Minggu, 02 November 2025

Martabak Tahu dan Semangat yang Terbentuk dari Dapur

 

Siapa nih yang suka makan martabak telurr? Renyahnya kulit yang berpadu dengan kelembutan isian, dimakan hangat-hangat sungguh sangat nikmat. Tapi kali ini daku bikin martabak isi tahu, bukan daging sapi atau ayam.

Resep martabak kudapatkan dari internet dan sedikit dimodifikasi (karena ayahnya Saladin kurang suka daun bawang jadi tidak pakai daun bawang). Setelah jadi eh cepat sekali ludes. Bisa diulang lagi nih dengan resep yang sama karena bisa dijadikan lauk atau cemilan yang bikinnya mudah buangett.



Sambil melipat kulit martabak, ingatan terbang ke peristiwa lebih dari belasan tahun lalu. Kala itu daku masih belajar masak dan gurunya sangat perfeksionis, salah posisi pisau dikomentarin. Jika bikin lumpia, martabak, atau makanan lain yang digulung atau dilipat, dan tidak presisi, dimarahin.

Kebiasaan Mencela yang Sangat Buruk

Akhirnya apa yang terjadi saudara-saudaraaa? Daku jadi malas belajar masak. Baru tergerak untuk bisa terampil di dapur itu pas kuliah (karena sudah punya waktu luang saat jeda waktu belajar). Itupun baru sebatas bisa masak nasi goreng, mie goreng, ayam ungkep, dll. Guru masaknya juga ganti dan daku dibebaskan untuk lebih percaya akan kemampuan diri sendiri.



Kebiasaan mencela amat-sangat buruk apalagi jika dilakukan di dapur. Memang modal utama mengajar adalah SABAR dan ketika ada orang yang belum bisa masak, ya jangan malah dimarahi. Saat melipat adonan martabak telur agak penceng ya tidak apa-apa, toh untuk dimakan sendiri, bukan dijual. Lama-lama juga rapi kok bentukannya, dan tidak boleh terlalu perfeksionis.

Jadii daku tuh berusaha keras agar tidak banyak komentar saat Saladin belajar bikin mie instan atau mengupas kentang sendiri (dengan peeler). Jangan sampai gara-gara dicela dia jadi malas untuk mandiri dan ogah masak sendiri. Padahal anak laki-laki kudu bisa masak, minimal bikin telur dadar dan menanak nasi sendiri.

Modifikasi Resep

Dari martabak tahu daku belajar untuk modifikasi resep karena disesuaikan dengan lidah dan selera keluarga, seperti yang tadi kujelaskan kalau tanpa daun bawang karena suami tidak suka. Kalau aslinya pakai bumbu bawang merah dan bawang putih, tapi ganti pakai bawang putih bubuk yang lebih praktis. Lalu tambahkan garam dan kaldu bubuk.



Tahunya direbus dulu, peras (untuk mengurangi kadar air), pas sudah hancur baru diberi bumbu tadi dan sebutir telur. Baru masukkan ke selembar kulit lumpia, rekatkan dengan putih telur (atau campuran air dan tepung terigu). Goreng hingga matang dan selamat menikmati, hati-hati panasss!



Jadi ingat beberapa waktu lalu saat bikin nasi goreng ikan asap. Resep aslinya pakai saus tiram tapi akhirnya ku-skip karena rasa ikan asap sudah dominan, sehingga tidak usah saus tiram. Kita tidak usah melihat resep bulat-bulat karena bisa dimodifikasi sesuka hati, karena dapur adalah tempat untuk berkreasi.

Dapur yang Mengajariku untuk Tidak Menyerah

Dari cara pembuatan martabak tahu yang cukup sederhana, daku belajar untuk tidak menyerah. Dulu pernah gagal bikin martabak karena nekat bikin kulit sendiri (dari terigu) dan ternyata lebih mudah kalau pakai kulit lumpia atau kulit pangsit. Practice makes perfect jadi jangan takut untuk terus berani mencoba, tak hanya di dapur tapi di manapun.



Terima kasih martabak tahu dan dapur yang telah memberi pelajaran hidup. Manusia terus berkembang menjadi pribadi yang jauuuh lebih baik. Jangan mutung saat masakan gagal karena bisa dicoba lagi di lain waktu, atau kalau capek ya beli saja, wwkwkwk.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar