Minggu, 30 Oktober 2022

PR Dihapuskan, Yay or Nay?

 

Beberapa hari lalu daku lihat di IG story seorang kawan, ternyata di daerah tertentu ada larangan untuk memberikan PR kepada anak sekolah. Daku kaget dong karena biasanya nih sekolah identik dengan PR alias pekerjaan rumah, apalagi sekolah negeri. Namun ada pemimpin yang berani untuk menghapus PR dengan alasan akan membebani siswa.

HAAH?

Iya sih, anak sekarang tuh sekolahnya full day ya. Biasanya kalau masih kelas 1 SD pulangnya agak siang, tetapi makin naik kelas makin lama di sekolahnya. Rata-rata, anak bisa pulang habis ashar, ya sekitar jam 3 sore.



Kalau pulangnya sore dan masih ditambah setumpuk PR kok kasihan banget lihatnya. Pulang sekolah masih harus mandi, ibadah, ke TPQ, lalu ngerjain PR dan belajar di tempat les. Iya kalau ortunya mampu untuk bayar guru privat atau masukkan ke kursusan. Kalau enggak gimana?

Aku sih YES

Jadi daku tim yang berkata YAY kalau PR dihapuskan. Karena faktanya, banyak murid yang mengerjakan PR setengah hati lalu stress berat. Sudah soal-soalnya susah, enggak ada yang bisa ditanyain. Ortunya enggak ngerti, gak les pula, akhirnya.....tanya di internet. Itupun bisa benar tapi bisa salah kan?

BTW duluu waktu adikku masih SD, dia kegirangan karena di sekolahnya (SD swasta) enggak ada PR. Emang di sana pelopor full day school di Kota Malang dan ‘menjual’ tanpa PR (jadi murid-muridnya enggak stress). Eh tapi adikku sekolah di sana bukan karena itu sih tapi pas baca brosurnya tertarik karena disediakan makan siang, wkwkwk.

Daku masih ingat ketika berkunjung ke rumah seseorang dan anaknya lagi garap PR tetapi dia males-malesan (mungkin capek atau mengantuk?) Lantas sang ibu menuliskan PR (dengan pensil) dan anaknya malah nonton TV. Ehm, dihapuskannya PR mungkin untuk mengurangi kecurangan seperti ini ya?

Salah satu guru (di sebuah artikel yang kubaca) juga setuju jika PR dihapuskan, tapii syaratnya diganti dengan projects. Jadi para murid bakal lebih memahami suatu materi, bukannya menghafalkan doang. Nah ini daku juga setuju, karena ortu juga bisa melihat projects anaknya dan perkembangan belajarnya.

Ada yang Enggak Setuju

Namun ada juga ortu yang enggak setuju kalau PR dihapuskan. Alasannya, jika tidak ada PR maka anaknya enggak belajar di rumah. Wah, bener juga ya.



Tapi menurutku belajar enggak sekadar garap PR sih ya. Saat di dapur misalnya, bisa belajar berhitung dengan timbangan kue. Ketika di garasi bisa juga belajar menghitung kecepatan mobil dan jarak tempuh (pakai rumus fisika), dll. Sebagai ortu kudu pintar memancing anak agar antusias belajar.

Ada juga seorang kawan yang guru (beliau mengajar di Jateng) yang enggak setuju bahwa PR dihapuskan. Menurutnya, kalau enggak ngasih PR, orang tua enggak bisa memonitor apakah anaknya belajar di rumah dan sekolah? Gurunya ngajar apa saja?

Nah, masih pro dan kontra sih tentang penghapusan PR di sekolah. Ada plus dan minusnya dan semoga semuanya bisa mendukung program-program pemerintah, termasuk aturan ada PR atau enggak (biasanya di sekolah negeri). Kalau kamu tim yay atau nay jika PR dihapuskan?

12 komentar:

  1. Aku setuju ga setuju sih, wkwkwk. Maksudnya, ga semua PR itu jelek sebenarnya.
    Tapi kalo aktivitas sehari2 sudah padet di sekolah, trus dihajar sama PR lagi, lantas kapan anak-anak punya waktu untuk main?

    BalasHapus
  2. Aku sih setuju mbaaa. Dan kebetulan anak2 ku sekolah di SD negeri tapi beda2 , si Adek ga bisa masuk sdn yg sama Ama kakanya Krn umur yg masih kemudaan. Untungnya ketrima di SDN yg udh pake kurikulum merdeka. Naah itu pr udh ga ada di sekolah mereka, tapi banyaak projek. Malah bagus sih. Buatku anak2 jadi lebih paham drpd pr segambreng 🤣.

    BalasHapus
  3. Pro dan kontra juga ya. Tapi, kalo aku sejujurnya nggak setuju sih dengan penghapusan PR ini hehe 😁

    in this case, karna aku punya adek yg masih SD, kadang dgn dia ngerjain PR aku jadi lbh tahu materi apa yg dia nggak paham

    Tricky juga ya kalo yg ngerjain malah ortunya 🤣

    BalasHapus
  4. PR itu ibarat mata koin, membanti siswa buat lebih paham sama pelajaran sekolah, dipihak lain cukup bikin ortu plus anak kelabakan. Akhirnya ortu melakukan kecurangan dengan mengerjakan PR anak

    BalasHapus
  5. Aku sih nggak setuju dihapuskan biar siswa lebih paham pelajaran tapi nggak setuju juga kalau banyak-banyak. Kasian kayaknya sekolah aja udah capek, biar nggak terlalu capek di rumah hehe

    BalasHapus
  6. Kalo aku si tetep setuju ada PR tp dengan catatan ga membebani. Ga perlu banyak sekedar review apa yg audah diajarkan l4bih bagus klo tugas semacam project aja jd lebih seru dan ga beban

    BalasHapus
  7. Antara setuju dan ga setuju mbak.
    Kalau dihapuskan terlebih untuk yang fullday scholl gitu, malamnya tinggal untuk istirahat aja atau bermain. Tapi kalau nggak dikasih PR yang mungkin nggak banyak gitu, setidaknya anak tetap ada kesempatan untuk belajar, pun orangtua bisa memantau anaknya, sudah belajar, ada pr atau tidak, gitu sih mbak

    BalasHapus
  8. Aku sih setuju kalau PR dihapus
    Sekarang,anak anak sudah sekolah dari pagi sampai sore, kasihan kalau malamnya masih harus mengerjakan pr
    Sekolah anakku nggak ada PR

    BalasHapus
  9. Dengan beban pelajaran anak sekarang yang luar biasa, aku sih sangat setuju sekali.
    Toh, mengerjakan PR bukan satu-satunya jalan anak bisa mengulang materi yang dipelajari. Masih banyak cara memahamkan anak pada konsep pelajaran, seperti discuss atau kreativitas project.

    BalasHapus
  10. Semacam berada di tengah-tengah saja dah. Saya setuju kalo anak-anak diwajibkan peer membuat satu ecobrick per satu minggu. Lumayan kan, jadi banyak sampah plastik yang bisa dialih-fungsikan menjadi produk yang bisa digunakan kembali, seperti ecobrick ini.

    BalasHapus
  11. sama seperti hal lainnya ya, mbak. masing-masing punya nilai positif dan negatif. tinggal kita yang kasih kadarnya kan mbak. Sebenarnya PR itu kan buat latihan, tapi bberapa guru memang tak paham kadar kemampuan yang diajar, jatuhnya jadi beban.

    BalasHapus
  12. Iya, lagi muncul wacana kalau PR akan dihapuskan ya mbak
    Kalau aku sih setuju setuju saja
    Asalkan anak memang sudah belajar maksimal di sekolah
    Jadi g usah kerjain pr lagi di rumah
    Biar beban anak nggak terlalu banyak

    BalasHapus