Minggu, 16 Juli 2023

Celetukan Anak yang Menyentil (Tapi Benar)

 

“Mengapa tas bunda banyak banget?”

Celetukan Saladin (10 tahun) tentu membuatku kaget. Dia sudah hafal berapa jumlah tas bundanya, mana tas ransel,  mana  tas belanja, tas yang dipakai kalau arisan/ pesta, dll. Bagiku tas-tas itu masih relatif sedikit karena tidak sampai selusin. Tapi bagi anak laki-laki itu tergolong banyak karena dia hanya punya 1 tas sekolah.


 

Sepertinya Saladin belum kuceritakan kalau dulu (waktu SMA- kuliah) bundanya lumayan suka mengkoleksi tas (walau bukan branded sih). Daku masih ingat ada tas yang unyu karena warnanya shocking pink dan bentuknya seperti tabung, ada tas putih yang bermotif huruf kanji Jepang, ada tas bergambar wajah monyet (you know lah mereknya apa). Tas-tas itu relatif murah dan harganya gak sampai 200.000 rupiah.


 

Dan kebiasaan ini berlanjut sampai menikah.

Namun celetukan Saladin membuatku tersentil, apakah benar tasku sebanyak itu? Buat apa punya banyak tas kalau tidak dipakai? Karena faktanya daku tuh jarang nerima undangan pesta dan arisan hanya ada sebulan sekali.

Akhirnya ada salah satu tasku yang dihibahkan ke orang lain.


 

Seharusnya daku berpikir seperti dia: punya tas secukupnya saja. Kalau ada tas yang baru maka 1 tas harus dikeluarkan dari lemari alias one in one out. Tasnya kalau tidak dijual ya dihibahkan.

Celetukan yang Lain

Di lain hari, Saladin nyeletuk lagi. Dia bilang begini: Bunda kan bisa sendiri mengapa minta tolong aku? Ucapan ini keluar karena saat itu daku minta tolong untuk mengambilkan jaket di kamar. Sementara aku lagi di ruang tengah.

Rupanya dia hanya meniru karena sering kunasehati: Saladin sudah besar, kelas 4 SD. Sudah bisa makan sendiri. Tidak boleh manja ke bunda dan dikit-dikit minta diambilkan air minum.

Memang anak seperti itu ya, bukan asal nyeletuk tapi berkata jujur karena dia mengamati keadaan di rumah dan melihat kebiasaan orang tuanya. Akan tetapi aku tidak marah ketika Saladin nyeletuk karena yang dia katakan itu benar.


 

Anak kecil memang paling jujur yaa dan ketika dia nyeletuk maka bisa jadi pengingat bahwa orang tua juga bisa salah. Orang tua wajib untuk walk the talk dan tidak hanya asal menasehati tetapi juga melakukan apa yang dikatakan.

Ada yang bilang kalau jadi orang tua itu artinya jadi pengajar seumur hidup tetapi faktanya anak-anak juga bisa jadi guru yang baik. Pernah dengar ungkapan anakku guruku? Karena memang anak-anak ada yang mengajari orang tuanya dengan kepolosannya, dengan kejujurannya, dan dengan tingkah lakunya.

Klean pernah gak nerima celetukan anak yang mengagetkan?

3 komentar:

  1. Butuh jiwa yang lapang menerima celetukan anak. Aku pernah berada di posisi anak dan nyeletuk yang bikin ortuku ngambek hehehe. Ya mungkin timingnya gak pas karena celetukannya (menurutku) biasa aja semacam, "kok tumben ya ini kurang pedas makanannya." hehehehe.

    Aku mungkin salah, tapi karena respon ibu yang bikin kaget, imbasnya aku jadi tertutup dan berjarak. (tentu karena kejadian yang terakumulasi). Baru sekarang segede ini mulai dekat lagi sama nyokap haha.

    Saladin celetuannya bikin kaget, kayak soal tas haha, tapi ya itu, apa yang disampaikan dengan kacamatanya sebagai seorang anak, ya benar sih.

    BalasHapus
  2. Hahahhaa anak kecil emang pengamat yang baik dan selalu jujur.

    BalasHapus
  3. Seriiiiiiiing 😄. Cuma responku tergantung mood sih mba 🤣. Kdg aku bawa ketawa aja, tapi kalo mood lagi jelek, siap2 jadi singa ngadepinnya hahahaha.

    Cuma setelah itu aku pikir balik perkataan mereka. Iya bener sih, aku nya juga hrs konsisten dengan apa yg aku omongin, JD mereka ga nyeletuk yg seperti itu juga 😄

    BalasHapus