagi-lagi masalah komunikasi.

Di film ini juga daku belajar bahwa memaafkan orang lain itu penting tetapi lebih penting untuk memaafkan diri sendiri. Ini yang Liz pelajari saat meditasi di India.

 

Eww kalau daku masih maju-mundur traveling ke India meski ada beberapa teman yang sudah pernah ke sana. Klean berani?

Film ini bisa ditonton di Netflix, cocok lah buat malam mingguan.

2 komentar:

  1. Rajin nonton film, bisa mereview. Berbagi dengan teman2. Nenek kurang hobi. Lebih suka membaca. Terima kasih telah berbagi ys, ananda.

    BalasHapus
    Balasan
    1. sama-sama Nenda, makasih sudah mampir lagi ke sini

      Hapus