Jam di HP menunjukkan pukul
10:30 pagi. Tiba-tiba ada telepon dari bu guru. Ada apa gerangan? Ternyata Saladin
tantrum parah di sekolah sehingga harus dijemput.
Untungnya jarak dari
rumah ke sekolah dekat (tidak sampai 2 KM) dan ayahnya Saladin sedang work from home. Saladin segera dijemput
dan benar, saat sampai rumah dia langsung menangis. Daku segera menenangkannya
dan dia pun ketiduran. Alamakkk!
Mencari
Penyebab Tantrum
Setelah Saladin bangun
dan sudah tenang, kutanya: mengapa marah-marah di sekolah sampai mau merusak
pintu kelas? Ternyata dia pusing dan merasa tidak nyaman. Oalahhhh! Memang sehari
sebelumnya dia pilek tapi karena pagi itu sudah tidak meler, kusuruh sekolah.
Ternyata Saladin masih
kurang enak badan dan dia tidak bisa bilang (atau mungkin malu?) ke gurunya. Karena
pusing dia jadi marah-marah dan membuat banyak orang bingung. Jadi ini PR-ku
untuk membuat Saladin lebih terbuka dalam komunikasi ke para guru dan
teman-temannya di sekolah, dan tidak mengedepankan emosinya.
Waktu Saladin masih SD,
dia pernah tantrum parah dan bertengkar dengan adik kelasnya (anak baru). Pulang-pulang
sudah terluka, dibalut perban di dekat pergelangan tangan, karena ternyata ni
bocah ngamuk dan memecahkan kaca di lab komputer. Kukira setelah remaja tidak
ada drama seperti ini, ternyata salah.
Read: Tangan Saladin Luka Sampai Dijahit
Tantrum
di Usia Remaja
Mengapa Saladin yang
sudah berusia 13 tahun masih tantrum? Padahal biasanya terjadi pada balita atau
anak kecil. Yaa karena dia adalah remaja dengan ADHD jadi memang punya masalah
dengan pengelolaan emosi.
Tapii punya anak yang
beranjak remaja memang bikin deg-degan. Walau anaknya tidak ADHD tetap bisa
ngambek atau melakukan hal-hal yang membuat orang tuanya pusing. Perubahan fisik
dan emosi dari anak kecil menuju dewasa, menjadikan dia bisa berubah. Jadi memang
harus didampingi dan dimengerti agar mau curhat dan terbuka, serta mencegah
hal-hal yang negatif.
Cara
Mencegah Tantrum
Lantas bagaimana cara
mencegah tantrum yang tak terkendali, dan membuat Saladin lebih stabil
emosinya? Ternyata jalan pagi (sebagai upaya mengurangi energi dan mencegah
emosi berlebih) baginya kurang. Harus ditambah juga dengan latihan / olahraga
lain, karena anak ADHD punya tenaga yang berlebih dan harus disalurkan.
Cara lain adalah dengan
mengatur lagi dietnya. Harus disiplin lagi mengurangi konsumsi gula dan gluten.
Karena memang diet berpengaruh banget ke emosi Saladin.
Read: Anak 12 Tahun
Diet
Drama
Mengasuh Anak ADHD
Memang punya anak
istimewa seperti Saladin bikin hidupku lebih darderdor, ada saja gebrakannya. Tapi
daku tidak boleh larut dalam kesedihan atau malah balik memarahinya. Anak ADHD
harus dibimbing agar jadi manusia yang tertib, sopan, dan bertanggungjawab. Bukannya
dimaki-maki atau dicubit saat dia ngamuk.
Bukankah kita lebih
baik cari solusi daripada hanya berkutat pada suatu masalah? Ketika Saladin
tantrum maka menjadi suatu pengingat bagiku, untuk terus mengajarinya cara
berkomunikasi yang baik, dan cara mengelola emosi. Semoga setelah ini dia
tenang dan tak lagi marah-marah sampai merugikan orang lain dan dirinya
sendiri.





Tidak ada komentar:
Posting Komentar