Selasa, 30 April 2024

Fenomena Bocah Kosong dan Gerakan Anti Kuliah

 Pernah dengar istilah ‘bocah kosong’? Daku juga baru paham setelah lihat beberapa konten di sosial media. Intinya adalah mereka (yang sebenarnya bukan bocah karena sudah remaja / dewasa awal) berwajah cantik tetapi pengetahuannya agak memilukan.



Siapa saja anggota bocah kosong? Tanya sendiri lah ke mbah Google. Sedihnya para bocah kosong malah laris diwawancara di banyak podcast.

Fenomena Bocah Kosong yang Memilukan

Daku enggak tahu mereka hanya acting demi gimmick semata atau benar-benar terlalu polos dan lugu. Namun yang bikin sedih adalah jika anak-anak meniru kelakuan para bocah kosong dan menganggap kebodohan adalah hal yang biasa. Apalagi anak-anak lebih terpapar sosial media sehingga mereka bisa copycat mentah-mentah idolanya, termasuk mereka.



Sebagai orang tua maka kita menginginkan anak-anak jadi pintar, bukan? Mengapa anak-anak malah pengen punya otak kosong dan jadi b3g0 hanya karena ingin menarik perhatian orang lain? Sedih oooy….

Cara agar Anak Tidak Meniru Influencer Nirfaedah

Nah bagaimana cara agar anak tidak terlalu terpengaruh oleh segala sesuatu yang viral tetapi tidak bermanfaat sama sekali? Ya sebagai orang tua tidak bisa membiarkan anak-anak untuk terlalu bebas mengakses medsos dan aplikasi untuk nonton video. Jadi emang kudu dibatasi waktu untuk megang gadget, maksimal 1-2 jam dalam sehari.



Daripada ngomel karena mereka malah ngefans ke orang yang salah, bukankah lebih baik untuk mengarahkan mereka untuk kagum ke tokoh yang benar? Yang cerdas, yang bisa membawa perubahan, dan yang memotivasi. Jadi yaa sekali lagi daku tekankan kalau orang tua tak boleh abai tetapi harus mampu mengajari anaknya agar tidak terseret ke tren negatif.

Gerakan Anti Kuliah, yang Benar Saja!

Satu lagi konten video di medsos yang bikin geram adalah ketika si kreator berkata bahwa anak kuliah adalah pengangguran dengan penuh gaya dan kerjanya hanya nongkrong. Bujibuneng! Jadi pengen jedotin palanya ke kamus.



Padahal kita tahu sendiri perjuangan para mahasiswa, belajar, diskusi, baca buku, ngejar-ngejar dosen, dll. Iya sih mereka juga nongkrong tapi di perpustakaan. Kalau lagi ngumpul di kafe pun untuk mengerjakan tugas dan berdiskusi, bukan nongkrong cekikikan dan mejeng doang.

Iyaa daku tahu kalau bisa jadi si kreator video beralasan seperti itu hanya untuk menghibur dirinya sendiri, karena tidak mampu untuk kuliah. Namun kalau dituduh kuliah hanya nongkrong dan ngabisin duit kok jadi nyesek ya. Padahal kuliah penting banget….



Akan tetapi ada kemungkinan satu konten yang sesat bisa memicu gerakan anti kuliah. Apalagi kalau yang nonton adalah remaja lugu dan terlalu percaya pada video-video yang ditonton. Jangan sampai gerakan ini menyebar dan sebenarnya daku mikir how to defeat it?

Iyaa biaya kuliah memang cukup tinggi. Akan tetapi bukan jadi alasan untuk menolak kuliah, bukan? Lagipula ada beasiswa dan cara-cara lain agar para pemuda bisa menuntut ilmu di perguruan tinggi.

Intinyaaa adalah kita wajib memilah konten yang ditonton dan arahkan anak untuk tidak percaya begitu saja pada ocehan influencer karena belum tentu benar. Sebagai orang tua tentu ingin agar anaknya cerdas, kritis, dan mencintai ilmu pengetahuan, bukan? Lebih baik anak diajak untuk menggunakan gadget untuk belajar bahasa asing dan menambah pengetahuan baru, bukan untuk gegayaan.

16 komentar:

  1. Kalau saya Idha langsung membatasi anak jangan sampai nonton tayangan "kosong" seperti itu. Jangan sampai anak saya terpapar apalagi terpengaruh otaknya dengan konten unfaedah tersebut.

    Miris ya jaman sekarang itu. Demi konten segitunya...

    BalasHapus
  2. Klo menurut saya, pemeran bocah kosong sebetulnya gak kosong beneran, tapi tetap saja bagi penonton muda usia itu berbahaya. Bisa menyimoulkan bahwa bodoh gapapa yg penting cantik. Paraah.

    BalasHapus
  3. wah saya baru tau mba soal istilah ini. pernah lihat konten2 yang mengarah kesitu sih.. ngeri ya sekarang, segala bahan dijadikan konten, bahkan yang gak bermanfaat dan malah bisa mendoorng ke yang gak baik gitu.
    selain membatasi akses anak, mereka juga perlu diberi pengertian tentang pentingnya ilmu, pertanggung jawaban apa yang kita lakukan, dan tentang apa yang kita perbuat sebaiknya yang memberi manfaat. sounding dan jadi teladan terus :')

    BalasHapus
  4. banyak konten kosong gini memang diberi panggung, miris sekali. Dulu saya pengen sekali kuliah tapi apa daya tidak kesampaian, ah anak-anak jaman sekarang harusnya lebih semangat belajar karena banyak sekali kemudahan dan fasilitas.

    BalasHapus
  5. Fenomena yang makin menjadi tren saat ini terjadi karena berasal dari mereka yang menganggap sesuatu bisa didapat instan tanpa susah berusaha.

    BalasHapus
  6. Miris lihat konten-konten nirfaedah media sosial saat ini dan sayangnya justru konten-konten seperti ini banyak yang trending dan viral karena dianggap lucu atau something brand new. Bener-bener anak kita harus diawasi jangan sampai terpapar hal-hal negatif seperti ini

    BalasHapus
  7. Melihat fenomena bocah kosong dan juga anggapan bahwa kuliah itu tidak penting, tentu sangat memilukan. Ini adalah kemunduran cara berpikir. Dan semua ini, disebabkan oleh banyak faktor.
    1. Ketidakmampuan dalam berpikir kritis, malas belajar
    2. Parenting atau pengawasan orang tua terhadap medsos anak yang gagal
    3. Dopamin media sosial
    4. Media yang malah menaruh poin positif pada hal ini, terutama pada bocah-bocah kosong. Gak papa kosong asal cantik.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iyaa Kak. Sebagai ortu juga kudu mendorogn anaknya agar tidak malas belajar atau kecanduan medsos.

      Hapus
  8. Sekarang ada banyak konten di media sosial yang tidak membawa manfaat, tapi lucunya banyak yang menonton. Saya sih segera skip bahkan blokir saja.

    BalasHapus
  9. heeeehhh, kesel bangeet. siapa coba yang ngajarin dia kyk gtu. omg! yang begini ini jangan sampe diviralkan. kasihan adik-adik yang lagi bingung atau putus asa. atau yang gampang terpengaruh. duh, kapan indo bisa maju kalo yang bikin konten org gini :(

    BalasHapus