Good time!
Saladin menunjuk kaleng
berwarna merah yang kusimpan di atas lemari. Rupanya dia ingin makan biskuit
cokelat yang ada di dalamnya. Alhamdulillah sudah hafal alphabet. Tapi dia baca
tulisan atau bicara ya?
Iyaa, Saladin kala itu
sudah berusia 3,5 tahun (ini kejadian tahun 2016). Tapi bicaranya masih dikit
banget. Padahal normalnya anak usia 2 tahun sudah bisa ngomong.
Kami akhirnya membawa
ni bocah ke dokter spesialis THT. Ternyata tidak ada masalah apa-apa di
telinganya (karena anak bisa bicara dengan cara mendengar terlebih dahulu).
Mengapa Saladin belum secerewet balita lain?
Penyebab
Speech Delay
Karena tidak mau
berspekulasi, akhirnya Saladin dibawa ke salah satu rumah tumbuh kembang dan
akhirnya ketahuan speech delay. Jadi
dia wajib ikut terapi wicara dan perilaku (karena ADHD dan kala itu masih
emosional.
Sang psikolog juga
mengingatkan kami karena jangan sampai ada 2 arahan yang berbeda (dari orang
tua dan kakek-neneknya karena masih tinggal serumah). Tujuannya biar Saladin
tidak bingung, nurut bunda atau nenek?
Read: Ketika Anak Serumah dengan Nenek
Lantas apa saja
penyebab speech delay? Ini nih:
Bingung
Bahasa
Saladin bingung karena
ada 3 bahasa di rumah: daku ngajak ngomong pakai English, kakek-nenek pakai
bahasa Indonesia, sedangkan Mak Sum (ART yang kadang gendong dia) pakai bahasa
Jawa. Jadi dia tuh loading, pakai
bahasa apa? Akhirnya milih buat mingkem.
Kurang Stimulasi
Anak yang kurang
stimulasi bisa lambat bicara. Misalnya sang ibu asyik medsosan (sambil joget),
anaknya malah keleleran sambil pakai singlet dan popok aja. Boro-boro diajari.
Diajak ngomong aja kagak!
Terlalu Banyak Pegang
Gadget
Ini salah satu penyebab
Saladin jadi lambat bisa bicara: kebanyakan nonton TV. Jadi setelah pulang dari
rumah tumbuh kembang, dia dilarang keras nonton TV. Dia juga tidak boleh nonton
atau mainin HP/ laptop / gawai apapun.
Mengatasi
Speech Delay pada Balita
Jangan nangis dulu
bundaaa. Anak yang belum lancar bicara bisa diajari dan distimulasi dengan
cara-cara ini:
No Gadget
Kala itu Saladin
benar-benar diet gadget, tidak boleh nonton TV, HP, atau PC, walau hanya menit. Menurut pak psikolog, anak-anak yang
kebanyakan nonton atau main HP bisa susah berkomunikasi karena tinggal tunjuk
atau pencet, ada respon. Jadi di dunia nyata dia susah mengekspresikan
perasaannya lewat omongan.
Terapi Wicara
Di rumah tumbuh kembang
ada terapis wicara dan Saladin selama beberapa bulan ambil kelas di sana.
Selama hampir 1 jam dia distimulasi dan dilatih untuk bisa ngomong, dengan cara
bermain sambil belajar. Saat itu daku tidak menemani di dalam, tapi bisa
memantau via kamera CCTV.
Stimulasi dengan
Membacakan Cerita
Kalau sudah terapi
bukan berarti di rumah diam saja. Justru stimulasi juga dilakukan di rumah.
Selain mengajak ngomong anak (dengan menatap matanya), caranya adalah dengan
membacakan buku cerita atau majalah. Apakah langsunggg berhasil?
Saat daku bacakan salah
satu cerita di majalah anak-anak, eh Saladin tidak betah diam. Dia kumat
muter-muter kamar. Tapi walau sambil lari-lari, dia masih mau mendengarkan kok,
dan mengerti isi ceritanya. Jadi memang tiidak boleh menyerah dalam stimulasi
anak agar dia mau bicara.
Kompak Satu Bahasa di
Rumah
Pak psikolog juga
memberi pesan kalau anak harus diajak bicara (dan mendengarkan) hanya satu
bahasa di rumah, alias bahasa Indonesia aja dulu. Jadi daku stop dulu ngomong English. Saladin juga
untuk sementara dijauhkan dari Mak Sum yang lebih sering bicara dalam bahasa
Jawa.
Jika anak masih tidak
mau bicara atau hanya ngomong sepatah-sepatah padahal dia sudah berusia 3,
bahkan 5 tahun, jangan marah-marah. Sabar ya Bu! Segera dibawa ke psikolog agar
mendapatkan analisis dan saran yang tepat. Anak juga wajib distimulasi di
rumah, jangan dicuekin gitu aja, kasihaan!






Tidak ada komentar:
Posting Komentar