Siapa nih yang suka
makan martabak telurr? Renyahnya kulit yang berpadu dengan kelembutan isian,
dimakan hangat-hangat sungguh sangat nikmat. Tapi kali ini daku bikin martabak
isi tahu, bukan daging sapi atau ayam.
Resep martabak
kudapatkan dari internet dan sedikit dimodifikasi (karena ayahnya Saladin
kurang suka daun bawang jadi tidak pakai daun bawang). Setelah jadi eh cepat
sekali ludes. Bisa diulang lagi nih dengan resep yang sama karena bisa dijadikan
lauk atau cemilan yang bikinnya mudah buangett.
Sambil melipat kulit
martabak, ingatan terbang ke peristiwa lebih dari belasan tahun lalu. Kala itu
daku masih belajar masak dan gurunya sangat perfeksionis, salah posisi pisau
dikomentarin. Jika bikin lumpia, martabak, atau makanan lain yang digulung atau
dilipat, dan tidak presisi, dimarahin.
Kebiasaan
Mencela yang Sangat Buruk
Akhirnya apa yang
terjadi saudara-saudaraaa? Daku jadi malas
belajar masak. Baru tergerak untuk bisa terampil di dapur itu pas kuliah
(karena sudah punya waktu luang saat jeda waktu belajar). Itupun baru sebatas
bisa masak nasi goreng, mie goreng, ayam ungkep, dll. Guru masaknya juga ganti
dan daku dibebaskan untuk lebih percaya akan kemampuan diri sendiri.
Kebiasaan mencela amat-sangat
buruk apalagi jika dilakukan di dapur. Memang modal utama mengajar adalah SABAR dan ketika ada orang yang belum
bisa masak, ya jangan malah dimarahi. Saat melipat adonan martabak telur agak
penceng ya tidak apa-apa, toh untuk dimakan sendiri, bukan dijual. Lama-lama
juga rapi kok bentukannya, dan tidak boleh terlalu perfeksionis.
Jadii daku tuh berusaha
keras agar tidak banyak komentar saat Saladin belajar bikin mie instan atau
mengupas kentang sendiri (dengan peeler).
Jangan sampai gara-gara dicela dia jadi malas untuk mandiri dan ogah masak
sendiri. Padahal anak laki-laki kudu bisa masak, minimal bikin telur dadar dan
menanak nasi sendiri.
Modifikasi
Resep
Dari martabak tahu daku
belajar untuk modifikasi resep karena disesuaikan dengan lidah dan selera
keluarga, seperti yang tadi kujelaskan kalau tanpa daun bawang karena suami
tidak suka. Kalau aslinya pakai bumbu bawang merah dan bawang putih, tapi ganti
pakai bawang putih bubuk yang lebih praktis. Lalu tambahkan garam dan kaldu
bubuk.
Tahunya direbus dulu,
peras (untuk mengurangi kadar air), pas sudah hancur baru diberi bumbu tadi dan
sebutir telur. Baru masukkan ke selembar kulit lumpia, rekatkan dengan putih
telur (atau campuran air dan tepung terigu). Goreng hingga matang dan selamat
menikmati, hati-hati panasss!
Jadi ingat beberapa
waktu lalu saat bikin nasi goreng ikan asap. Resep aslinya pakai saus tiram
tapi akhirnya ku-skip karena rasa
ikan asap sudah dominan, sehingga tidak usah saus tiram. Kita tidak usah
melihat resep bulat-bulat karena bisa dimodifikasi sesuka hati, karena dapur
adalah tempat untuk berkreasi.
Dapur
yang Mengajariku untuk Tidak Menyerah
Dari cara pembuatan
martabak tahu yang cukup sederhana, daku belajar untuk tidak menyerah. Dulu
pernah gagal bikin martabak karena nekat bikin kulit sendiri (dari terigu) dan
ternyata lebih mudah kalau pakai kulit lumpia atau kulit pangsit. Practice makes perfect jadi jangan takut
untuk terus berani mencoba, tak hanya di dapur tapi di manapun.
Terima kasih martabak
tahu dan dapur yang telah memberi pelajaran hidup. Manusia terus berkembang
menjadi pribadi yang jauuuh lebih baik. Jangan mutung saat masakan gagal karena bisa dicoba lagi di lain waktu, atau
kalau capek ya beli saja, wwkwkwk.





Tidak ada komentar:
Posting Komentar