Jumat, 10 Mei 2024

Bunda Posesif dan Izin Ramadan Camp yang Terlambat

 

APA? KEMPING?

Sorry kalau lebay karena seperti itulah reaksiku saat baca pengumuman di grup wali murid di sekolah Saladin. Sama seperti tahun lalu, Ramadan 2024 ini Saladin berkesempatan untuk mengikuti camp di sekolah. Yaa ini adalah late post, harusnya di-upload pas bulan puasa lalu, maaf yee.



Sama seperti tahun sebelumnya, Ramadan Camp adalah kegiatan di sekolah yang bukan hanya pesantren kilat. Namun para murid menginap dari Senin malam sampai Rabu pagi. Mereka belajar, mengaji, nonton film edukasi, dan yang paling seru adalah mengelilingi api unggun sambil bernyanyi.

Kasih Izin Gak Ya?

Tahun lalu dengan tegas aku tidak memberi izin Saladin untuk ikut Ramadan Camp. Alasannya karena dia takut gelap. Kalau nangis gimana? Cariin aku gimana? Apalagi sekolahnya cukup jauh (berjarak 5 kilometer dari rumah) dan terletak di lereng gunung, jadi dingiiin dan berkabut.



Namun untuk tahun ini aku luluh. Sebenarnya yang membuatku memberi izin adalah nasehat ayahnya. Yaa memang Saladin sudah kelas 5 SD, sudah 11 tahun usianya. Sudah saatnya diberi kepercayaan untuk ikut camping. Toh cuma beberapa hari dan hanya ada di bulan puasa.

Saladin juga meyakinkanku bahwa dia sudah berani ikut camping. Katanya kalau gelap ya bawa senter saja! Alhamdulillah.

Mengantar Saladin dengan Perasaan Campur Aduk

Jadilah di Senin pagi aku menyiapkan bekal camping dengan perasaan campur-aduk. Sudah beli kue dan susu (untuk hidangan berbuka dan sahur sudah disiapkan oleh wali murid lain). Lantas membawakannya jaket tebal, peralatan mandi, syal, dan bantal.



Aku dan ayahnya mengantar Saladin jam 5 sore dan kami duduk di aula sekolah, sambil menunggu azan maghrib. Sementara Saladin kegirangan sambil melihat tenda yang dipasang di sekolah dan menaruh tasnya.

Setelah buka bersama, salat jamaah, baru pulang. Eh sebelum aku pulang Saladin minta dibawakan selimut! Ya sudah, akhirnya sang ayah balik lagi malamnya buat mengantarkan. Saat Saladin di sekolah, rumah rasanya sepi, udah kangen lagi (lebay yaa).

Tak Seburuk yang Aku Bayangkan

Saat Saladin sudah pulang dari camping dia terlihat ceria. Ternyata setelah bunda guru cerita (via WA), saat teman-temannya berkegiatan pagi eh dia malah ketiduran. Waduh!



Semua ketakutanku akan Saladin yang menangis malam-malam benar-benar tidak terjadi. Aku belajar untuk tidak over thinking dan menghadapi realita.

Maafkan Bunda Jadi Posesif

Maaf ya Din bundamu jadi posesif gini. Dia bukan bayi lagi. 



Sudah saatnya punya pengalaman menginap di sekolah sambil bermain dan belajar. Jangan dikekep terus, apalagi dia anak laki-laki (dan aku juga wajib nyiapin mental ketika Saladin nanti merantau karena dia ingin lanjut kuliah di luar negeri).

Read: Anakmu Bukan Bayi Lagi

Waktu Saladin masih TK dia pernah kabur lalu hilang selama beberapa jam. Alhamdulillah ketemu di….rumah seseorang yang sedang memanggang kue lebaran. Setelah kejadian itu aku jadi posesif lalu memeluknya erat-erat.

Read: Tolong! Anakku Kabur dari Rumah

Jadi untuk mengurangi kadar posesifku maka aku harus belajar percaya. Saladin sudah besar, belajar mandiri, dan belajar mengatasi ketakutannya akan kegelapan. Dia tidak akan kabur lagi karena selalu berpamitan dan sudah lumayan nurut.

Beginilah ceritaku saat Saladin mau camping. Bagaimana, klean termasuk orang tua posesif atau biasa aja?

2 komentar:

  1. Aku jujurnya masih kuatir kok mba lepas anak2 kegiatan keluar.

    Tapi kalo dipikir selama tempatnya masih Deket sekolah , ya gapapa sih. Cuma kalo keluar kota, duuuh ga dulu Mbaaa. Apalagi jalan darat. Takuuut. 😔.

    Bukannya kenapa2, tapi lihat tujuan juga. Kalo cuma perpisahan atau sekedar mereka melepas stress, ga deh, ntr aku aja yg bawa mereka traveling. Tp kalo tujuannya ada belajar, oke aku consider dulu. Itupun dengan syarat transportasi harus jelas. Penginapan jelas. Yg modelnya murah meriah, aku langsung reject.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalo masih dalam kota aman ya, tapi kalo anak SD study tour di luar kota bahkan luar pulau kok ya berat kasih izin.

      Hapus