Senin, 20 November 2023

Overthinking Begini Amat ya? Sudah, Self Healing Dulu

 

Ide-ide tersimpan di kepala tetapi daku gagal menuliskannya. Padahal sudah kupancing lewat membaca novel kesukaan. Laptop sudah menyala, jaringan internet ada. Lalu harus bagaimana?

Seharusnya daku hari ini menulis 2.000 kata dalam sehari seperti biasa. Namun semua buyar ketika kontrak kerjaku habis alias diputus secara sepihak.

Mengapa harus daku? Di saat kebutuhan sedang banyak mengapa jadi begini? Mencari pekerjaan baru juga tidak bisa secepat itu.

Kumat Overthinking

Akhirnya daku mengalami overthinking lagi setelah lebih dari 2 tahun tidak pernah kumat. Overthinking adalah keadaan di mana manusia terlalu banyak berpikir (negatif) dan akhirnya semua jadi kacau. Perasaan campur aduk antara sedih, marah, dan daku berusaha keras agar tidak depresi lagi.


 

Penyebab overthinking ada banyak dan sebenarnya tahun 2023 ini ujiannya benar-benar WOW. Sejak awal tahun ada saja goncangan. Lalu gongnya ketika akhir tahun ini jobless dan akhirnya kumat.

Di umur 25 ke atas daku baru menyadari pergelutan batin manusia yang begitu hebatnya. Selain dituntut untuk bekerja dan memiliki uang yang cukup, manusia juga dituntut untuk bisa mengendalikan pikirannya sendiri.

Overthinking rasanya enggak enak banget. Sudah kepikiran salahku apa mengapa sampai kehilangan kontrak kerja? Rasa percaya diri runtuh. Akhirnya mood turun drastis dan tidak menulis sama sekali. Tiap hari daku hanya buka sosial media (sambil sesekali blogwalking juga sih).


 

Saat overthinking dan kelelahan akhirnya daku banyak tidur. Apakah harus menelepon psikiater lagi untuk datang ke tempat prakteknya? Ah tidak, aku harus sembuh tanpa bantuan obat!

Berusaha Self Healing

Daku percaya sebenarnya manusia bisa menyembuhkan dirinya sendiri yang sedang dalam keguncangan mental (selama keadaannya belum terlalu parah). Apalagi daku sudah mempelajari bebearpa metode self healing sehingga ini saat untuk mempraktekkannya.

Self healing bisa dilakukan dengan  meditasi, relaksasi, mendengarkan audio khusus, menotok titik-titik di tubuh (titik akupuntur) sehingga bisa release emosi negatif, dll. Tentu juga diiringi dengan hidup sehat, banyak makan sayur dan buah, minum air putih, dan tidur yang cukup (sleep early).

Ambil Hikmahnya

Setelah mengalami sendiri, daku baru bisa memahami arti dari frasa ‘ambil hikmahnya’. Bukankah ini adalah sinyal bahwa daku seharusnya fokus ngeblog lagi? Ada banyak sekali media untuk menulis dan jangan hanya terpaku di satu tempat.


 

Selain itu daku juga merasa lebih rileks karena tak lagi dikejar deadline ketat (hanya 2 jam wajib menyelesaikan 1 tulisan). Memang dengan deadline pekerjaan lekas selesai. Namun jika dilakukan tiap hari (bahkan saat libur lebaran daku hanya bisa cuti selama 1 hari) lama-lama stress.

Daku yakin apapun takdir yang digariskan oleh Tuhan adalah yang terbaik. Setelah berhasil self healing saatnya untuk produktif kembali. Belajar teori-teori dalam menulis, ngeblog lebih serius lagi, mencari komunitas baru sebagai support system dalam menulis, dll.

Klean bagaimana, pernah overthinking?

6 komentar:

  1. Akhirnya bersikap "menerima" itu adalah pelepasan yang terbaik yaa, ka Avi.
    Tapi untuk sampai ke fase itu, pastinya membutuhkan pemikiran yang mendalam bahkan sampai overthinking.

    "Aku salah apa"
    "Aku salah dimana"
    "Apa yang bisa aku perbaiki"

    dan hal-hal seperti itu bikin evaluasi diri yang sering berujung mentok.

    Semoga segera bangkit dan dapat pekerjaan baru yang lebih menantang dan memacu hormon bahagia untuk ka Avi.

    BalasHapus
  2. Waktu usia belasan aku sering banget overthinking. Membayangkan sesuatu yang belum terjadi. Biasanya orang yang suka overthinking itu suka membayangkan nanti kalau kejadiannya begini gimana ya? Udah takut sendiri. Setelah usia 30an, aku jadi lebih slow. Ternyata hal-hal yang dipikirkan tidak terjadi. Jadi ngapain capek-capek bikin skenario sendiri kalau kita cuma menjalani skenario yang sudah dipilihkan Tuhan, ya kan?
    Kalaupun hal buruk terjadi, ya sudah.. tinggal berpositif thinking dan nyari jalan keluarnya/soulusi. Bukan kelamaan diam, merenung, sedih, nanti jadi makin overthinking dan akhirnya depresi :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iyaa kak, sekarang coping mechanism-ku adalah nonton film di aplikasi.

      Hapus
  3. Aku juga tim otak berisik mbak.

    Dan memang di saat otaknya lagi rame iti ga enak banget. Nah masalahnya hal tersebut bisa brdampak pada stress juga.

    Hal macam ini ga baik kan. Jadi langkahnya adalah melakukan coping stress atas otak yang rame itu . Caraku selama ini satu menuliskan apa yang bikin rame di otak.

    Kedua ceritakan. Selamjutnya, mencoba untuk merilis emosi entah itu marah sedih atau apapun . Dengan cara apa.. melakukan penerimaan dan validasi emosi yg kita rasakan.

    Nah akhirnya ebner tuh diujungnya adalah ambil hikmahnya. Ah puk puk ya mbak. Moga lekas membaik otaknya untuk overthinkingnya

    BalasHapus