Selasa, 13 Februari 2024

Bunda, Jangan Silent Treatment-kan Anakmu

 Pernah denger istilah silent treatment? Yakni keadaan ketika didiamkan oleh seseorang karena (menurutnya) kita tuh punya kesalahan. Daku baru ngerasain kena silent treatment di usia 24 tahun dan rasanya ngenezzz.

Akan tetapi gimana kalau ada anak yang di-silent treatment oleh bundanya? Ketika dia tak sengaja melakukan sesuatu (yang menurut orang tuanya salah) tidak dimarahi sih. Tapi didiamkan sampai berhari-hari.



Anak menyapa bundanya, dicuekin. Anak nggelendot malah ditepis. Anak minta uang saku malah dibentak (itu sih karena lagi bokek aja). Lantas anak menyanyi lagu kumenangiiiiis.

Anak Akan Lebih Stress

Padahal dampak dari perlakuan silent treatment dari orang tua sangat berbahaya. Emang enak dicuekin? Tidak disapa oleh bundanya selama berhari-hari.



Bagaimana bisa sebuah keluarga bahagia jika salah satu anggotanya (atau lebih) hobi melakukan silent treatment? Alasannya, anak didiamkan karena ia harus belajar mencari tahu apa salahnya (lalu meminta maaf). Lah bagaimana dia bisa tahu kalau tidak diberi tahu dan dibiarkan? Ini adalah cara komunikasi yang SANGAT BURUK.

Mencari Kesalahannya Sendiri

Saat anak kena silent treatment maka dia akan sibuk bertanya, apakah salahkuu dan apa dosakuu? Akibatnya saat dewasa dia akan takut melakukan kesalahan. BTW, melakukan kesalahan itu normal (asal tidak diulangi dan wajib diperbaiki). Akhirnya dia tidak akan berkembang dan selalu menyalahkan dirinya sendiri.

Anak Menjauh dari Orang Tua

Sudah tahu kan enggak enaknya kena silent treatment? Apalagi jika dilakukan oleh orang tua sendiri (duluu waktu kita masih kecil). Sekarang kok tega sih mendiamkan anak dengan alasan mendidik?



Salah satu dampak negatif dari perlakuan silent treatment adalah merenggangnya hubungan anak dan orang tua. Bagaimana bisa anak nurut dan selalu mendekat ke bundanya kalau didiamkan terus? Akhirnya bonding juga jadi rusak.

Padahal saat bonding antara bunda dan anaknya rusak maka bahayanya adalah anak bisa saja mencari pelampiasan di luar. Ngapain sih di rumah saja kalau bundaku diam seribu bahasa? Iya kalau lingkungannya baik. Kalau anak terseret pergaulan negatif gimana? Seraaaam.

Menjadi Tidak Enakan dan Kurang Percaya Diri

Kalau anak sudah di-silent treatment sampai berkali-kali maka efeknya adalah dia menjadi orang yang tidak enakan. Dia ingin selalu membuat semua orang bahagia, agar tidak ada yang memandang negatif kepadanya. Padahal kita tuh gak bisa bikin semuanya senang, bukan?



Kemudian, anak juga akan jadi sosok yang kurang percaya diri. Gimana bisa PD kalau salah dikit aja didiemin. Mau ikut lomba bukannya didukung malah dicemberutin. Haduuuh, kasian banget jadi anaknya.

Yuk Cari Pertolongan

Nahh makanya daku berpesan jangan pernah silent treatment ke anak! BAHAYA!

Kalau bunda udah bertekad untuk memperbaiki diri tetapi masih suka silent treatment gimana? Saat begini maka jangan diam aja. Ayo cari pertolongan dengan konsultasi ke psikolog atau psikiater. Nanti beliau akan memberi cara agar kita berhenti melakukan silent treatment.

Namun setelah konsultasi dan terapi harus dipraktekkan lho ya. Mata rantai pengasuhan yang negatif harus segera dihapus. Semuanya demi kebahagiaan anak dan harmonisasi keluarga.

12 komentar:

  1. Setuju sekali, Mbak. Jangan lakukan silent treatment pada anak. karena kadang anak melakukan sesuatu itu, karena tidak tahu, sekadar ikut-ikutan dan sebagainya. Jadi memang langsung diberitahu saja. Jadi anak paham dan mengerti, selanjutnya tidak mengulangi perbuatannya.

    BalasHapus
  2. Iya, jangan silent treatment ke anak, karena nanti bisa mempengaruhi relasi antara orang tua dan anak ya mbak
    Mengganggu perkembangan emosi anak juga

    BalasHapus
  3. Ya Allah, saya suka silent treatment padahal ke saudara-saudara terdekat, juga ibu saya. Meski kondisinya kebalik, saya harusnya gak melakukan silent treatment ini juga kali, ya.

    BalasHapus
  4. Berarti kalau silent treatment itu ya jadinya malah menjauhkan hubungan ya kak, padahal kan harusnya tercipta bonding. Dan juga kalau dipikirkan malah jadinya itu urusan kan gak kelar² ya, alias gak punya titik temu

    BalasHapus
  5. Ternyata bahaya ya kalau ngelakuin silent treatment ke anak2. Aku aku sih paling lama ngediamin anak paling bbrp jam doang... Ga sanggup klo pe berhari2. Ga tega euy...

    BalasHapus
  6. Aku silent treatment pernah sii.. tapi karena sakit gigi.
    Huhuhu, ya bukan gini konsepnya yaa..

    intinya, aku juga tipikal yang kalo uda maraaah banget, bukannya ngomel. Tapi nge-diemin. Pernah sii.. anak-anakku kena silent treatment. Dan karakter masing-masing anak buat ngembaliin moodku lagi tuh beneran se-effort itu..

    Alhamdulillah-nya,
    Aku orangnya ga ngambekan yang sampeek lamaaaa gitu.
    Paling dibuat bobok juga aku uda balik lagi moodnya. Hihihi..
    ((tetep hamdalah))

    BalasHapus
  7. bahaya kalau didiamkan, nanti anak bisa beneran merasa bersalah atau malah jadi membangkang. Diam bukan emas kalau sudah berhadapan dengan anak. Harus dikasi tahu baik baik dan diarahkan yang bener biar bisa memperbaiki diri

    BalasHapus
  8. Memang ada baiknya kalau marah atau kecewa diungkapkan saja ya, biar anakknya gak merasa didiamkan. Kasian juga kalau anak sampai kena silent treatment, kita yang udah dewasa aja gak suka.

    BalasHapus
  9. Setuju Mbak silent treatment ke anak itu bahaya. Lebih baik dikasih tahu aja kesalahannya supaya anak juga bisa memperbaikinya. Jujur aja saya juga kena silent treatment pas dewasa aja nggak enak berasa nggak percaya diri dan Pusing banget nyari kesalahan saya di mana. Beneran nggak suka di silent treatment

    BalasHapus
  10. Betul Mbak, silent treatment itu sungguh nggak enak. Makanya aku ke anak-anakku tuh, kalau ada salah atau nggak sesuai ya langsung dibicarakan.

    BalasHapus
  11. baru tahu istilah ini mbak, sepakat jangan didiamkan, lebih baik disampaikan karena anak ga akan pernah tahu salahnya dimana, mereka belum pernah jadi orang tua, kita yang sudah pernah jadi anak-anak sebaiknya tidak memperlakukan seperti itu, secara pola pikir anak belum sampai kesana
    ortu apalagi ibu adalah orang dewasa terdekat mereka untuk berlindung, la kalau ortunya bersikap seperti itu kan kasihan anaknya, mau kemana lagi mereka berlindung

    BalasHapus